Rabu, 12 Maret 2025

KISAH NABI HUD AS

 

Gambaran Syurgawi GenZArtDoc

Kisah Nabi Hud ‘alayhis salam dalam Qashash al-Anbiya’ – Ibnu Katsir dan Kitab-kitab Lain

1. Asal-usul Nabi Hud ‘alayhis salam

Menurut Qashash al-Anbiya’ karya Ibnu Katsir, Nabi Hud ‘alayhis salam adalah seorang nabi yang diutus kepada kaum ‘Ad. Beliau berasal dari keturunan Nabi Nuh ‘alayhis salam dan namanya adalah Hud bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh.

Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Nabi Hud ‘alayhis salam adalah orang pertama yang berbicara dalam bahasa Arab, meskipun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa bahasa Arab sudah digunakan sejak zaman Nabi Adam ‘alayhis salam.

2. Kaum ‘Ad dan Kota Iram

Kaum ‘Ad adalah keturunan dari ‘Ad bin ‘Aush bin Iram bin Sam bin Nuh. Mereka dikenal sebagai bangsa yang sangat kuat dan berperawakan besar. Kota utama mereka, Iram, disebut dalam Al-Qur'an sebagai kota yang memiliki bangunan tinggi (Iram dzatil ‘imad - QS. Al-Fajr: 7).

Dalam kitab Al-Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir menyebutkan bahwa kaum ‘Ad adalah salah satu bangsa paling makmur setelah kaum Nabi Nuh. Mereka memiliki kebun-kebun yang luas, sungai-sungai yang mengalir, serta kehidupan yang sangat mewah. Namun, mereka sombong dan enggan beribadah kepada Allah.

3. Dakwah Nabi Hud ‘alayhis salam

Nabi Hud ‘alayhis salam menyeru kaumnya agar menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan berhala. Seruannya dalam Al-Qur'an:

"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadanya?" (QS. Al-A'raf: 65)

Namun, kaum ‘Ad justru mencemoohnya dan berkata:

"Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sesembahan kami hanya karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayaimu." (QS. Hud: 53)

Mereka menolak dakwahnya dengan alasan bahwa mereka lebih kuat dan makmur, sehingga mereka merasa tidak butuh kepada Tuhan.

4. Azab bagi Kaum ‘Ad

Setelah bertahun-tahun berdakwah, hanya sedikit yang mengikuti Nabi Hud ‘alayhis salam. Akhirnya, Allah menurunkan azab dalam beberapa tahapan:

  1. Kekeringan panjang – Hujan tidak turun selama bertahun-tahun, tanaman mereka mulai mati, dan mereka mengalami kelaparan.

  2. Angin yang sejuk – Allah mengirimkan angin dingin yang awalnya menyenangkan. Namun, angin itu berubah menjadi angin topan yang dahsyat (Rih ash-Sharshar), seperti disebut dalam Al-Qur'an:

    "Adapun kaum ‘Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” (QS. Al-Haqqah: 6-7)

  3. Kematian massal – Kaum ‘Ad akhirnya binasa akibat angin tersebut, tubuh mereka beterbangan dan hancur seperti pohon kurma yang tercerabut.

5. Keselamatan Nabi Hud ‘alayhis salam dan Pengikutnya

Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiya’ menyebutkan bahwa Nabi Hud dan pengikutnya yang beriman selamat dari azab tersebut. Mereka kemudian pindah ke daerah lain, dan ada pendapat yang menyebutkan bahwa beliau wafat di Hadramaut, Yaman.

6. Pendukung dari Kitab-Kitab Lain

  • Kitab Tafsir Ibnu Katsir:
    Kitab tafsir ini menjelaskan lebih lanjut tentang azab kaum ‘Ad dan bagaimana angin tersebut meluluhlantakkan mereka dalam waktu singkat.

  • Kitab Tarikh Ath-Thabari:
    Ath-Thabari menambahkan bahwa kaum ‘Ad memiliki teknologi dan peradaban maju, tetapi kesombongan mereka membuat mereka berpaling dari Allah.

  • Kitab Qasas al-Anbiya’ Ibnu Jarir Ath-Thabari:
    Ath-Thabari menyebutkan bahwa kaum ‘Ad tinggal di daerah yang kini dikenal sebagai wilayah Al-Ahqaf (antara Yaman dan Oman).

  • Kitab al-Kamil fi al-Tarikh (Ibnu al-Atsir):
    Menjelaskan bahwa kaum ‘Ad adalah kaum yang memiliki umur panjang dan postur tubuh tinggi, tetapi akhirnya mereka semua binasa.

Kesimpulan dan Hikmah dari Kisah Nabi Hud ‘alayhis salam

  1. Kesombongan terhadap Allah membawa kehancuran – Kaum ‘Ad merasa lebih kuat dan tidak membutuhkan Allah, akhirnya mereka binasa.
  2. Dakwah yang panjang tidak selalu menghasilkan banyak pengikut – Meskipun Nabi Hud berdakwah lama, hanya sedikit yang mengikuti kebenaran.
  3. Allah Maha Kuasa dalam membinasakan orang-orang zalim – Hanya dengan angin, kaum yang kuat sekalipun bisa dihancurkan.
  4. Orang-orang beriman selalu diselamatkan Allah – Seperti Nabi Hud dan pengikutnya yang tetap selamat dari azab.

Kisah ini menjadi pelajaran besar bagi manusia agar tidak tertipu oleh kekuatan dan kemakmuran duniawi, serta selalu berserah diri kepada Allah.

Penjelasan Detail dari Kitab-Kitab Terkait Kisah Kaum ‘Ad dan Nabi Hud ‘alayhis salam

1. Tafsir Ibnu Katsir: Azab Kaum ‘Ad dengan Angin Topan

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, penjelasan mengenai azab kaum ‘Ad terdapat dalam tafsir beberapa ayat, di antaranya:

  • QS. Al-Haqqah: 6-7

    "Adapun kaum ‘Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).”

    Ibnu Katsir menjelaskan bahwa angin tersebut disebut Rīḥ Ṣarṣar (ريح صرصر), yaitu angin yang sangat dingin, kering, dan kencang. Angin ini bertiup selama tujuh malam dan delapan hari berturut-turut, tanpa henti.

  • QS. Al-Ahqaf: 24-25

    "Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata: 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.' Tetapi (sebenarnya) itulah azab yang kamu minta agar disegerakan, (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya. Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi, kecuali tempat-tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa."

    Ibnu Katsir menerangkan bahwa kaum ‘Ad awalnya mengira bahwa awan tersebut akan membawa hujan, tetapi ternyata itu adalah angin topan yang sangat dahsyat. Angin itu menerbangkan mereka ke udara, lalu menjatuhkan mereka hingga tubuh mereka hancur. Dalam riwayat, disebutkan bahwa angin itu mengangkat mereka setinggi awan, lalu melemparkan mereka ke tanah sehingga tubuh mereka terpotong-potong.

    Angin ini juga menghancurkan semua bangunan dan pepohonan, sehingga wilayah kaum ‘Ad yang dulu subur berubah menjadi padang tandus. Ibnu Katsir mengutip hadits dari Nabi ﷺ yang menyebutkan bahwa angin tersebut bahkan bisa mencabut batu-batu besar dan menghempaskannya ke udara.


2. Tarikh Ath-Thabari: Kaum ‘Ad Memiliki Teknologi dan Peradaban Maju

Dalam Tarikh al-Rusul wa al-Muluk (Tarikh Ath-Thabari), disebutkan bahwa kaum ‘Ad adalah bangsa yang memiliki peradaban tinggi.

  • Mereka tinggal di kota Iram, yang terkenal dengan bangunan-bangunan besar dan pilar-pilar tinggi.
  • Mereka memiliki sistem irigasi yang canggih, ladang pertanian luas, serta teknik pembangunan yang sangat maju.
  • Mereka mampu membangun benteng-benteng raksasa dan istana megah, yang menjadikan mereka salah satu kaum paling kuat pada masanya.

Namun, meskipun memiliki kekuatan dan kemajuan peradaban, mereka menjadi sombong dan menolak peringatan Nabi Hud ‘alayhis salam. Mereka menganggap diri mereka tidak mungkin hancur, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an:

"Siapakah yang lebih kuat dari kami?" (QS. Fussilat: 15)

Kesombongan inilah yang akhirnya menyebabkan kehancuran mereka. Ath-Thabari mencatat bahwa setelah azab Allah menimpa mereka, peradaban mereka lenyap seketika, hanya menyisakan reruntuhan yang menjadi pelajaran bagi generasi setelahnya.


3. Qasas al-Anbiya’ Ibnu Jarir Ath-Thabari: Kaum ‘Ad Tinggal di Al-Ahqaf

Dalam kitab Qasas al-Anbiya’, Ath-Thabari menyebutkan bahwa kaum ‘Ad tinggal di daerah Al-Ahqaf, yang sekarang berada di antara Yaman dan Oman.

  • Al-Ahqaf (الأحقاف) dalam bahasa Arab berarti "bukit-bukit pasir".
  • Ini sesuai dengan QS. Al-Ahqaf: 21, yang menyebut bahwa Nabi Hud berdakwah di wilayah tersebut.
  • Wilayah ini dahulu merupakan tanah yang subur dengan banyak sungai, tetapi setelah azab Allah turun, daerah ini berubah menjadi gurun pasir tandus.

Ath-Thabari juga mencatat bahwa para arkeolog dan sejarawan Islam menyebutkan bahwa reruntuhan kaum ‘Ad masih bisa ditemukan di wilayah tersebut, meskipun tertimbun pasir selama ribuan tahun.


4. Al-Kamil fi al-Tarikh (Ibnu al-Atsir): Kaum ‘Ad Bertubuh Besar dan Berumur Panjang

Ibnu al-Atsir dalam Al-Kamil fi al-Tarikh mencatat bahwa kaum ‘Ad adalah bangsa yang:

  • Memiliki tubuh yang sangat besar – Mereka lebih tinggi dan lebih kuat dibanding manusia biasa.
  • Berumur panjang – Beberapa riwayat menyebutkan bahwa umur mereka bisa mencapai ratusan tahun.
  • Memiliki gaya hidup yang makmur – Mereka hidup dalam kemewahan dengan sumber daya alam yang melimpah.

Namun, semua itu tidak membuat mereka bersyukur kepada Allah. Mereka justru semakin sombong, hingga akhirnya mereka binasa oleh angin topan yang dahsyat.

Ibnu al-Atsir juga mencatat bahwa kaum ‘Ad tidak meninggalkan keturunan setelah kehancuran mereka. Seluruh penduduk kota musnah tanpa sisa, kecuali Nabi Hud ‘alayhis salam dan para pengikutnya.


Kesimpulan dari Keempat Kitab

Keempat kitab ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kisah Nabi Hud ‘alayhis salam dan kehancuran kaum ‘Ad.

Penggambaran Fisik, Bangunan, dan Kemajuan Teknologi Kaum ‘Ad (Kaum Nabi Hud ‘alayhis salam)

Kaum ‘Ad dikenal sebagai bangsa yang sangat kuat dan memiliki peradaban yang maju. Berdasarkan berbagai sumber klasik seperti Tafsir Ibnu Katsir, Tarikh Ath-Thabari, Qasas al-Anbiya’ Ath-Thabari, dan Al-Kamil fi al-Tarikh (Ibnu al-Atsir), berikut adalah gambaran fisik mereka, arsitektur bangunan mereka, serta kemajuan teknologi yang mereka capai.


1. Penggambaran Fisik Kaum ‘Ad

Dalam banyak riwayat dan tafsir, kaum ‘Ad digambarkan sebagai manusia yang berbadan besar, tinggi, dan sangat kuat.

A. Postur Tubuh Raksasa

  1. Tinggi Melebihi Manusia Biasa

    • Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa tinggi mereka bisa mencapai 60 hasta (sekitar 30 meter) atau lebih.
    • Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiya’ menyebutkan bahwa mereka memiliki postur tubuh lebih besar dari manusia normal pada masa itu.
  2. Kekuatan Fisik yang Luar Biasa

    • Kaum ‘Ad terkenal dengan kemampuan mereka mengangkat batu-batu besar dan membangun bangunan raksasa.
    • Disebutkan bahwa satu orang dari mereka mampu mencabut pohon besar hanya dengan tangan kosong.
  3. Usia yang Panjang

    • Ibnu al-Atsir dalam Al-Kamil fi al-Tarikh mencatat bahwa kaum ‘Ad memiliki umur yang panjang, bahkan mencapai ratusan tahun.
  4. Kulit yang Kuat

    • Sebagian riwayat menyebutkan bahwa kulit mereka begitu kuat sehingga tidak mudah terluka, bahkan oleh senjata tajam.

Dalil dalam Al-Qur’an:
"Adapun kaum ‘Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, 'Siapakah yang lebih kuat daripada kami?'..." (QS. Fussilat: 15)

Kaum ‘Ad merasa tidak terkalahkan karena postur tubuh mereka yang luar biasa dan kekuatan mereka yang besar.


2. Arsitektur dan Bangunan Kaum ‘Ad

A. Kota Iram dan Pilar-Pilar Raksasa

Kaum ‘Ad membangun Iram Dzatil ‘Imad yang disebut dalam Al-Qur’an:

"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi," (QS. Al-Fajr: 6-7)

Iram adalah kota utama kaum ‘Ad yang dikenal dengan:

  1. Bangunan yang sangat tinggi (dzatil ‘imad - ذو العماد)

    • ‘Imad berarti pilar-pilar besar, menunjukkan bahwa kota ini memiliki arsitektur yang sangat megah.
    • Pilar-pilar ini bisa berupa menara, istana, atau benteng yang menjulang tinggi.
  2. Terbuat dari Batu-Batu Raksasa

    • Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa kaum ‘Ad membangun istana dari batu-batu besar yang dipotong dan dipahat dengan sempurna.
    • Mereka tidak membutuhkan semen, karena mereka bisa menyusun batu-batu besar dengan sangat rapat.
  3. Terowongan dan Ruangan Bawah Tanah

    • Beberapa sejarawan menyebutkan bahwa mereka memiliki sistem terowongan bawah tanah, kemungkinan digunakan sebagai tempat penyimpanan makanan dan air.
  4. Benteng yang Kokoh

    • Mereka membangun benteng pertahanan yang kuat, menjadikannya sebagai kaum yang sulit diserang oleh musuh.

3. Kemajuan Teknologi Kaum ‘Ad

A. Teknik Konstruksi dan Arsitektur

  • Mereka memahat gunung untuk dijadikan tempat tinggal, sebagaimana disebutkan dalam kisah kaum Tsamud yang datang setelah mereka (QS. Al-Fajr: 9).
  • Mereka membangun istana yang tahan gempa menggunakan batu-batu besar.

B. Teknologi Pertanian dan Irigasi

  • Kaum ‘Ad mengembangkan sistem irigasi canggih untuk mengairi ladang-ladang mereka.
  • Mereka memiliki kebun-kebun yang luas dengan berbagai tanaman dan sungai-sungai yang mengalir.

C. Senjata dan Peralatan Perang

  • Mereka dikenal memiliki teknologi pembuatan senjata dan peralatan perang yang kuat, termasuk pedang dan tombak yang lebih besar dari ukuran manusia biasa.

D. Transportasi dan Perdagangan

  • Sebagian riwayat menyebutkan bahwa kaum ‘Ad memiliki sistem transportasi kuda dan unta yang terlatih dengan baik.
  • Mereka juga memiliki kapal-kapal besar yang digunakan untuk berdagang dan menjelajahi wilayah lain.

4. Kemewahan dan Kesombongan Kaum ‘Ad

  • Mereka hidup dalam kemewahan luar biasa dengan istana-istana megah, pakaian dari sutra terbaik, dan perhiasan emas dan perak.

  • Kemakmuran mereka membuat mereka sombong, hingga mereka berkata:

    "Siapakah yang lebih kuat daripada kami?" (QS. Fussilat: 15)

  • Mereka mengejek Nabi Hud ‘alayhis salam dan menganggapnya orang bodoh karena mengajak mereka menyembah Allah.

    "Hai Hud! Kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan kami hanya karena perkataanmu." (QS. Hud: 53)

  • Allah pun mengingatkan mereka:

    "Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melampaui batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan." (QS. Asy-Syu’ara: 150-152)


Kesimpulan

Kemajuan teknologi mereka tidak mampu menyelamatkan mereka dari azab Allah. Angin topan selama 7 malam dan 8 hari menghancurkan mereka semua, menyisakan hanya reruntuhan kota Iram sebagai pelajaran bagi generasi berikutnya.

Pelajaran: Kemajuan dan kekuatan fisik tidak berarti apa-apa tanpa ketaatan kepada Allah.



0 komentar:

Posting Komentar