Bahaya mengikuti paham Salafi-Wahabi dalam beragama, terutama ketika dibandingkan dengan metodologi para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah.
🚫 Bahaya Tersembunyi Paham Salafi-Wahabi dalam Beragama: Kajian Ilmiah Perbandingan Manhaj
Pendahuluan
Dalam beberapa dekade terakhir, dunia Islam menghadapi fenomena munculnya kelompok yang menamakan dirinya Salafi atau Salafi-Wahabi. Mereka mengklaim mengikuti manhaj salaf (metode pemahaman para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in) secara murni, dan menyebut diri sebagai yang paling benar dalam memahami Islam. Namun, di balik klaim itu tersembunyi banyak kontradiksi, penyimpangan metodologis, dan bahaya besar bagi umat Islam.
Artikel ini akan mengupas secara sistematis tentang metode pengambilan hukum dalam Islam yang benar dibandingkan metode Salafi-Wahabi, serta menjelaskan dampak negatif dari mengikuti paham ini dalam kehidupan beragama.
I. Cara Pengambilan Hukum dalam Islam yang Shahih
Islam mengatur tata cara istinbath (pengambilan hukum) melalui sumber-sumber yang terstruktur dan terjaga:
- Al-Qur’an
- Sunnah
- Ijma’ (konsensus ulama mujtahid)
- Qiyas (analogi berdasarkan dalil yang jelas)
- Istihsan, Istishlah, Urf, Saddudz Dzari’ah, dan Maqashid Syariah
Metode ini digunakan oleh empat imam mazhab (Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali) serta para ulama besar sepanjang sejarah.
Karakteristik Metodologi Ulama Ahlussunnah:
- Bersanad (memiliki silsilah keilmuan)
- Kontekstual dan bertujuan maslahat umat
- Menghargai perbedaan ijtihad dalam masalah furu’
- Menolak sikap ekstrem dan kaku dalam agama
II. Metode Pengambilan Hukum Versi Salafi-Wahabi
Salafi-Wahabi memotong jalur tradisional ilmu dengan menyatakan bahwa umat tak perlu mengikuti mazhab. Mereka hanya menggunakan Al-Qur’an dan hadits sahih secara literal (tekstual), tanpa pemahaman ulama mazhab.
Ciri-ciri utamanya:
- Menolak taqlid (padahal diam-diam mereka taqlid kepada tokoh mereka seperti Albani atau Bin Baz)
- Menolak takwil, ijma’ ulama, dan pendekatan maqashid
- Mengabaikan fatwa-fatwa klasik dari para imam salaf
- Menggunakan hadits secara terpisah dari konteksnya
- Mudah memvonis syirik, bid’ah, atau kafir kepada sesama Muslim
III. Kontradiksi dan Ketidakkonsistenan Salafi-Wahabi
1. ❗Mengaku Salaf, Menolak Madzhab
- Para imam mazhab adalah bagian dari salaf—tetapi mereka justru ditolak oleh Salafi-Wahabi.
- Padahal Imam Ahmad (pendiri Hanbali) banyak dirujuk oleh Salafi, tapi mereka tidak konsisten dengan ijtihad beliau dalam banyak hal.
2. ❗Mengaku Anti-Taqlid, Tapi Fanatik Buta
- Mereka mencela orang yang mengikuti mazhab, tapi mereka sendiri taqlid penuh pada tokoh Wahabi.
- Fatwa Albani dianggap seakan wahyu, padahal banyak pendapatnya ditolak oleh ulama hadis sendiri.
3. ❗Mengaku Berpegang pada Hadits Sahih, Tapi Abaikan Al-Qur’an dan Hikmah Syariat
- Banyak fatwa mereka bertentangan dengan prinsip umum syariat: kasih sayang, maslahat, dan kemudahan.
- Contoh: Mengharamkan ziarah kubur secara mutlak, padahal ini didukung oleh banyak dalil Qur'an dan sunnah.
4. ❗Menyerupakan Allah dengan Makhluk
- Mereka menetapkan makna dzahir ayat-ayat sifat tanpa takwil atau tafwidh, sehingga menyeret kepada tajsim (menyerupakan Allah dengan makhluk).
- Contoh: “Allah duduk di atas Arsy dengan duduk hakiki” — ini bertentangan dengan akidah tauhid yang murni.
IV. Bahaya Nyata bagi Pengikut Salafi-Wahabi
1. 🔥 Merusak Persatuan Umat
Mudahnya mengkafirkan atau membid’ahkan sesama Muslim menyebabkan perpecahan antar ormas, masjid, bahkan keluarga. Dakwah mereka lebih banyak menyerang sesama Muslim daripada membangun umat.
2. 💣 Membuka Jalan ke Radikalisme
Doktrin takfiri (mudah memvonis kafir) dan fanatisme buta terhadap “kesucian manhaj” bisa menyeret pengikutnya pada ekstremisme seperti ISIS.
3. 🧠 Mematikan Akal dan Pemikiran
Menolak pendekatan maqashid dan hikmah menyebabkan umat terjebak pada pemahaman sempit dan kaku, yang tidak mampu menjawab tantangan zaman.
4. 📉 Menjauhkan dari Kasih Sayang Islam
Islam sebagai rahmat lil ‘alamin menjadi agama penuh vonis dan caci maki di tangan mereka. Ulama tasawuf dan ahli fikih dituduh sesat, padahal mereka adalah pewaris nabi.
V. Penutup: Kembali ke Jalan Ahlussunnah wal Jama'ah
Islam yang benar adalah Islam yang bersanad, penuh hikmah, adil, moderat, dan mengedepankan rahmat. Jalan ini telah dijaga oleh mayoritas ulama sepanjang sejarah.
Umat Islam harus waspada terhadap paham yang:
- Mengaku kembali ke salaf, tapi menyimpang dari jalur ulama salaf
- Menolak ijma’, mazhab, dan ulama
- Mudah memvonis orang lain sebagai sesat
- Menggiring umat pada pemahaman sempit dan keras
📌 Rekomendasi bagi Umat:
- Pelajari Islam melalui madzhab yang mu’tabar (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali)
- Ikuti ulama yang bersanad dan punya akhlak luhur
- Hindari ceramah yang penuh caci-maki dan vonis terhadap sesama Muslim
- Jangan ragu membela warisan keilmuan Ahlussunnah wal Jama'ah
0 komentar:
Posting Komentar