MENYERTAI PENGIKUT HAWA NAFSU
Ada iblis-iblis, syethan-syethan, dan bala tentaranya yang menyertai orang-orang yang mengikuti atau bahkan menyembah hawa nafsunya. Mereka ini adalah orang-orang yang lalai terhadap Allah dan mencintai dunia dengan segala macam kesenangannya.
Iblis dan syethan menambahkan pengaruh buruk kepada mereka, memperkuat kecintaan mereka terhadap dunia demi meraih segala bentuk kesenangan duniawi, seperti:
- Tergila-gila dengan kekuasaan.
- Tergila-gila dengan harta dan kemewahan.
- Tergila-gila dengan kedudukan, pangkat, dan jabatan.
- Tergila-gila dengan syahwat: wanita, narkoba, musik, dan mode/fashion.
- Tergila-gila dengan pujian dan penghormatan.
- Tergila-gila dengan kesuksesan bisnis: perdagangan, pertanian, peternakan, dan usaha lainnya.
- Tergila-gila dengan gemerlapnya kenikmatan duniawi.
Bagi mereka inilah Allah kuasakan iblis dan syethan sebagai teman—yang mengiringi, menemani, dan mempengaruhi mereka ke mana pun mereka pergi. Hingga mereka semakin jauh dari Allah dan semakin lalai dalam cinta dunia.
Namun, iblis dan syethan tidak dapat mempengaruhi hamba-hamba Allah yang mengikhlaskan agama mereka hanya kepada-Nya dan yang bertawakal kepada Allah. Hanya hamba-hamba Allah yang beriman kepada-Nya, beriman kepada hari akhir, berhati ikhlas, dan bertawakal yang tidak akan tertipu oleh tipu daya iblis dan syethan.
SYETHAN ADALAH SIFAT, BUKAN MAKHLUK
Kata syathān (syethan/setan) berasal dari akar kata syathana, yang berarti “jauh”, yakni jauh dari rahmat Allah. Ada juga yang mengatakan berasal dari kata syātha, yang berarti “terbakar”, karena ia akan terbakar di neraka dan juga membakar hati serta pikiran manusia agar melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah, sehingga hati menjadi tidak tenang (terbakar).
Pendapat lain menyatakan kata itu berasal dari akar kata syatha, yang berarti “tepi”, karena ia berada di tepi. Ini berkaitan dengan konsep bahwa segala kebaikan berada di tengah, sedangkan yang di tepi (ekstrem kiri atau kanan) adalah keburukan.
Setan adalah sifat
Setan adalah sifat yang mengajak kepada keburukan melalui gambaran yang disenangi oleh hawa nafsu. Ia tidak terbatas hanya pada jin atau makhluk halus, tetapi juga bisa berupa manusia.
Allah berfirman dalam QS. Al-An‘am (6): 112:
“Setan-setan dari jenis jin dan manusia saling membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk memperdaya.”
Berdasarkan ayat ini, para ulama menyimpulkan bahwa setan adalah segala makhluk Tuhan yang durhaka kepada-Nya dan mengajak kepada kedurhakaan. Bahkan Al-Qur’an menggunakan istilah syethan bukan hanya untuk jin dan manusia, tapi juga untuk binatang yang melampaui batas dalam sikap dan kelakuannya.
Al-Raghib al-Asfahani, seorang pakar bahasa, mengutip hadis Nabi ﷺ:
“Dengki adalah setan, marah adalah setan.”
Sehingga beliau menyimpulkan bahwa syethan adalah nama bagi segala yang buruk dari sifat manusia.
Bisikan dalam hati manusia
- Bisikan baik yang didengar hati berasal dari malaikat.
- Bisikan buruk berasal dari syethan atau nafsu manusia sendiri.
Dalam QS. Yusuf (12): 53, Allah berfirman:
“Sesungguhnya nafsu manusia itu benar-benar mendorong kepada kejahatan (inna an-nafsa la-ammaratun bis-sū’).”
Perbedaan bisikan setan dan bisikan nafsu
Ulama tasawuf membedakan antara bisikan setan dan bisikan nafsu. Setan, bila gagal pada satu kejahatan, akan segera pindah kepada kejahatan lain yang lebih rendah. Namun ia tidak akan pernah berhenti atau puas, hingga manusia menjadi seperti setan: durhaka kepada Allah dan mengajak orang lain kepada kedurhakaan.
IBLIS: DARI GOLONGAN JIN
Iblis adalah dari golongan jin, bukan malaikat. Hal ini ditegaskan Allah dalam QS. Al-Kahfi (18): 50:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada para malaikat: ‘Sujudlah kalian kepada Adam.’ Maka mereka pun sujud, kecuali iblis. Ia adalah dari golongan jin, lalu ia durhaka kepada perintah Tuhannya.”
Iblis disebut demikian karena ia membangkang. Dialah raja para setan, dan setan itu bukan makhluk tersendiri, melainkan sifat yang melekat pada siapa saja—dari golongan jin maupun manusia—yang durhaka kepada Allah.
Dalam QS. Al-An‘am (6): 112, Allah berfirman:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi musuh, yaitu setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin.”
Maka setan adalah sifat. Semua iblis adalah setan, tapi tidak semua setan harus berupa iblis, karena setan adalah sifat pembangkang, bukan makhluk tertentu.
TAFSIR ULAMA TENTANG IBLIS
Terdapat perbedaan di kalangan ulama tentang hakikat iblis:
- Sebagian mengatakan iblis adalah jin yang fasik, sebagaimana dalam QS. Al-Kahfi: 50.
- Sebagian lainnya menyebut iblis sebagai malaikat yang fasik, berdasarkan QS. Al-Baqarah: 34.
Dalam sebagian kitab disebutkan bahwa iblis dulunya adalah makhluk ahli ibadah yang tinggal di surga. Ibadahnya bahkan dikatakan lebih baik daripada para malaikat. Namun, ia memiliki satu dosa besar: menolak sujud kepada Adam.
JIN DAN TUGASNYA
Jin adalah makhluk yang diciptakan dari api, seperti disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyat: 56:
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”
Berbeda dari iblis, jin diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Namun jika mereka membangkang, maka mereka pun menjadi setan.
MAKNA SETAN DALAM SURAT AN-NAAS
Dalam surat An-Naas disebutkan dua jenis setan:
-
Setan dari golongan manusia
Ini adalah yang paling berbahaya karena mereka nyata dalam kehidupan sehari-hari dan sering mengajak manusia bermaksiat kepada Allah. -
Setan dari golongan jin
Tidak terlihat kasat mata. Jin juga terdiri dari yang muslim dan kafir. Jin kafir inilah yang senantiasa mengajak manusia kepada kejahatan.
PERBEDAAN BISIKAN SETAN DAN MALAIKAT
- Bisikan setan: datang dari sebelah kiri, bertentangan dengan Allah. Kadang berisi perbuatan baik, namun niat dan tujuannya sesat (seperti riya, menunda kewajiban, dll.).
- Bisikan malaikat: datang dari sebelah kanan, mendorong ketaatan kepada hukum Allah.
- Nafsu: berada di tengah-tengah, cenderung mengikuti bisikan setan.
Ciri-ciri Nafsu:
- Tidak memikirkan akibat dari suatu perbuatan.
- Senang pada hal-hal yang indah dan menyenangkan.
- Cenderung mengikuti bisikan setan.
- Saat mendapat musibah ingat Allah, tapi saat mendapat nikmat lupa kepada-Nya.
Bagaimana Membedakan Bisikan yang Baik dan Buruk?
Dengan cara belajar agama. Semakin dalam pemahaman terhadap ajaran agama, semakin mudah membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang mudharat, mana yang sesuai dengan agama dan mana yang bertentangan.
Kesimpulan:
- Setan adalah sifat, bukan makhluk spesifik.
- Iblis adalah dari golongan jin, pembangkang pertama.
- Setan bisa berasal dari jin maupun manusia.
- Manusia yang memiliki sifat setan disebut setan dari golongan manusia.
JANGAN MENYAMAKAN DIRI DENGAN SYETHAN
Jin Azazil, yang tadinya dimuliakan Allah karena kedekatannya dengan-Nya, akhirnya menjadi Iblis yang terlaknat.
Iblis dan keturunannya menjadi:
Sangat buruk rupa dan tampilan tubuhnya, serta menyukai segala hal yang buruk, keji, kotor, dan najis.
Mereka menjadi seburuk-buruknya ciptaan karena:
Busuknya hati akibat sifat dengki dan kesombongan.
Mereka sangat membenci manusia dan dipenuhi kedengkian yang akan terus berlangsung sampai hari kiamat. Iblis menghendaki agar manusia mengalami:
- Kerusakan
- Kecelakaan
- Kerugian
- Kesengsaraan dunia dan akhirat
Maka jangan pernah percaya dengan tipu daya Iblis, yakni segala hal yang bertentangan dengan Allah dan Rasul-Nya, serta aturan-aturan agama.
0 komentar:
Posting Komentar