Hadits Suami Menyakiti Istri: Sebuah Renungan untuk Para Suami
Hadits Suami Menyakiti Istri – Seperti yang kita semua tahu bahwa laki-laki memang ditakmenjadi seorang kepala keluarga. Namun hal itu tidak berarti mereka dengan bebas mengatur, membentak, dan kasar terhadap istrinya.
Selama yang dilakukan istri tidak perbuatan dosa, maka sebaiknya suami harus memaafkan. Bagaimanapun, tidak ada istri yang sempurna di dunia ini.
Tidak baik bila hanya mengingat keburukan yang pernah dilakukan istri. Seorang istri adalah anak yang rela meninggalkan rumah orang tuanya dan bersedia untuk hidup bersama suami.
Maka haram hukumnya jika seorang suami membuat istrinya menangis tanpa hak dan menyakiti istri. Hal tersebut telah disebutkan di dalam Al-Quran dan Hadits.
Saat suami berbuat zalim kepada istrinya, maka dia telah melakukan dosa yang amat besar dan tubuhnya tidak lagi diharamkan dari api neraka.
Sebagian besar orang mungkin saja beranggapan bahwa perempuan adalah racun dunia. Tapi perlu dipahami bahwa di dalam Islam sendiri, perempuan diibaratkan perhiasan dunia.
Perempuan sendiri adalah sosok yang sangat istimewa, dimana mereka begitu tegar dan kuat dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi disisi lain, mereka juga bisa berubah menjadi rentan dan rapuh.
Sebab, bagaimanapun, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Jangan hanya mengingat sisi buruknya saja, tapi ingatlah juga kebaikan seorang istri yang sudah merawatmu, menghidangkan makanan di atas meja, mencuci pakaianmu, serta mendidik anak-anakmu.
Di dalam Al-Quran, tepatnya di Surat Al-Nisa ayat 19, menjelaskan mengenai hukum suami yang menyakiti istri, berikut adalah artinya:
“Hai orang-orang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata, dan bergaulah dengan mereka secara patut.
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Q.S Al-Nisa : 19).
Lalu, apakah ada hadist yang menjelaskan tentang suami menyakiti istri? Tentu saja ada. Untuk umat muslim pasti sudah tahu bahwa Islam adalah agama yang sangat lengkap. Semua hal sudah diatur supaya umat muslim bisa hidup secara terarah dan diridhoi oleh Allah SWT, termasuk juga urusan rumah tangga.
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa di dalam Islam perempuan dianggap sebagai perhiasan dunia. Itu artinya, perempuan merupakan makhluk yang sangat istimewa.
Maka dari itu, sebagai seorang suami, kamu harus memperlakukan istrimu dengan baik dan jangan menyakiti istri baik itu fisik ataupun psikis.
Di dunia ini, masih ada banyak suami yang seringkali menyakiti istrinya dengan sangat mudah dan ringan tangan pada istrinya saat mereka berbuat salah. Padahal pada kenyataannya, masalah dapat diselesaikan dengan kepala dingin tanpa harus menyakiti fisik salah satunya.
Bukannya minta maaf dan tidak mengulanginya lagi, istri justru akan merasa menderita luar dan dalam. Terlebih lagi, Islam melarang keras suami yang sering memukul istrinya. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah salah satu hadist suami menyakiti istri yang perlu kamu pahami.
Dari Jabir bin Abdillah, bahwasannya Rasulullah bersabda ketika khutbah haji wada:
“Takutlah kalian kepada Allah SWT mengenai urusan istri kalian, karena kalian telah mengambilnya dengan amanat dari Allah SWT, dan kalian halalkan farjinya dengan kalimat Allah SWT, maka hak kalian atas mereka adalah supaya mereka kaum istri jangan mengizinkan orang yang kalian benci masuk ke rumah kalian.
Kalau sampai mereka melakukannya maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakiti, sedangkan hak mereka atas kalian adalah kalian berikan nafkah dan juga pakaiannya dengan cara yang baik” (HR. Muslim: 1218)
Dari hadist di atas dapat kita simpulkan bahwa di dalam Islam kita tidak pernah diajarkan untuk berlaku kasar terhadap perempuan. Sebab, mereka juga manusia yang mempunyai perasaan yang lembut dan sangat mudah rapuh. Apabila disakiti sedikit saja, maka mereka akan merasa sakit hati yang luar biasa.
Oleh sebab itu, perempuan harus diperlakukan dengan baik. Apabila perempuan melakukan kesalahan, maka jangan hadapi hal itu dengan kemarahan yang terlalu keras.
Hadits Suami Menyakiti Istri
Seperti yang kita semua tahu bahwa laki-laki memang ditakdirkan untuk menjadi seorang kepala keluarga. Namun hal itu tidak berarti mereka dengan bebas mengatur, membentak, dan kasar terhadap istrinya.
Selama yang dilakukan istri tidak perbuatan dosa, maka sebaiknya suami harus memaafkan. Bagaimanapun, tidak ada istri yang sempurna di dunia ini.
Tidak baik bila hanya mengingat keburukan yang pernah dilakukan istri. Seorang istri adalah anak yang rela meninggalkan rumah orang tuanya dan bersedia untuk hidup bersama suami.
Maka haram hukumnya jika seorang suami membuat istrinya menangis tanpa hak dan menyakiti istri. Hal tersebut telah disebutkan di dalam Al-Quran dan Hadits.
Saat suami berbuat zalim kepada istrinya, maka dia telah melakukan dosa yang amat besar dan tubuhnya tidak lagi diharamkan dari api neraka.
Sebagian besar orang mungkin saja beranggapan bahwa perempuan adalah racun dunia. Tapi perlu dipahami bahwa di dalam Islam sendiri, perempuan diibaratkan perhiasan dunia.
Perempuan sendiri adalah sosok yang sangat istimewa, dimana mereka begitu tegar dan kuat dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi disisi lain, mereka juga bisa berubah menjadi rentan dan rapuh.
Sebab, bagaimanapun, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Jangan hanya mengingat sisi buruknya saja, tapi ingatlah juga kebaikan seorang istri yang sudah merawatmu, menghidangkan makanan di atas meja, mencuci pakaianmu, serta mendidik anak-anakmu.
Di dalam Al-Quran, tepatnya di Surat Al-Nisa ayat 19, menjelaskan mengenai hukum suami yang menyakiti istri, berikut adalah artinya:
“Hai orang-orang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata, dan bergaulah dengan mereka secara patut.
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Q.S Al-Nisa : 19).
Lalu, apakah ada hadist yang menjelaskan tentang suami menyakiti istri? Tentu saja ada. Untuk umat muslim pasti sudah tahu bahwa Islam adalah agama yang sangat lengkap. Semua hal sudah diatur supaya umat muslim bisa hidup secara terarah dan diridhoi oleh Allah SWT, termasuk juga urusan rumah tangga.
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa di dalam Islam perempuan dianggap sebagai perhiasan dunia. Itu artinya, perempuan merupakan makhluk yang sangat istimewa.
Maka dari itu, sebagai seorang suami, kamu harus memperlakukan istrimu dengan baik dan jangan menyakiti istri baik itu fisik ataupun psikis.
Hukum Suami Menyakiti Istri
Seperti yang kita pahami selama ini bahwa suami adalah imam bagi keluarganya. Suami diamanahkan oleh Allah SWT untuk menjadi seorang pemimpin bagi istri dan anak-anaknya.
Walaupun kedudukan suami juga sebagai seorang kepala rumah tangga, itu bukan berarti mereka bisa seenaknya sendiri berlaku kasar terhadap istrinya, menyakiti hati istri dengan kata-kata kasar, terlebih sampai melakukan kekerasan.
Sebagaimana yang sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa suami harus senantiasa berbuat baik kepada istrinya dan janganlah menyakiti hati istri. Tak hanya itu saja, Allah SWT juga berfirman, yang artinya:
“Dan para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma’ruf.” (QS. Al-Baqarah: 228)
Sementara itu, Ath-Thabari mengungkapkan bahwa ayat di atas memiliki makna tentang kewajiban bagi suami tidaklah hanya sekedar memberi nafkah saja, tapi juga berkewajiban untuk memperbaiki sikap terhadap istrinya dan juga tidak menyakiti hati istri.
Hal tersebut dilakukan karena istri sudah menaati perintah Allah SWT dan menaati suami mereka dengan cara yang baik.
Muawiyah bin Haidah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW,
“Wahai Rasulullah, apa saja hak istri terhadap suaminya?” Rasulullah pun menjawab, “Engkau beri makan istrimu apabila engkau makan, dan engkau beri pakaian bila engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul wajahnya, jangan menjelekkannya, dan jangan mendiamkannya kecuali di dalam rumah.” (HR. Abu Dawud)
Dari dua dalil di atas, yaitu dari hadist dan juga Al-Quran, menjelaskan bahwa kedudukan istri di dalam Islam sangat dimuliakan. Seorang istri jangan hanya dibebankan kewajiban saja, tapi juga harus mendapatkan haknya dengan baik.
Sementara suami juga tidak hanya sekedar mencari nafkah saja, tapi juga harus memperlakukan istri dengan baik dan selalu berkata baik kepada istri.
Sebab, kata-kata yang kasar akan menyakiti hati istri. Hal itu berarti suami telah melanggar haknya yang harus dipenuhi sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas.
Adapun sebuah hadits yang menyebutkan bahwa laki-laki yang baik akhlaknya adalah seorang laki-laki yang bersikap baik kepada istrinya. Dari Abdullah bin ‘Amr, beliau Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
“Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya.” (HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Lalu, bagaimana bila istri yang berbuat dosa dan melanggar agama?
Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 34,
“…Wanita-wanita yang kalian khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka, dan jauhilah mereka di tempat tidur, dan pukullah mereka. Jika mereka menaati kalian, janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Di dalam ayat di atas, bisa kita simpulkan bahwa bla istri melakukan suatu hal yang melanggar agama, maka sebagai seorang suami seharusnya menasehati istri dengan cara dan kata-kata yang baik.
Apabila istri tidak dapat dinasehati, maka suami boleh mendiamkan mereka dan pisah ranjang. Apabila masih tidak bisa juga, maka suami diizinkan untuk memukul istrinya, tapi dengan syarat yaitu pukulan tersebut tidak boleh menimbulkan cedera dan tidak boleh memukul di bagian wajah.
Selain itu, suami juga tidak boleh memukul dengan tongkat dan benda lainnya yang bersifat keras. Pukulan yang boleh dilakukan yaitu dengan menggunakan tangan dan tidak untuk menyakiti. Tapi hanya untuk pelajaran saja.
Dibandingkan dengan laki-laki, sebenarnya perempuan adalah makhluk yang paling lemah, baik itu secara fisik maupun hati. Maka dari itu, sudah seharusnya suami bersikap baik dengan istri karena hati perempuan mudah sekali tersakiti.
Suami wajib memperlakukan istrinya dengan baik kecuali istri melakukan perbuatan yang sangat keji. Namun, cara menegurnya juga tidak boleh sampai menyakiti hati istri ataupun kekerasan yang bisa membuatnya terluka.
Dosa-Dosa Suami Terhadap Istri
Di bawah ini adalah berbagai macam dosa yang seringkali dilakukan oleh suami kepada istrinya karena mereka mengabaikan kewajiban kepada istrinya.
1. Tidak Mengajarkan Ilmu Agama Kepada Istri
Suami yang sudah ahli dalam pekerjaannya, memberikan nafkah kepada istrinya, dan memenuhi berbagai macam kebutuhan istri mungkin sudah banyak. Tapi berapa banyak suami yang mau mengajarkan ilmu agama kepada istri dan juga anak-anaknya?
Padahal pada dasarnya hal tersebut sudah menjadi kewajiban semua suami, yaitu wajib untuk menjauhkan diri dan keluarganya dari pedihnya azab kubur dan juga api neraka. Seperti hadist yang ada di bawah ini:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan melakukan apa yang diperintahkan,” (QS. At-Tahrim: 6).
2. Tidak Cemburu dengan Istri
Bersikap cemburu dengan kadar yang normal bisa menjadi sebuah tanda cinta. Sehingga bila pasangan tidak merasa cemburu dengan istrinya, maka hal itu perlu dipertanyakan rasa cinta mereka.
Kado terbaik untuk orang terdekat
Terlebih bila istri jalan-jalan keluar rumah dengan laki-laki lain, namun pasangan tidak merasa cemburu. Itu adalah kesalahan besar yang dilakukan oleh suami.
“Tiga golongan yang Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat yaitu seseorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai lelaki dan ad-Dayyuts,” (HR An-Nasa’i ‘hasan’ oleh syeikh Albani, lihat ash-Shahihah: 674).
3. Tidak Memberi Nafkah Istri
Sekarang ini sudah ada banyak contoh tentang suami yang tidak memberi nafkah kepada istrinya sama sekali. Hal tersebut adalah sebuah dosa besar bagi para suami. Karena memberikan nafkah kepada istri merupakan kewajiban dan tanggung jawab utama bagi suami.
Bayangkan saja bila seorang istri yang sudah berkorban meninggalkan kedua orang tuanya untuk hidup bersama suami justru tidak dihargai dan tidak diberi nafkah.
Hal tersebut juga sudah dijelaskan di hadits Rasulullah yang berbunyi:
”Rasulullah bersabda, seseorang cukup dipandang berdosa bila ia menelantarkan belanja orang yang menjadi tanggung jawabnya,” (HR.Abu Dawud no.1442 CD, Muslim, Ahmad, dan Thabrani).
4. Membenci Istri
Istri merupakan pasangan hidup seorang suami. Dengan istri, seorang suami akan mengarungi perjalanan hidup yang sangat panjang. Apabila suami membenci istrinya, maka kemungkinan besar mereka akan menghadapi sebuah kegagalan.
Sebab, tema hidupnya tidak lagi memperoleh kepercayaan. Sehingga hal tersebut akan merusak hubungannya sendiri.
Rasulullah SAW juga sudah memperingatkan kepada para suami untuk tidak membenci istrinya. Terlebih jika istrinya adalah seorang yang beriman, sebagaimana hadist di bawah ini:
“Janganlah seorang suami yang beriman membenci istrinya yang beriman. Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti meridhoi akhlak lain darinya,” (H.R. Muslim).
5. Ringan Tangan kepada Istri
Ringan tangan disini artinya mudah memukul dan menyakiti istri. Apabila ada masalah ataupun perselisihan seringkali suami memilih untuk menyelesaikannya dengan kekerasan. Hal tersebut sangat dibenci oleh Allah SWT.
“Hendaklah engkau memberinya makan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajah, tidak menjelek-jelekkannya…” (H.R. Ibnu Majah dishahihkan oleh Syaikh Albani).
Renungan untuk Suami yang Kasar kepada Istri
Hingga saat ini, ada saja suami yang mempunyai sikap buruk seperti halnya sering membentak istrinya dan selalu menunjukkan sifat marah dengan berbagai alasan bahkan juga hanya karena masalah yang sepele.
Selain itu, karena adanya masalah yang mungkin saja sedang dihadapi suami, seringkali istri yang justru menjadi pelampiasan dari kemarahannya tersebut. Pada akhirnya, suami mengatakan kata-kata yang kurang baik bahkan berlaku kasar terhadap istrinya.
Hal yang seperti itu pastinya sangat berlawanan dengan apa yang sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW,
“Sebaik2 kalian, (yaitu) yg paling baik untuk istrinya serta saya yaitu orang yg paling baik diantara kalian pada istriku. [HR. Tirmidzi].
Islam adalah agama yang sangat memuliakan seorang istri seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad terhadap istri-istrinya. Oleh sebab itu, Agama Islam sangat tidak suka dengan sikap suami yang berlaku buruk terhadap istrinya.
Hal yang perlu dipahami oleh suami bila mungkin jasa-jasa yang sudah dilakukan oleh seorang istri memang tidak bisa dinilai dengan materi.
Namun, beban seorang istri seperti halnya mengandung, melahirkan, membesarkan anak, dan juga mengurus suami serta semua urusan rumah tangga tidak bisa tergantikan oleh apapun.
Perasaan perempuan yang sangat lembut dan penuh kasih sayang pastinya akan merasa sakit hati jika dibentak dan mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya. Oleh karena itu, semua suami harus berpikir ulang jika ingin berbicara keras kepada istri.
Hal yang mungkin saja terjadi jika suami sering membentak dan berlaku kasar terhadap istri adalah hati yang merasa terluka dan hal itu bisa saja membuat istri merubah sikapnya menjadi dendam, penuh benci, dan hilang perasaan cintanya yang tulus.
Kado terbaik untuk orang terdekat
Kemudian berganti dengan perasaan benci kepada para suami. Oleh sebab itu, janganlah sesekali berlaku kasar terhadap istri jika tidak ingin mendapatkan itu semua.
Semua laki-laki yang sudah menjadi seorang suami seharusnya melakukan renungan dan berpikir ulang tentang semua hal yang sudah dilakukan oleh istri.
Selain itu, suami juga seharusnya memikirkan tentang hukum menyakiti istri di dalam Islam. Sebagai seorang suami yang bijak, sudah seharusnya memperlakukan istri dengan baik, memeluknya, dan menyayanginya serta selalu berkata baik dan lembut. Sehingga hal itu akan menyejukkan hati istri.
Itulah beberapa penjelasan hadist suami menyakiti istri yang harus dipahami dan direnungkan. Dengan alasan apapun, kekerasan tidak boleh dilakukan oleh siapapun, terlebih suami kepada istri. Karena hal itu tidak hanya menyebabkan luka fisik, tapi juga batin.
LARANGAN MEMBUKA RAHASIA RUMAH TANGGA
Hadits riwayat Imam Muslim berikut ini menyebut rahasia pasangan suami dan istri sebagai amanah besar yang kelak diperhitungkan pada hari kiamat. _“Dari sahabat Abu Sa‘id Al-Khudri ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Amanah terbesar di sisi Allah pada hari Kiamat adalah seseorang yang memperhatikan istrinya dan sebaliknya kemudian menyebarkan rahasia pasangannya,’”_ (HR Muslim).
PENJELASAN:
Islam melalui riwayat Imam Ahmad berikut ini melarang pasangan suami dan istri untuk membuka aktivitas Menceritakan aktivitas seksual tersebut dengan rinci sehingga seolah publik melihat langsung seksual mereka.
melarang mereka untuk
Adapun kondisi dan apapun yang terjadi pada rumah tangga termasuk aktivitas seksual pasangan merupakan amanah besar yang harus dijaga rahasianya dan kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما أَنَّ رسولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قال إِذا حَدَّث رجل رجلا بحديث ثم التفت فهو أمانة
Artinya, “Dari sahabat Jabir bin Abdillah ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Bila seseorang berbicara dengan sahabatnya, kemudian ia menoleh, maka ucapannya itu adalah amanah,’” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Pengecualian ini disebutkan dalam riwayat berikut ini:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْمَجَالِسُ بِالأَمَانَةِ إِلاَّ ثَلاَثَةَ مَجَالِسَ سَفْكُ دَمٍ حَرَامٍ أَوْ فَرْجٌ حَرَامٌ أَوِ اقْتِطَاعُ مَالٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
Artinya, Wallahu a’lam.
Jikalau berkaitan dengan bahaya bahaya fisik, harta dan agama (penyelewengan dari syari'at, Penyesatan Aqidah dan dan keburukan Akhlaq) maka hal itu tidak termasuk dalam kategori yang dimaksudkan dalam penjelasan di atas
Doa istri yang sakit hati bisa menjadi penghalang bagi kelancaran rezeki suami.
Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis:
Sikap menyakiti istri akan membuat hubungan suami istri menjadi tidak harmonis.
Balasan di dunia dan akhirat:
Suami yang menyakiti istri bisa mendapatkan balasan buruk di dunia dan akhirat.
Pentingnya menjaga perasaan istri:
Menjaga keharmonisan rumah tangga:
Sikap saling menghargai dan menjaga perasaan akan menciptakan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Memperoleh keberkahan:
Rumah tangga yang harmonis akan mendatangkan keberkahan dari Allah.
Menjadi teladan bagi anak-anak:
Sikap suami yang baik terhadap istri akan menjadi contoh bagi anak-anak dalam membangun hubungan yang baik.
Dengan demikian, larangan suami menyakiti hati istri adalah perintah agama yang harus dipatuhi. Suami hendaknya selalu berusaha menjaga perasaan istri, bersikap lemah lembut, dan berusaha menyelesaikan masalah dengan cara yang baik.
Tentang Wanita Sholehah
Wanita sholehah tentunya menjadi tujuan dari setiap muslimah. Menjadi wanita sholehah atau wanita yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah tentunya menjadikan kamu istimewa di sisi Allah SWT.
Dalam Al-Quran terdapat banyak ayang yang membahas betapa istimewanya wanita dalam Islam. Hal ini terbukti dengan diceritakannya kisah-kisah para wanita sholehah seperti Maryam dan istri-istri Rasulullah SAW dalam berbagai surat Al-Quran.
Wanita sholehah bisa dikenali dari sifat-sifatnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari amalan atau ibadah yang dilakukannya kepada Allah SWT hingga dari sikapnya dalam kepada sesama manusia dalam berkegiatan setiap harinya.
1. Taat Menjalankan Perintah Allah SWT
Ciri wanita sholehah yang pertama tentunya adalah seorang muslimah yang taat menjalankan perintah Allah SWT. Seorang muslimah dianggap sebagai wanita sholehah saat ia mengerjakan apa yang diperintahkan Allah SWT dan selalu menghindari larangan-Nya. Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT, yang artinya:
“Wanita yang sholehah adalah yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) wanita-wanita yang kamu khawatirkan musyuznya,”(QS. An Nisa: 34).
2. Jujur
Ciri wanita sholehah berikutnya adalah memiliki sifat jujur. Wanita sholehah akan mengatakan ucapan yang jujur dan benar apa adanya setiap berbicara. Seperti firman Allah SWT, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 70-71).
3. Sabar
Sabar adalah salah sati ciri wanita sholehah yang perlu kamu pahami. Wanita sholehah tidak akan mudah menyerah dan putus asa dalam menghadapi ujian, dan tetap bersabar. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al Baqarah: 153).
4. Khusyuk dalam Beribadah
Khusyuk dalam beribadah merupakan ciri wanita sholehah lainnya yang patut diperhatikan. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya,” (QS. Al-Mu’minuun: 1-2).
5. Selalu Mengingat Allah SWT
Ciri wanita sholehah selanjutnya adalah selalu mengingat Allah SWT. Wanita sholehah sudah tentu akan selalu mengingat Allah SWT dalam keadaan susah maupun senang. Seorang wanita sholehah meyakini bahwa hanya Allah SWT yang akan memberikan pertolongan kepadanya. Allah SWT berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram,” (QS. Ar-Ra’du: 28).
6. Bila Dilihat Suaminya Terlihat Menyenangkan
Ciri wanita sholehah bila dilihat oleh suaminya terlihat menyenangkan. Pemahaman ini tentunya berbeda pada setiap suami, karena setiap orang memiliki kriteria tersendiri terhadap pasangannya. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi yang baik antara suami dan istri tentang bagaimana kriteria istri yang menyenangkan bagi suami.
Tentunya hal ini juga perlu diimbangi dengan suami yang juga bisa dilihat menyenangkan bagi istrinya. Hal ini termasuk dalam sikap atau perbuatan, perkataan, penampilan, dan lain sebagainya.
7. Menaati Perintah Suami
Ciri wanita sholehah atau istri sholehah selanjutnya adalah taat kepada perintah suami. Perintah di sini maksudnya tentu saja perintah-perintah yang baik, perintah yang tidak menuju kemaksiaatan atau mengingkari Allah SWT.
8. Menjaga Harta
Ciri wanita sholehah atau istri sholehah berikutnya yaitu dapat menjaga harta keluarga ketika suaminya jauh. Jadi ketika ditiggal pergi suami untuk bekerja, seorang istri yang sholihah tidak akan boros dan senantiasa menjaga harta keluarga kecilnya.
9. Menjaga Kehormatan
Ciri wanita sholehah atau istri sholehah selanjutnya yaitu selalu menjaga kehormatannya di manapun dia berada.
Hadis dan Ayat Al-Quran Tentang Wanita dalam Islam
Ada berbagai macam hadis dan ayat Al-Quran yang menceritakan tentang keistimewaan wanita dalam Islam. Berikut beberapa di antaranya:
1. Wanita Sholehah adalah Perhiasan Dunia
Wanita sholehah ibaratkan perhiasan di dunia. Hal ini bukan hanya berkaitan dengan fisik saja, namun juga berhubungan dengan hati dan pikiran seorang wanita. Rasulullah SAW bersabda,
“Dunia adalah perhiasan, sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah istri yang shalihah.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr)
2. Wanita adalah Karunia Allah SWT
Wanita sholehah adalah karunia Allah SWT, yang mana bersama pria akan mendapatkan ketenangan lahir dan batin. Hal ini tercantum dalam Surat An-Nahl ayat 72, yang artinya:
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"
Hadis Suami Menyakiti Istri
Dalam Islam, seorang suami memang disebutkan wajib menjadi kepala keluarga yang mengayomi keluarganya menuju jalan yang benar. Oleh sebab itu, haram hukumnya seorang suami bebas mengatur-atur, berkata kasar, atau menyakiti hati istrinya.
Seorang suami dianjurkan untuk memaafkan jika istrinya berbuat salah. Selain itu, ada baiknya untuk tidak mengungkit-ungkit kesalahan dan keburukan masing-masing yang terjadi di masa lalu.
Sebab Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW pun sudah menyebutkan dalam Al-Qur'an dan didukung hadis tentang suami yang menyakiti istrinya. Simak kumpulan hadis suami menyakiti istri berikut ini agar menjadi renungan para suami.
1. Hadis Suami Menyakiti Istri
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT sudah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 19 yang artinya:
Hai orang-orang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai perempuan dengan jalan paksa dan janganlah menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali dari apa yang sudah kamu berikan kepadanya.
Terkecuali jika mereka melakukan pekerjaan keji. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.
Lalu jika kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah. Sebab mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah SWT menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (Q.S. An-Nisa: 19)
Sampai sekarang, masih banyak suami yang menyakiti istrinya dengan mudah, bahkan hingga menyakiti secara fisik. Padahal suatu masalah masih bisa diselesaikan dengan duduk bersama dan minta maaf untuk tidak mengulanginya lagi, tanpa harus melibatkan fisik.
Rasulullah SAW pun bersabda saat kutbah haji wada yang artinya:
Takutlah kalian kepada Allah SWT tentang urusan istri kalian, karena sudah mengambilnya dengan amanat dari Allah SWT. Serta kalian halalkan farjinya dengan kalimat Allah SWT.
Maka hak kalian atas mereka adalah supaya mereka kaum istri jangan mengizinkan orang yang kalian benci masuk ke rumahmu.
Jika sampai mereka melakukannya, maka pukullah dengan pukulan yang tidak menyakiti. Sedangkan hak mereka atas kalian adalah kalian berikan nafkah dan pakaian dengan cara yang baik. (HR. Muslim: 1218)
2. Hukum Suami Menyakiti Istri
ilustrasi pasangan muslim yang bahagia (pexels.com/Mikhail Nilov)
Lantas, bagaimana hukum suami yang menyakiti istri? Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 228, yaitu:
"Dan para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma'ruf." (Q.S. Al-Baqarah: 228)
Hal ini menandakan kalau seorang suami harus selalu berbuat baik kepada istri dan jangan menyakiti hati istrinya. Selain itu, suami juga memiliki kewajiban tidak hanya memberi nafkah saja, tapi juga wajib memperbaiki sikap terhadap istri dan tidak menyakiti hatinya.
Muawiyah bin Haidah pernah bertanya kepada Rasulullah dan langsung dijawab oleh beliau:
"Wahai Rasulullah, apa saja hak istri terhadap suaminya?", Rasulullah pun menjawab,
"Engkau beri makan istrimu jika engkau makan dan engkau beri pakaian jika engkau berpakaian. Jangan engkau memukul wajahnya, jangan menjelekkannya, dan jangan mendiamkannya kecuali di dalam rumah. (HR. Abu Dawud)
Berdasarkan hadis dan ayat Al-Qur'an di atas, dapat dipahami bahwa kedudukan seorang istri sangatlah dimulaikan dalam Islam. Seorang istri dilarang hanya diberikan beban saja, tapi juga harus menerima haknya dengan baik dan layak.
Kriteria Suami Yang Baik
Sebuah hadis menyebutkan bahwa suami yang memiliki akhlak baik merupakan suami yang memiliki sikap baik kepada istrinya, yaitu:
Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Istri Yang Berbuat Dosa
Lantas, bagaimana jika seorang istri melakukan dosa atau melanggar aturan agama? Allah SWT telah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 34 yang artinya:
Perempuan yang kalian khawatirkan nusyuz-nya, maka nasihatilah mereka. Dan jauhilah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka. Jika mereka menaati kalian, jangan kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. An-Nisa: 34)
Perlakuan Suami Terhadap Istri
Berdasarkan ayat tersebut, berarti jika istri melakukan perbuatan dosa, maka seorang suami harus menasihatinya dengan cara dan perkataan yang baik-baik.
Lalu jika istri tidak bisa dinasihati, maka suami boleh mendiamkan mereka atau pisah ranjang. Kalau masih tidak bisa juga, maka suami dibolehkan untuk memukul istrinya, tapi dengan syarat tidak boleh sampai menyebabkan cedera dan tidak boleh memukul bagian wajah.
Suami juga tidak boleh memukul menggunakan tongkat atau benda keras lainnya. Pukulan hanya boleh menggunakan tangan dan tidak bermaksud untuk menyakiti.
Tiga Dosa-Dosa Suami Terhadap Istri
Ada sejumlah dosa-dosa suami terhadap istri yang paling sering dilakukan, di antaranya:
1. Tidak mengajarkan ilmu agama
Dosa suami terhadap istri yang pertama adalah tidak mengajarkan ilmu agama kepadanya. Pada dasarnya, hal ini adalah kewajiban bagi semua suami untuk menjauhkan diri dan keluarganya dari azab kubur dan neraka.
2. Tidak memberi nafkah
Sebagaimana tugas seorang suami sebagai kepala keluarga, ia juga wajib memberi Nafkah Kepada Istri dan keluarganya. Seperti yang sudah dijelaskan dalam hadis Rasul yang artinya:
Rasulullah bersabda, seseorang cukup dipandang berdosa jika ia menelantarkan belanja orang yang menjadi tanggung jawabnya. (HR.Abu Dawud no.1442 CD, Muslim, Ahmad, dan Thabrani)
3. Membenci istri
Rasulullah SAW sudah melarang para suami untuk tidak membenci istrinya, seperti pada hadis berikut ini:
Janganlah seorang suami yang beriman membenci istrinya yang beriman. Kalau dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti meridai akhlak lain darinya. (HR. Muslim)
4. Mudah memukul dan menyakiti
Sekali lagi, suami tidak boleh menyakiti istrinya, apalagi hanya karena masalah sepele. Sebagaimana hadis Rasulullah berikut:
Hendaklah engkau memberinya makan jika engkau makan, memberi pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajah, tidak menjelek-jelekkannya ..." (HR. Ibnu Majah)
5. Tidak cemburu dengan istri
Dosa suami terhadap istri yang terakhir adalah tidak cemburu. Sebab sikap cemburu dengan wajar sebenarnya adalah hal normal karena bisa menjadi tanda cinta kepada pasangan.
Jika suami tidak merasa cemburu dengan istrinya, maka rasa cintanya bisa dipertanyakan. Terutama jika istri jalan-jalan dengan laki-laki lain, tapi suaminya tidak merasa cemburu. Sesuai hadis Rasulullah:
Tiga golongan yang Allah SWT tidak akan melihat mereka di hari kiamat adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan ad-dayyuts atau seorang suami yang membiarkan perbuatan buruk di keluarganya. (HR An-Nasa'i)
Demikianlah penjelasan tentang hadis suami menyakiti istri serta dosa-dosa suami terhadap istri yang wajib kamu ketahui. Jadikan pembahasan ini sebagai renungan untuk lebih menyayangi istri dan keluarga. Semoga bermanfaat!
Memahami Arti Taqwa
Dalam beberapa tempat dalam al-Qur’an, Allah SWT menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang bertakwa seperti yang tercantum dalam al-Qur’an surat Ali-Imron ayat 134. Penjelasan ciri orang yang bertakwa dalam surat dan ayat tersebut telah dijelaskan dalam bagian pertama tulisan ini. Pada kesempatan ini akan disampaikan ciri-ciri orang yang bertakwa sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 3 dan 4. Bunyi ayat tersebut adalah sebagai berikut:
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ
“Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat”. (QS. Al-Baqarah: 3-4).
Takwa sering didefinisikan dengan mengerjakan semua perintah-perintah Allah dan meninggalkan segala hal yang dilarang-Nya. Mencapai derajat takwa (muttaqin) adalah juga tujuan utama dari perintah Allah kepada orang-orang yang beriman untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan (QS.Al-Baqarah: 183). Setelah Allah menjelaskan bahwa kitab Al-Qur’an adalah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Selanjutnya dalam surat al-Baqarah ayat 3-4 sebagaimana tersebut di atas Allah menjelaskan ada lima ciri orang-orang yang bertakwa.
Pertama, orang yang bertakwa adalah orang yang percaya kepada hal-hal yang gaib. Sebagaimana diketahui, Allah menciptakan dan menjelaskannya dalam Al-Qur’an bahwa ada makhluk lain yang diciptakan oleh Allah SWT namun tidak kasat mata dan oleh sebab itu manusia tidak bisa melihatnya. Allah juga menjelaskan beberapa ketentuan dan peristiwa yang pasti akan berlaku dan terjadi tetapi tidak sekarang ini atau hanya akan dialami manusia ketika manusia nanti melalui tahapan kehidupan tersebut. Terhadap segala ciptaan yang tidak nampak (gaib) dan peristiwa yang akan terjadi yang dijanjikan Allah tersebut maka kita cukup mengimaninya atau mempercayainya dengan sepenuh hati bahwa itu adalah benar dan tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya.
Orang-orang yang beriman kepada hal-hal gaib tersebut, maka dinyatakan oleh Allah sebagai orang yang bertakwa. Oleh karena itu seorang yang bertakwa percaya bahwa makhluk Allah yang namanya iblis atau syetan dan jin itu ada, Malaikat itu benar-benar ada, dan makhluk lainnya yang diciptakan Allah namun kita tidak melihatnya itu juga ada. Orang yang bertakwa juga harus yakin dan percaya bahwa alam kubur yang di dalamnya ada siksa kubur bagi mereka yang banyak berbuat dosa itu niscaya. Bertakwa juga berarti percaya bahwa semua ketentuan Allah mengenai padang mahsyar, mizan atau timbangan amal manusia, surga dan neraka, semua itu pasti akan terjadi dan ada sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah SWT. Bagi orang yang bertakwa, keimanan kepada hal-hal yang gaib ini akan senantiasa mendorong dan membimbing manusia kepada jalan kebenaran, karena yakin bahwa semua yang dilakukan di dunia akan mendapatkan imbalan yang setimpal sesuai dengan perbuatannya.Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, dan keburukan akan dibalas pula dengan keburukan oleh Allah SWT.
Ciri yang kedua orang yang bertakwa adalah mereka yang mendirikan shalat. Allah memerintahkan kepada manusia untuk beribadah dan mengabdi hanya kepada-Nya. Diantara perintah ibadah yang paling penting dan utama adalah melaksanakan shalat lima waktu. Shalat merupakan induk dari segala ibadah. Nabi Muhammad SAW bahkan menyatakan bahwa amalan yang pertama nanti akan dihisab (dihitung) di hari kiamat adalah shalat. Jika seseorang shalatnya baik maka baik pulalah amal ibadah yang lainnya, namun jika shalatnya buruk maka amalan yang lainnya menjadi tidak berarti (al-Hadits). Dalam hadits lain, Rasulullah menegaskan bahwa yang membedakan antara orang mukmin dan orang kafir adalah shalat. Karena itu melihat pentingnya menegakkan shalat sebagai ibadah yang wajib dan paling utama, maka ukuran ketakwaan seseorang kepada Allah diukur dari shalatnya. Dengan kata lain, sesorang yang tidak mendirikan shalat lima waktu, maka dia bukan orang yang bertakwa.
Ciri yang ketiga orang bertakwa adalah mereka yang menginfakkan sebagian rejekinya kepada jalan Allah SWT dan untuk membantu sesama. Perlu dipahamai bahwa sebagain rejeki yang kita terima sesungguhnya bukan milik kita sepenuhnya, sebagian adalah hak milik orang lain, yaitu milik mereka yang dhu’afa, fakir miskin, anak-anak yatim, untuk perjuangan di jalan Allah, dan yang membutuhkan pertolongan lainnya. Seorang yang bertakwa harus menyadari hal itu sepenuhnya, dengan hal itu ia akan dengan ringan untuk menginfakan sebagian hartanya bagi mereka yang membutuhkan. Allah menjanjikan dengan pahala yang berlipat ganda bagi mereka yang mau berinfak dan bersedekah. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 261, bahwa orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir berisi seratus biji. Begitu Allah melipatgandakan pahala bagi siapa saja yang dikehendaki, terutama bagi mereka yang berinfak semata-mata karena ingin menggapai ridha-Nya.
Keempat, ciri orang yang bertakwa adalah mereka yang beriman kepada Kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya yang diwahyukan kepada Nabi-Nabi sebelum Rasulullah SAW. Percaya kepada Al-Qur’an berarti percaya akan firman-firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Dengan beriman kepada al-Qur’an berarti juga percaya terhadap segala isi dan kandungan yang ada di dalamnya berupa penjelasan-penjelasan, perintah-perintah dan larangan-larangan dari Allah SWT. Bagi orang yang bertakwa, al-Qur’an adalah landasan hidup dan pedoman dasar serta sumber segala sumber hukum sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan ini.
Tidak hanya beriman kepada kitab yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, orang bertakwa juga adalah mereka yang mengimani kitab-kitab sebelumnya. Allah SWT pernah menurunkan wahyu kepada para Nabi terdahulu, seperti Nabi Isa alaihis salam diberikan kepada kitab Injil, kepada Nabi Musa alaihis salam diberikan kitab Taurat dan kepada nabi Daud alaihis salam diberikan kepada kitab Zabur. Lembaran-lembaran shuhuf juga diturunkan kepada Nabi Ibrahim alaihi salam. Terhadap semua kitab-kitab sebelum al-Qur’an itu kita harus percaya dan mengimaninya. Semua keterangan itu dijelaskan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an.
Ciri yang terakhir atau yang kelima dari orang yang bertakwa adalah yakin dengan sepenuh hati akan adanya negeri akhirat. Allah SWT menjelaskan bahwa kehidupan di dunia ini hanya bersifat sementara (fana). Dunia ini akan mengalami kehancuran besar sehancur-hancurnya dengan peristiwa dahsyat yang disebut hari kiamat. Setelah kiamat, maka manusia akan memasuki kehidupan dan dunia baru yaitu alam akhirat. Alam akhirat ini dijelaskan oleh Allah SWT merupakan alam yang kekal dan abadi. Alam dimana manusia akan memetik dari aamal perbuatannya ketika hidup di alam fana atau alam dunia. Ketika manusia banyak amal shalihnya waktu di dunia, maka ia akan hidup bahagia di akhirat. Namun jika manusia banyak berbuat dosa waktu di dunia, maka hidupnya akan sengsara dan mengalami penyiksaan di akhirat.
Demikianlah lima ciri dari orang yang bertakwa sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT alam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 3-4. Seseorang yang berpuasa Ramadhan selama sebulan penuh dengan penuh keihlasan dan semata berharap ridha Allah SWT, insya Allah akan mendapatkan derajat muttaqin (Orang yang bertakwa). Pembuktian terhadap status ketakwaan itu akan terlihat nanti setelah melewati bulan Ramadhan yaitu pada bulan Syawal dan seterusnya. Diantara bukti ketakwaan itu adalah beriman kepada yang gaib, senantiasa mendirikan shalat lima waktu, rajin berinfak dan bersedekah, beriman kepada kitab-kitab Allah dan meyakini dengan sepenuh hati akan hari akhirat. Wallahu a’lam bishawab.
BACA JUGA:
https://generasizetzet.blogspot.com/2025/06/nasihat-rumah-tangga-islami.html
0 komentar:
Posting Komentar