Rabu, 12 Maret 2025

KISAH NABI ISMA'IL ALAIHISSALAM

 

Gambaran Syurgawi GenZArtDoc

Kisah Nabi Ismail ‘alayhis salam dalam Qashash al-Anbiya’ karya Ibnu Katsir

Dalam Qashash al-Anbiya’, Ibnu Katsir membahas kisah Nabi Ismail ‘alayhis salam dengan cukup terperinci. Kisah ini mencakup beberapa peristiwa penting, antara lain:

1. Kelahiran dan Pengasingan ke Makkah

  • Nabi Ismail adalah putra Nabi Ibrahim ‘alayhis salam dari istrinya, Hajar.
  • Karena kecemburuan Sarah, Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk membawa Hajar dan Ismail ke daerah yang kini menjadi Makkah.
  • Ketika persediaan makanan dan air habis, Hajar mencari air dengan berlari-lari antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, hingga akhirnya Allah mengeluarkan air zamzam dari bawah kaki Ismail.

2. Kehidupan di Makkah

  • Kabilah Jurhum datang ke Makkah dan meminta izin untuk tinggal di sana. Ismail tumbuh besar di lingkungan mereka dan menikah dengan seorang wanita dari suku Jurhum.
  • Nabi Ibrahim sering mengunjungi putranya dan mendapati istrinya tidak bersyukur atas keadaan mereka. Ibrahim menyuruh Ismail menceraikannya dan menikahi wanita lain yang lebih sabar dan bersyukur.

3. Perintah Menyembelih Ismail

  • Nabi Ibrahim bermimpi bahwa Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya.
  • Ismail menerima perintah tersebut dengan penuh ketundukan dan berkata:

    "Wahai ayahku, laksanakan apa yang diperintahkan kepadamu, insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. Ash-Shaffat: 102)

  • Ketika penyembelihan hendak dilakukan, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba, sebagai bentuk ujian keimanan.

4. Pembangunan Ka’bah

  • Ismail dan Ibrahim diperintahkan untuk membangun Ka’bah sebagai tempat ibadah.
  • Dalam proses pembangunan, Ismail membantu mengangkat batu sementara Ibrahim menyusunnya.
  • Allah memerintahkan mereka untuk menyerukan ibadah haji kepada umat manusia.

5. Kenabian Nabi Ismail

  • Nabi Ismail diberikan wahyu oleh Allah dan diutus untuk berdakwah kepada kaumnya, yaitu suku-suku Arab.
  • Beliau dikenal sebagai nabi yang penyabar, jujur dalam janjinya, dan sangat taat kepada Allah (QS. Maryam: 54-55).
  • Beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau wafat di Makkah dan dimakamkan di dekat Ka’bah.

Kitab-Kitab Lain yang Membahas Kisah Nabi Ismail ‘alayhis salam

Selain Qashash al-Anbiya’ karya Ibnu Katsir, ada beberapa kitab lain yang membahas kisah Nabi Ismail dengan berbagai perspektif.

1. Qashash al-Anbiya’ – Abu al-Hasan al-Kisa’i

  • Kitab ini lebih banyak menggunakan sumber dari riwayat Israiliyat, sehingga beberapa kisahnya lebih panjang dan mendetail dibanding versi Ibnu Katsir.
  • Salah satu tambahan dalam kitab ini adalah cerita bahwa Ismail menikahi dua wanita sebelum mendapatkan pasangan yang sesuai dengan standar keimanan Nabi Ibrahim.

2. Tafsir at-Thabari – Imam ath-Thabari

  • Kitab ini mengupas kisah Nabi Ismail berdasarkan tafsir ayat-ayat Al-Qur'an.
  • Disebutkan bahwa Nabi Ismail adalah bapak dari bangsa Arab (Arab Musta’ribah).
  • Tafsir ini juga menjelaskan makna perintah penyembelihan dalam perspektif syariat dan hikmahnya.

3. Al-Bidayah wan-Nihayah – Ibnu Katsir

  • Kitab ini merupakan sejarah dunia Islam dari awal penciptaan hingga zaman Ibnu Katsir.
  • Kisah Nabi Ismail dijelaskan lebih luas, termasuk silsilah keturunannya dan pengaruhnya dalam sejarah bangsa Arab.

4. Ar-Raudh al-Unuf – As-Suhayli

  • Membahas keturunan Nabi Ismail yang kemudian menjadi leluhur Rasulullah ﷺ.
  • Kitab ini juga meneliti bahasa dan budaya yang berkembang dari keturunan Ismail.

5. Tarikh ath-Thabari – Imam ath-Thabari

  • Kitab sejarah yang merinci perjalanan hidup Nabi Ismail serta hubungannya dengan peradaban Arab pra-Islam.
  • Disebutkan bagaimana Nabi Ismail menjadi pemimpin spiritual di Makkah.

Kesimpulan

  • Qashash al-Anbiya’ Ibnu Katsir memberikan kisah Nabi Ismail dengan pendekatan berbasis dalil Al-Qur’an dan hadits.
  • Kitab-kitab lain seperti Tafsir at-Thabari, Tarikh ath-Thabari, dan Al-Bidayah wan-Nihayah memberikan perspektif tambahan, baik dari sisi tafsir, sejarah, maupun genealogi.
  • Jika ingin mendalami lebih lanjut, membaca beberapa kitab ini bisa memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang Nabi Ismail.

MUKJIZAT NABI ISMAIL ‘ALAYHIS SALAM 

Secara eksplisit, Al-Qur'an dan hadits tidak menyebutkan mukjizat Nabi Ismail ‘alayhis salam seperti yang dimiliki Nabi Musa (tongkat yang membelah laut) atau Nabi Isa (menyembuhkan orang sakit). Namun, dalam berbagai kitab tafsir dan sejarah Islam, ada beberapa peristiwa luar biasa yang sering dikaitkan dengan beliau dan bisa dianggap sebagai karamah (keistimewaan yang diberikan Allah).

1. Keluarnya Air Zamzam

  • Ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di padang pasir Makkah yang tandus, mereka kehabisan air.
  • Hajar berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali mencari air, tetapi tidak menemukannya.
  • Lalu Allah memunculkan mata air zamzam dari bawah kaki bayi Ismail.
  • Ini adalah peristiwa luar biasa yang terus menjadi berkah bagi umat Islam hingga kini, bahkan menjadi bagian dari ritual ibadah haji dan umrah.

2. Keselamatan dari Penyembelihan

  • Nabi Ismail menerima perintah Allah yang disampaikan melalui mimpi Nabi Ibrahim untuk disembelih.
  • Beliau dengan ketaatan penuh berkata:

    "Wahai ayahku, laksanakan apa yang diperintahkan kepadamu, insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. Ash-Shaffat: 102)

  • Ketika pisau hampir menyentuh lehernya, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba, menunjukkan bahwa ini adalah ujian keimanan dan pengorbanan besar yang diterima oleh Allah.
  • Kejadian ini menjadi dasar dari ibadah qurban yang dilakukan oleh umat Islam setiap tahun pada Idul Adha.

3. Diberikan Keberkahan dalam Bahasa Arab

  • Nabi Ismail dikenal sebagai bapak dari bangsa Arab Musta’ribah, yaitu keturunan yang belajar bahasa Arab dari suku Jurhum.
  • Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan-Nihayah menyebutkan bahwa beliau memiliki kefasihan luar biasa dan turut mengembangkan dialek Arab yang digunakan oleh orang Quraisy, termasuk oleh Rasulullah ﷺ.

4. Keistimewaan dalam Keberkahan Keturunannya

  • Dari keturunan Nabi Ismail, lahirlah Rasulullah ﷺ, nabi terakhir dan paling utama.
  • Rasulullah ﷺ bersabda:

    "Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Ismail, memilih Quraisy dari Kinanah, memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilih aku dari Bani Hasyim." (HR. Muslim)

  • Keberlanjutan dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ adalah bagian dari kehormatan dan keberkahan yang Allah berikan kepada Nabi Ismail.

Kesimpulan

Nabi Ismail memang tidak memiliki mukjizat seperti nabi-nabi lain yang disebutkan dalam Al-Qur’an, tetapi beliau memiliki beberapa keistimewaan yang luar biasa, seperti:

  1. Air zamzam, yang terus mengalir hingga sekarang.
  2. Diselamatkan dari penyembelihan, yang menjadi dasar ibadah qurban.
  3. Peran dalam pengembangan bahasa Arab, yang menjadi bahasa Al-Qur’an.
  4. Menjadi leluhur Nabi Muhammad ﷺ, yang membawa risalah terakhir bagi umat manusia.

Mukjizat atau tidak, kejadian-kejadian ini tetap menunjukkan betapa besar rahmat dan keistimewaan yang Allah berikan kepada Nabi Ismail ‘alayhis salam.


Aspek Tasawuf, Ketaatan, dan Keutamaan Nabi Ismail ‘alayhis salam

Nabi Ismail ‘alayhis salam adalah salah satu nabi yang sering dikaitkan dengan konsep kesabaran, ketundukan, dan ketaatan mutlak kepada Allah. Dalam ajaran tasawuf, beliau dipandang sebagai simbol dari tawakal (kepasrahan total), taslim (penyerahan diri), dan mujahadah (kesungguhan dalam ibadah).


1. Aspek Tasawuf dalam Kisah Nabi Ismail

A. Tawakal dan Kesabaran dalam Ujian Hidup

Nabi Ismail sejak kecil sudah diuji dengan kesabaran luar biasa. Ketika masih bayi, ia bersama ibunya, Hajar, ditinggalkan di padang pasir yang tandus tanpa makanan dan air. Namun, Hajar tetap bertawakal kepada Allah, dan Ismail kecil pun bertahan dalam keadaan itu hingga Allah mengeluarkan air Zamzam.

Dalam tasawuf, kisah ini mencerminkan maqam tawakal, yaitu kepasrahan mutlak kepada Allah tanpa bergantung pada sebab-sebab duniawi.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin menyebutkan:

"Tawakal yang sempurna adalah ketika seseorang menyerahkan segala urusan kepada Allah, seperti seorang bayi yang tidak memiliki daya kecuali kepercayaan penuh kepada ibunya."

Nabi Ismail sejak kecil sudah menjalani maqam ini, menunjukkan bahwa seorang hamba sejati tidak pernah merasa sendirian, karena Allah selalu ada sebagai tempat bergantung.

B. Penyerahan Diri dalam Peristiwa Penyembelihan (Taslim dan Fana’ Fillah)

Peristiwa terbesar dalam hidup Nabi Ismail adalah ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelihnya sebagai bentuk ujian keimanan. Saat ayahnya menyampaikan wahyu tersebut, Nabi Ismail tidak ragu sedikit pun dan dengan penuh keyakinan menjawab:

"Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar." (QS. Ash-Shaffat: 102)

Ini adalah puncak dari maqam taslim (penyerahan diri). Dalam tasawuf, maqam ini sering disebut sebagai fana’ fillah—keadaan di mana seorang hamba tidak melihat dirinya sendiri, tetapi hanya melihat kehendak Allah.

Ibnu ‘Arabi dalam Futuhat al-Makkiyah menulis:

"Ketika seorang hamba mencapai maqam fana’, ia tidak lagi melihat keberadaan dirinya sendiri, tetapi hanya kehendak Allah yang bekerja dalam dirinya."

Nabi Ismail mewujudkan maqam ini secara sempurna. Ia tidak hanya menerima kehendak Allah, tetapi juga menyambutnya dengan hati yang lapang.


2. Ketaatan Nabi Ismail kepada Allah dan Ayahnya

Ketaatan Nabi Ismail tampak dalam beberapa peristiwa besar:

  1. Ketaatan dalam Peristiwa Penyembelihan

    • Tidak ada keraguan dalam dirinya meskipun nyawanya yang menjadi taruhannya.
    • Ini mencerminkan maqam ridha—kerelaan menerima ketentuan Allah tanpa keluh kesah.
  2. Ketaatan dalam Membangun Ka‘bah

    • Nabi Ismail ikut membangun Ka‘bah bersama ayahnya, Nabi Ibrahim.

    • Allah mengabadikan kisah ini dalam QS. Al-Baqarah: 127:

      "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): 'Ya Tuhan kami, terimalah dari kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'"

    • Dalam tasawuf, ini mencerminkan maqam khidmah—pelayanan kepada Allah tanpa pamrih.

  3. Ketaatan dalam Menjaga Syariat

    • Nabi Ismail dikenal sebagai sosok yang sangat menjaga salat dan ketaatan kepada Allah.

    • Allah memujinya dalam QS. Maryam: 54-55:

      "Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar dalam janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya."

    • Dalam tasawuf, ini mencerminkan maqam istiqamah—konsistensi dalam ibadah.


3. Keutamaan Nabi Ismail dalam Islam dan Tasawuf

  1. Pelopor Ibadah Kurban

    • Peristiwa penyembelihan Nabi Ismail menjadi dasar bagi ibadah kurban dalam Islam.
    • Dalam tasawuf, kurban bukan hanya sekadar penyembelihan hewan, tetapi juga simbol penyembelihan ego (nafs).
  2. Sumber Keturunan Rasulullah ﷺ

    • Nabi Ismail adalah nenek moyang Rasulullah ﷺ.
    • Dalam tasawuf, ada konsep nur kenabian, di mana cahaya kenabian terus diwariskan dari generasi ke generasi.
  3. Simbol Kesabaran dan Kepemimpinan Spiritual

    • Nabi Ismail disebut dalam Al-Qur’an sebagai ṣādiqal-wa‘d (orang yang selalu menepati janji).
    • Dalam tarekat sufi, ini mencerminkan maqam sidq (kejujuran hati dalam perjalanan menuju Allah).

Kesimpulan

Nabi Ismail ‘alayhis salam adalah contoh utama seorang hamba yang mencapai puncak spiritualitas dalam tasawuf:
Tawakal (bergantung sepenuhnya kepada Allah sejak bayi di padang pasir).
Taslim (penyerahan total dalam peristiwa penyembelihan).
Istiqamah (ketaatan dalam membangun Ka‘bah dan menjaga salat).
Fana’ (melenyapkan ego dalam kehendak Allah).

Kisahnya menjadi pelajaran bagi para pencari jalan tasawuf bahwa kepatuhan kepada Allah dan mursyid (guru) bukanlah beban, tetapi sumber kebahagiaan sejati.


GARIS KETURUNAN NABI

Silsilah Nabi Ismail ‘alayhis salam hingga Nabi Muhammad ﷺ

Dalam banyak sumber Islam, silsilah Nabi Muhammad ﷺ dari Nabi Ismail ‘alayhis salam ditelusuri secara bertahap melalui garis keturunan suku Arab Adnaniyah, yang merupakan keturunan Nabi Ismail. Silsilah ini disebutkan dalam berbagai kitab sejarah, termasuk:

  • Tarikh at-Thabari – Imam ath-Thabari
  • Al-Bidayah wan-Nihayah – Ibnu Katsir
  • Sirah Ibnu Hisyam

Berikut adalah silsilah Nabi Muhammad ﷺ dari Nabi Ismail ‘alayhis salam:

  1. Nabi Ismail ‘alayhis salam
  2. Nabit
  3. Yasyjub
  4. Ya’rub
  5. Ta’rikh (atau Qaydar)
  6. Nahur
  7. Muqawwam
  8. Udad
  9. Adnan (keturunan ini disebut Arab Adnaniyah, dan Adnan adalah nenek moyang langsung yang disepakati oleh para sejarawan)
  10. Ma'add
  11. Nizar
  12. Mudar
  13. Ilyas
  14. Mudarikah
  15. Khuzaimah
  16. Kinana
  17. An-Nadhr (Quraisy)
  18. Malik
  19. Fihr
  20. Ghalib
  21. Lu'ay
  22. Ka‘b
  23. Murrah
  24. Kilab
  25. Qushay (penguasa Makkah pertama dari suku Quraisy)
  26. Abd Manaf
  27. Hashim (leluhur langsung Bani Hasyim)
  28. Abdul Muththalib (pemimpin Quraisy, kakek Nabi Muhammad ﷺ)
  29. Abdullah (ayah Rasulullah ﷺ)
  30. Nabi Muhammad ﷺ

Penjelasan dan Fakta Sejarah

  1. Nabi Ismail ‘alayhis salam adalah putra Nabi Ibrahim ‘alayhis salam dari istrinya Hajar, yang menetap di Makkah.
  2. Qaydar (kadang disebut Ta’rikh) adalah anak Nabi Ismail yang menjadi leluhur bangsa Arab Adnaniyah.
  3. Adnan adalah keturunan yang paling dekat dan disepakati dalam sejarah Islam, sedangkan silsilah sebelum Adnan memiliki beberapa perbedaan riwayat.
  4. Qushay bin Kilab adalah pemimpin yang menguasai Makkah dan menyatukan suku Quraisy dalam satu kepemimpinan.
  5. Hashim bin Abd Manaf adalah pendiri Bani Hasyim dan kakek buyut Rasulullah ﷺ.
  6. Abdul Muththalib adalah kakek Nabi Muhammad ﷺ yang dikenal sebagai pemimpin Quraisy yang sangat dihormati.
  7. Abdullah bin Abdul Muththalib menikahi Aminah binti Wahb, dan dari pernikahan inilah lahir Nabi Muhammad ﷺ.

Kesimpulan

  • Nabi Muhammad ﷺ berasal dari garis keturunan Nabi Ismail ‘alayhis salam, yang merupakan nenek moyangnya dari pihak ayah.
  • Keturunan ini dikenal sebagai Arab Adnaniyah, yang berbeda dari Arab Qahtaniyah (keturunan Nabi Hud ‘alayhis salam).
  • Silsilah ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ berasal dari Bani Hasyim, bagian dari suku Quraisy, yang memiliki posisi penting di Makkah.

Silsilah Nabi Muhammad ﷺ hingga Nabi Ismail ‘alayhis salam yang saya berikan adalah silsilah yang umum digunakan dalam kitab-kitab sejarah Islam, tetapi ada beberapa catatan penting:

1. Apakah Silsilah Ini Lengkap?

  • Dari Nabi Muhammad ﷺ hingga AdnanDisepakati dan terverifikasi oleh para sejarawan Muslim.
  • Dari Adnan hingga Nabi Ismail ‘alayhis salamTidak ada riwayat yang mutawatir, dan sebagian besar berasal dari sumber Israiliyat atau riwayat Arab pra-Islam.
  • Rasulullah ﷺ sendiri bersabda:

    "Ketika menyebut nasabku, berhentilah di Adnan." (HR. Baihaqi dan Ibnu Sa‘d)
    → Ini menunjukkan bahwa silsilah dari Adnan ke atas tidak memiliki sanad yang kuat, meskipun banyak disebut dalam kitab sejarah.

2. Silsilah Lengkap (Versi yang Lebih Panjang)

Beberapa kitab sejarah mencantumkan versi yang lebih panjang dari silsilah ini, walaupun banyak perbedaan riwayat. Berikut adalah versi lengkap yang lebih panjang, tetapi perlu dicatat bahwa keabsahannya masih diperdebatkan:

  1. Nabi Muhammad ﷺ
  2. Abdullah
  3. Abdul Muththalib
  4. Hashim
  5. Abd Manaf
  6. Qushay
  7. Kilab
  8. Murrah
  9. Ka‘b
  10. Lu'ay
  11. Ghalib
  12. Fihr (Quraisy)
  13. Malik
  14. An-Nadhr
  15. Kinana
  16. Khuzaimah
  17. Mudarikah
  18. Ilyas
  19. Mudar
  20. Nizar
  21. Ma'add
  22. Adnan
  23. Udad
  24. Muqawwam
  25. Nahur
  26. Ta’rikh (Qaydar)
  27. Ya’rub
  28. Yasyjub
  29. Nabit
  30. Nabi Ismail ‘alayhis salam
  31. Nabi Ibrahim ‘alayhis salam

Catatan:

  • Nama-nama dari Adnan ke atas tidak memiliki sanad yang kuat dalam hadits sahih.
  • Sebagian ulama, seperti Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan-Nihayah, menyebutkan silsilah ini tetapi tetap menegaskan bahwa bagian dari Adnan ke atas tidak bisa dipastikan kebenarannya.

3. Kesimpulan

Silsilah dari Nabi Muhammad ﷺ hingga Adnan adalah yang paling terpercaya dan disepakati.
Silsilah dari Adnan ke Nabi Ismail ‘alayhis salam memiliki banyak riwayat berbeda dan tidak ada yang mutawatir.
Rasulullah ﷺ sendiri tidak pernah mengonfirmasi silsilahnya sebelum Adnan, sehingga kita tidak bisa memastikan nama-nama tersebut secara pasti.


0 komentar:

Posting Komentar