KOMPLEKSITAS MANUSIA
Manusia memiliki kompleksitas atau keanekaragaman yang rumit, baik dalam susunan tubuhnya maupun jiwanya. Seluruh unsur tersebut saling memengaruhi satu sama lain, membentuk kesatuan dalam keadaan fisik dan kejiwaan. Terlebih lagi ketika manusia mulai berinteraksi dengan lingkungan luar yang juga sangat kompleks.
Oleh karena itu, manusia wajib membekali diri dengan berbagai hal yang dapat menunjang kesehatan dan kebaikan, baik jasmani maupun rohani. Bekal yang paling penting adalah mengenali hal-hal yang dapat memperbaiki dirinya, baik untuk masa kini maupun masa depan.
Salah satu bekal utama adalah kemampuan akal untuk menganalisis segala hal dan keadaan yang berkaitan dengan dirinya. Dengan kemampuan itu, manusia akan mampu menimbang, memilah, memilih, dan menganalisis berbagai hal yang mungkin atau bisa memengaruhinya. Kemudian ia memiliki kemampuan memutuskan: kapan, apa, dan bagaimana cara mengatasi berbagai pengaruh tersebut agar ia tetap berada dalam keadaan ideal (baik) sebagaimana yang ia harapkan.
Hal-Hal yang Mempengaruhi Diri Manusia
Hal-hal yang dapat memengaruhi diri seseorang biasanya berasal dari unsur-unsur yang sangat dekat dengannya, di antaranya:
- Lingkungan dirinya sendiri
- Orang-orang di sekitarnya
- Agama
- Pengetahuan
- Pengalaman hidup
- Kedudukan dalam keluarga dan masyarakat
- Pangkat atau jabatan
- Tempat tinggal
- Harta kekayaan
- Keadaan fisik
- Latar belakang kesukuan dan kehidupannya
Tiada Alasan untuk Menyalahkan Diri atau Orang Lain
Tidak ada alasan untuk menyalahkan diri sendiri hanya karena merasa ada kekurangan atau merasa tak memiliki kuasa dan kemampuan. Tidak layak menjadikan ungkapan “tiada manusia yang sempurna” sebagai dalih untuk menyesal berlebihan, apalagi sebagai alasan pembenar atas tindakan yang salah.
Tidak ada satu pun alasan yang membolehkan kita menjustifikasi atau memberi label buruk terhadap diri sendiri, apalagi kepada orang lain, seperti menyebut bodoh, dungu, kurang ajar, sesat, atau istilah lainnya yang tidak pantas dan menyakitkan hati.
Manusia Diciptakan untuk Saling Berinteraksi
Manusia diciptakan oleh Allah untuk berinteraksi dan saling mengenal (lita'ārafū) serta bergaul dengan baik dalam berbagai aspek kehidupan. Misi interaksi itu adalah untuk saling memberi, saling mengisi, dan saling mengingatkan dalam rangka mencapai kebaikan dan kemaslahatan, baik secara fisik maupun kejiwaan.
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya."
(Khairun-nāsi anfa‘uhum linnās)
Mengapa Manusia Tidak Sempurna?
Manusia memang tidak diciptakan dalam keadaan sempurna, agar mereka mau saling berinteraksi dan saling melengkapi. Satu sama lain saling memberi dan membantu.
Dengan menyadari hal itu, kerendahhatian (tawadhu') menjadi sikap yang paling layak sebagai wujud kesadaran diri bahwa setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelemahan.
Oleh karena itu, kesombongan dipandang sebagai sikap buruk dan tak tahu diri, karena menunjukkan bahwa seseorang telah keblinger, tidak menyadari bahwa dirinya juga memiliki banyak kekurangan.
0 komentar:
Posting Komentar