Jumat, 07 Maret 2025

18. Nasihat dari Syaikh Tajuddin bin Atho’illah As-Sakandari

 

Nasihat dari Syaikh Tajuddin bin Atho’illah As-Sakandari

Nasihat dari Syaikh Tajuddin bin Atho’illah As-Sakandari tentang Keberuntungan dan Kemenangan di Bulan Ramadhan

Syaikh Tajuddin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Atho'illah As-Sakandari adalah seorang sufi besar dan ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang terkenal dengan kitab-kitab hikmah dan tasawufnya. Beliau adalah pembesar tarekat Syadziliyah dan dikenal sebagai penulis kitab Al-Hikam, yang berisi nasihat-nasihat spiritual mendalam.

Berikut adalah nasihat beliau tentang bagaimana meraih keberuntungan dan kemenangan di bulan Ramadhan, beserta sumbernya:


1️⃣ "Jangan Bergantung pada Amal, tetapi Bergantunglah pada Allah"

Syaikh Ibn Atho’illah berkata dalam Al-Hikam:

"Janganlah merasa tenang dengan amal yang telah engkau lakukan, tetapi merasa tenanglah dengan karunia Allah kepadamu dalam dapat beramal."

📖 Sumber: Al-Hikam, Hikmah No. 3

Pesan:
Jangan merasa cukup hanya dengan ibadah, tetapi sandarkan hati kepada Allah.
Ibadah di bulan Ramadhan bukan karena kehebatan kita, tetapi karena Allah yang memberi taufik.


2️⃣ "Lupakan Amalmu, tetapi Jangan Lupakan Allah"

Beliau juga berkata:

"Di antara tanda seseorang bergantung kepada amalnya adalah berkurangnya harapan kepada Allah saat melakukan kesalahan."

📖 Sumber: Al-Hikam, Hikmah No. 5

Pesan:
Jangan merasa putus asa jika gagal dalam ibadah Ramadhan.
Allah Maha Pengampun, yang penting adalah terus kembali kepada-Nya.


3️⃣ "Jangan Sibuk Menghitung Amal, tetapi Sibukkanlah Diri dengan Rasa Syukur"

Syaikh Ibn Atho’illah berkata:

"Barang siapa yang menyangka bahwa karunia Allah itu karena amalnya, maka ia telah merendahkan keluasan rahmat Allah."

📖 Sumber: Al-Hikam, Hikmah No. 10

Pesan:
Keberuntungan di bulan Ramadhan bukan semata-mata dari banyaknya ibadah, tetapi karena rahmat Allah.
Jangan sombong dengan amal, tetapi perbanyak syukur kepada Allah.


4️⃣ "Tanda Keberuntungan adalah Makin Dekat dengan Allah"

Dalam Al-Hikam, beliau berkata:

"Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, maka lihatlah di mana Allah menempatkanmu saat ini."

📖 Sumber: Al-Hikam, Hikmah No. 15

Pesan:
Keberuntungan bukan hanya soal pahala, tetapi sejauh mana kita lebih dekat dengan Allah di bulan Ramadhan.
Gunakan Ramadhan sebagai kesempatan untuk mendekat kepada Allah, bukan hanya mengumpulkan pahala.


5️⃣ "Hawa Nafsu adalah Penghalang Keberuntungan Sejati"

Beliau berkata:

"Engkau tidak bisa keluar dari belenggu nafsumu kecuali dengan melihat kelemahannya dan kekuatan Allah yang mengaturnya."

📖 Sumber: Al-Hikam, Hikmah No. 22

Pesan:
Hawa nafsu adalah musuh terbesar di bulan Ramadhan.
Sadari kelemahan diri dan bergantung sepenuhnya kepada Allah.


6️⃣ "Allah yang Menjadikanmu Bisa Beribadah"

Dalam Al-Hikam, beliau menulis:

"Jika engkau melihat Allah membukakan pintu ibadah untukmu, maka ketahuilah itu adalah tanda bahwa Allah ingin membukakan pintu penerimaan untukmu."

📖 Sumber: Al-Hikam, Hikmah No. 25

Pesan:
Jika kita rajin beribadah di bulan Ramadhan, itu bukan karena kehebatan kita, tetapi karena Allah yang memberi taufik.
Jangan sia-siakan kesempatan ini untuk semakin mendekat kepada Allah.


Kesimpulan: Pelajaran dari Syaikh Ibn Atho’illah As-Sakandari untuk Ramadhan

Jangan bangga dengan amal, tetapi banggalah dengan Allah yang memberi taufik untuk beramal.
Keberuntungan sejati adalah makin dekat dengan Allah, bukan sekadar banyaknya ibadah.
Jangan merasa putus asa jika melakukan kesalahan, yang penting adalah terus kembali kepada Allah.
Puasa bukan hanya menahan lapar, tetapi juga menundukkan hawa nafsu.
Bersyukur atas setiap kesempatan beribadah, karena itu adalah tanda Allah ingin menerimamu.

Semoga nasihat dari Syaikh Tajuddin bin Atho’illah As-Sakandari ini semakin memotivasi kita untuk meraih kemenangan dan keberuntungan sejati di bulan Ramadhan!


Biografi Lengkap Syaikh Tajuddin bin Atho’illah As-Sakandari

1. Pendahuluan

Syaikh Tajuddin Abu Al-Fadl Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Atho’illah As-Sakandari (w. 709 H / 1309 M) adalah seorang ulama besar dalam ilmu tasawuf, fiqh, dan hadis.

  • Beliau adalah seorang sufi terkemuka dari tarekat Syadziliyah dan dikenal luas karena kitab-kitabnya yang mendalam tentang makna spiritual dan akhlak.
  • Kitabnya yang paling terkenal, Al-Hikam, menjadi rujukan utama dalam dunia tasawuf.

2. Latar Belakang dan Masa Muda

  • Lahir di Iskandariyah (Alexandria), Mesir, sekitar pertengahan abad ke-7 H.
  • Berasal dari keluarga ahli ilmu yang awalnya cenderung skeptis terhadap tasawuf.
  • Sejak kecil, beliau belajar ilmu syariat, termasuk fiqh Mazhab Maliki dan ilmu hadis.
  • Awalnya lebih condong ke ilmu fiqh murni sebelum kemudian mendalami tasawuf.

3. Guru dan Perjalanan Spiritualnya

  • Bertemu dengan Syaikh Abul Abbas Al-Mursi, seorang murid dari pendiri tarekat Syadziliyah, Syaikh Abu Al-Hasan Asy-Syadzili.
  • Awalnya menolak ajaran tasawuf, tetapi setelah diskusi panjang dengan Syaikh Al-Mursi, beliau menerima dan menjadi murid setia dalam tarekat Syadziliyah.
  • Setelah wafatnya Syaikh Abul Abbas Al-Mursi, beliau menjadi penerus ajaran tarekat Syadziliyah.

4. Karya-Karya Pentingnya

Syaikh Ibnu Atho’illah meninggalkan banyak kitab yang menjadi warisan spiritual bagi umat Islam.

A. Kitab-Kitab dalam Tasawuf

1️⃣ Al-Hikam (Kitab Hikmah)

  • Karya paling terkenal yang berisi mutiara hikmah dalam perjalanan menuju Allah.
  • Menjelaskan hubungan antara usaha (kasab) dan ketergantungan penuh kepada Allah (tawakkul).
  • Sangat populer di dunia Islam dan dikaji oleh banyak ulama tasawuf.

2️⃣ Latha’if Al-Minan

  • Biografi dan kisah spiritual guru-gurunya, terutama Syaikh Abu Al-Hasan Asy-Syadzili dan Syaikh Abul Abbas Al-Mursi.
  • Menjelaskan prinsip-prinsip tarekat Syadziliyah.

3️⃣ Taj Al-Arus

  • Kitab tentang akhlak dan perjalanan menuju Allah.
  • Membahas tentang hubungan seorang hamba dengan Allah dan bagaimana menjaga hati tetap bersih.

4️⃣ Miftah Al-Falah

  • Kitab tentang dzikir, adab beribadah, dan metode mendekatkan diri kepada Allah.

5. Pemikiran dan Ajaran Spiritualnya

Menekankan keseimbangan antara syariat dan hakikat dalam kehidupan Muslim.
Mengajarkan bahwa amal ibadah harus disertai dengan keikhlasan, bukan karena mengharap pujian manusia.
Menjelaskan konsep tauhid secara mendalam, bahwa segala sesuatu bergantung pada kehendak Allah.
Membimbing murid-muridnya untuk membersihkan hati dari sifat duniawi dan mendekatkan diri kepada Allah melalui dzikir dan mujahadah (usaha spiritual).


6. Wafatnya Syaikh Ibnu Atho’illah

  • Wafat pada tahun 709 H / 1309 M di Kairo, Mesir.
  • Makamnya berada di Kairo dan menjadi tempat ziarah kaum Muslimin.

7. Warisan dan Pengaruhnya

Kitab-kitabnya terus diajarkan di pesantren dan madrasah Islam di seluruh dunia.
Tasawufnya diterima luas karena tidak bertentangan dengan syariat, bahkan memperkuatnya.
Memiliki pengaruh besar dalam perkembangan tarekat Syadziliyah dan tasawuf Sunni.


8. Kesimpulan

Seorang sufi besar dari tarekat Syadziliyah yang awalnya ahli fiqh sebelum mendalami tasawuf.
Penulis kitab Al-Hikam, salah satu kitab tasawuf paling berpengaruh dalam Islam.
Menyeimbangkan antara syariat dan hakikat dalam ajarannya.
Meninggalkan warisan ilmu yang masih dikaji hingga hari ini.

Semoga Allah merahmati Syaikh Ibnu Atho’illah As-Sakandari dan memberi manfaat dari ilmunya!


0 komentar:

Posting Komentar