Penolakan Wahabi terhadap Tasawuf dan Dampaknya
Berikut adalah pembahasan lengkap tentang penolakan Wahabi terhadap tasawuf dan dampaknya bagi umat Islam dan tradisi keilmuan Islam secara umum:
🔷 Penolakan Wahabi terhadap Tasawuf dan Dampaknya
🔹 Latar Belakang Penolakan Wahabi Terhadap Tasawuf
Wahabi, sejak awalnya oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, menolak berbagai praktik dan ajaran tasawuf yang dianggapnya:
- Mengandung unsur bid’ah (inovasi yang menyimpang dari syariat)
- Memunculkan unsur syirik (menyekutukan Allah), seperti tawassul, istighatsah, tabarruk, dan dzikir yang tidak terstruktur
Mereka menilai tasawuf sebagai ajaran berbahaya dan sumber kemusyrikan serta penyimpangan dari aqidah murni.
🔹 Pandangan Wahabi Tentang Tasawuf
- Tasawuf adalah ajaran asing dan tidak ada dalam Islam awal.
- Zikir dan ritual tasawuf dianggap berlebihan dan tidak berdasar dalil kuat.
- Sanad dan tarekat tasawuf dianggap tidak sahih dan bid’ah.
- Kultus terhadap wali dan penyebutan ruhani dianggap syirik.
🔹 Realitas Tasawuf dalam Islam: Sunnah dan Ijma’ Ulama
- Tasawuf bukan hal baru, tapi bagian dari perjalanan spiritual Islam sejak zaman Nabi ﷺ dan para sahabat.
- Banyak imam besar dari madzhab Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hambali adalah sufi dan menulis kitab tasawuf.
- Imam Al-Ghazali, Imam Junaid al-Baghdadi, Imam Ahmad al-Rifa’i, dan Imam Ibn Arabi adalah ulama tasawuf besar yang juga ahli fiqh dan aqidah.
- Sanad dan tarekat sufi adalah cara menjaga ilmu spiritual agar tidak menyimpang dan tetap mengikuti syariat.
🔹 Dampak Penolakan Wahabi Terhadap Tasawuf
Dampak Negatif |
Penjelasan |
---|---|
1. Putusnya generasi spiritual |
Tanpa tasawuf, umat kehilangan panduan untuk mendalami maqam dan hakikat iman, sehingga iman cenderung kering dan tekstual. |
2. Kekeringan ruhani dan psikologis |
Tasawuf memberi ketenangan, sabar, dan tawakal. Tanpa tasawuf, umat Islam mudah stres dan terombang-ambing. |
3. Muncul fanatisme dan kekerasan |
Penolakan terhadap ritual yang dianggap “bid’ah” sering kali diikuti kekerasan terhadap budaya dan tradisi keagamaan lokal. |
4. Merusak hubungan sosial dan persatuan umat |
Tasawuf mendidik toleransi dan kasih sayang; penolakannya menimbulkan sikap keras dan eksklusif. |
5. Memutus warisan ulama besar |
Banyak kitab tasawuf klasik yang menjadi rujukan utama umat diabaikan atau dicap sesat. |
🔹 Dalil dan Argumen Menolak Penolakan Wahabi
1. Dalil tentang pentingnya makrifat dan ruhani
-
QS. Al-Hashr [59]: 23-24
“Dia-lah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera...”
Ayat ini menunjukkan sifat-sifat Allah yang harus dikenal dan dihayati secara mendalam, bukan hanya secara tekstual. -
Hadis Nabi ﷺ:
“Barang siapa mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya.”
(Hadis Qudsi, dinukil dalam kitab tasawuf)
➡️ Tasawuf membantu mengenal diri dan Allah secara hakiki.
2. Sanad tasawuf
- Banyak sanad tarekat tasawuf menghubungkan ilmu spiritual langsung ke Nabi ﷺ dan para sahabat.
- Ini menunjukkan bahwa tasawuf bukan hal baru, melainkan warisan dan ilmu yang dijaga dari generasi ke generasi.
3. Ijma’ Ulama
- Mayoritas ulama Ahlussunnah, dari Imam Malik, Syafi’i, Ahmad, hingga ulama kontemporer, mengakui tasawuf sebagai bagian penting ajaran Islam.
- Imam Al-Ghazali berkata:
“Tasawuf adalah inti agama dan ruhnya.”
🔹 Contoh Tokoh Tasawuf Terkenal dan Kontribusinya
- Imam Al-Ghazali: Memadukan fiqh dan tasawuf sehingga menyelamatkan umat dari kekeringan spiritual.
- Imam Junaid al-Baghdadi: Tokoh sufi yang mengajarkan maqam dan manaqib suci.
- Imam Ahmad al-Rifa’i: Penyebar tasawuf yang juga pejuang ilmu dan sosial.
- Ibnu Arabi: Ahli metafisika Islam yang memberi dimensi spiritual dalam memahami Allah.
🔹 Kesimpulan
✅ Penolakan Wahabi terhadap tasawuf adalah kesalahan besar yang berakibat rusaknya dimensi spiritual dan sosial umat Islam.
✅ Tasawuf adalah warisan keilmuan dan spiritual dari Rasulullah ﷺ dan para sahabat, dengan sanad dan metode yang jelas.
✅ Tasawuf mengajarkan keseimbangan antara ilmu, amal, dan hati, yang sangat dibutuhkan umat agar tidak terjebak dalam sekadar tekstualisme atau kekerasan ideologis.
0 komentar:
Posting Komentar