Senin, 02 Juni 2025

KENALILAH KEWAJIBANMU KEPADA ALLAH



KEWAJIBAN TERHADAP ALLAH ATAS HATI

Kewajiban kepada Allah yang berkaitan dengan hati adalah hal yang sangat penting dalam Islam. Bahkan, banyak amal lahir tidak akan bernilai jika hati tidak dalam keadaan benar. Berikut adalah kewajiban-kewajiban utama kepada Allah yang berkenaan dengan hati:



1. Ikhlas (إخلاص)

  • Makna: Memurnikan niat hanya karena Allah dalam semua amal ibadah dan kehidupan.
  • Dalil:
    "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama..."
    (QS. Al-Bayyinah: 5)
  • Contoh: Shalat, puasa, atau menolong orang lain hanya karena mengharap ridha Allah.


2. Tawakal (توكل)

  • Makna: Menyerahkan hasil segala urusan kepada Allah setelah berusaha.
  • Dalil:
    "Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman."
    (QS. Al-Ma'idah: 23)


3. Cinta kepada Allah (محبة الله)

  • Makna: Menempatkan cinta kepada Allah di atas cinta kepada apa pun.
  • Dalil:
    "Dan orang-orang yang beriman itu sangat besar cintanya kepada Allah."
    (QS. Al-Baqarah: 165)


4. Takut kepada Allah (خشية الله / خوف الله)

  • Makna: Merasa takut akan murka dan azab Allah, sehingga menjauhi maksiat.
  • Dalil:
    "Dan takutlah kamu kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang beriman."
    (QS. Ali ‘Imran: 175)


5. Harap kepada rahmat Allah (رجاء)

  • Makna: Berharap akan ampunan dan kebaikan dari Allah dengan penuh pengharapan.
  • Dalil:
    "Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah."
    (QS. Az-Zumar: 53)


6. Ridha terhadap takdir Allah (الرضا)

  • Makna: Menerima dengan lapang dada segala ketentuan Allah, baik maupun buruk.
  • Dalil:
    "...dan Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya."
    (QS. Al-Mujadilah: 22)


7. Bersabar (صبر)

  • Makna: Menahan hati dari gelisah dalam musibah, dari keluh kesah saat diuji, dan dari maksiat.
  • Dalil:
    "Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
    (QS. Al-Baqarah: 153)


8. Tawadhu’ (تواضع)

  • Makna: Merendahkan hati dan tidak sombong di hadapan Allah dan makhluk-Nya.
  • Dalil:
    "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh."
    (QS. Luqman: 18)


9. Syukur (شكر)

  • Makna: Mengakui nikmat dalam hati dan menggunakan nikmat itu untuk ketaatan.
  • Dalil:
    "Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu."
    (QS. Ibrahim: 7)


10. Tidak Hasad, Dengki, atau Dendam

  • Makna: Menjaga hati dari penyakit yang merusak amal dan hubungan sosial.
  • Dalil:
    Nabi ﷺ bersabda:
    “Janganlah kalian saling dengki, jangan saling membenci…”
    (HR. Bukhari dan Muslim)


KEWAJIBAN TERHADAP ALLAH ATAS AKAL FIKIRAN 

Kewajiban kepada Allah yang berkenaan dengan akal fikiran adalah aspek penting dalam Islam karena akal adalah anugerah besar yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Allah memuliakan manusia dengan akal dan menjadikannya sebagai dasar taklif (pembebanan syariat). Berikut adalah kewajiban-kewajiban utama kepada Allah yang terkait dengan akal fikiran:



1. Menggunakan akal untuk mengenal Allah (معرفة الله بالعقل)

  • Makna: Menggunakan akal untuk memahami keberadaan, keesaan, dan kebesaran Allah melalui penciptaan langit, bumi, dan makhluk lainnya.
  • Dalil:
    "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."
    (QS. Ali ‘Imran: 190)


2. Berpikir dan merenung (تفكر وتدبر)

  • Makna: Menggunakan akal untuk merenungi ayat-ayat Allah, baik yang tertulis (Al-Qur’an) maupun yang terbentang (alam semesta).
  • Dalil:
    "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?"
    (QS. Muhammad: 24)


3. Menuntut ilmu (طلب العلم)

  • Makna: Menggunakan akal untuk mempelajari ilmu agama dan ilmu yang bermanfaat.
  • Dalil:
    "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."
    (QS. Al-Mujadilah: 11)
    Dan sabda Nabi ﷺ:
    “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)


4. Menghindari taklid buta (ترك التقليد الأعمى)

  • Makna: Tidak mengikuti ajaran tanpa dalil dan pertimbangan akal; Islam menganjurkan berfikir kritis berdasarkan ilmu dan wahyu.
  • Dalil:
    "Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,' mereka menjawab, 'Tidak! Kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari nenek moyang kami.'"
    (QS. Al-Baqarah: 170)


5. Menghindari kebodohan dan kezaliman akal

  • Makna: Tidak menyia-nyiakan akal dengan mabuk, narkoba, atau pemikiran yang menyimpang dari kebenaran wahyu.
  • Dalil:
    "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan."
    (QS. Al-Baqarah: 195)


6. Mengimani hal-hal ghaib setelah jelas kebenarannya (العقل في حدود الشرع)

  • Makna: Menggunakan akal untuk memahami, lalu tunduk kepada hal-hal yang ghaib berdasarkan dalil wahyu, seperti iman kepada malaikat, hari akhir, dll.
  • Dalil:
    "Yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
    (QS. Al-Baqarah: 3)


7. Menimbang kebaikan dan keburukan (التمييز بين الخير والشر)

  • Makna: Menggunakan akal untuk menilai tindakan, memilih kebaikan, dan menjauhi keburukan berdasarkan panduan syariat.
  • Dalil:
    "Dan (Allah) menunjukkan kepadanya dua jalan (kebaikan dan kejahatan)."
    (QS. Al-Balad: 10)


8. Menggunakan akal untuk maslahat umat (العمل العقلي لصالح الأمة)

  • Makna: Mengembangkan akal dalam bidang sains, teknologi, dan manajemen untuk kemaslahatan dunia dan agama umat.
  • Dalil:
    "Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa..."
    (QS. Al-Ma’idah: 2)


9. Mewaspadai was-was dan pemikiran sesat

  • Makna: Menjaga akal dari gangguan setan berupa keraguan terhadap agama dan kebingungan dalam hal-hal pokok agama.
  • Dalil:
    "Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah."
    (QS. An-Nisa: 76)


10. Mengembangkan akal sebagai bentuk syukur

  • Makna: Menghargai nikmat akal dengan menggunakannya dalam hal yang diridhai Allah, bukan disalahgunakan.
  • Dalil:
    "Dan Dia telah memberikan kepadamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur."
    (QS. An-Nahl: 78)


KEWAJIBAN KEPADA ALLAH ATAS HARTA

Berikut adalah kewajiban kepada Allah yang berkenaan dengan harta, sebagaimana ditetapkan dalam syariat Islam. Harta bukan hanya amanah, tapi juga ujian dari Allah. Pengelolaan yang salah dapat membawa kepada dosa, sementara pengelolaan yang benar menjadi jalan menuju ridha Allah.



🌟 1. Menyakini bahwa harta adalah titipan dari Allah

  • Makna: Menyadari bahwa manusia bukan pemilik sejati harta, tapi hanya pengelola (mustakhlaf).
  • Dalil:
    "Berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang telah Dia berikan kepadamu."
    (QS. An-Nur: 33)


🌟 2. Mencari harta dengan cara yang halal

  • Makna: Hanya mencari penghasilan dari jalan yang halal, menjauhi riba, curang, suap, dan segala bentuk kecurangan.
  • Dalil:
    "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil..."
    (QS. An-Nisa: 29)


🌟 3. Menunaikan zakat

  • Makna: Mengeluarkan bagian tertentu dari harta bila telah mencapai nishab dan haul, sebagai kewajiban atas kaum fakir dan mustahik lainnya.
  • Dalil:
    "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka..."
    (QS. At-Taubah: 103)


🌟 4. Berinfak dan bersedekah

  • Makna: Menginfakkan harta di jalan kebaikan secara sukarela di luar zakat, baik untuk orang miskin, dakwah, pendidikan, dan kemaslahatan umum.
  • Dalil:
    "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir..."
    (QS. Al-Baqarah: 261)


🌟 5. Tidak kikir dan tidak boros

  • Makna: Bersikap seimbang, tidak terlalu hemat hingga bakhil, dan tidak pula boros dalam pengeluaran.
  • Dalil:
    "Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu di lehermu dan janganlah engkau terlalu mengulurkannya..."
    (QS. Al-Isra’: 29)


🌟 6. Membantu orang yang membutuhkan

  • Makna: Memberi bantuan kepada yatim, miskin, musafir, dan orang yang terlilit utang.
  • Dalil:
    "Dan pada harta mereka terdapat hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian."
    (QS. Adz-Dzariyat: 19)


🌟 7. Tidak menyombongkan diri karena harta

  • Makna: Tidak merasa lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena kekayaan.
  • Dalil:
    "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong..."
    (QS. Al-Isra’: 37)


🌟 8. Mengelola harta dengan amanah

  • Makna: Tidak menyalahgunakan harta, baik harta pribadi, keluarga, maupun harta umat (wakaf, zakat, dll).
  • Dalil:
    "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..."
    (QS. An-Nisa’: 58)


🌟 9. Membayar utang

  • Makna: Segera melunasi utang karena itu adalah kewajiban dan hak manusia lain yang tidak boleh ditunda.
  • Dalil:
    Nabi ﷺ bersabda: “Penundaan pembayaran utang oleh orang yang mampu adalah kezaliman.” (HR. Bukhari dan Muslim)


🌟 10. Berwasiat dan mewariskan secara syar’i

  • Makna: Mengatur harta warisan dan wasiat sesuai ketentuan syariat agar tidak menzalimi ahli waris.
  • Dalil:
    "Allah mewasiatkan kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu..."
    (QS. An-Nisa’: 11)


KEWAJIBAN KEPADA ALLAH ATAS TUBUH (JASAD)

Berikut adalah kewajiban kepada Allah yang berkenaan dengan tubuh (jasad). Dalam Islam, tubuh manusia adalah amanah dari Allah yang harus dijaga, digunakan, dan dirawat sesuai dengan syariat. Tubuh bukan milik mutlak manusia, melainkan titipan yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.



🌿 1. Menjaga kesehatan tubuh

  • Makna: Tidak merusak tubuh dengan hal yang membahayakan seperti makanan haram, minuman keras, narkoba, merokok, atau aktivitas berisiko.
  • Dalil:
    "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan."
    (QS. Al-Baqarah: 195)


🌿 2. Menggunakan tubuh untuk ibadah

  • Makna: Anggota tubuh wajib digunakan untuk beribadah kepada Allah: shalat dengan badan, puasa dengan menahan nafsu, haji dengan fisik, dll.
  • Dalil:
    "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
    (QS. Adz-Dzariyat: 56)


🌿 3. Menjaga kehormatan dan kemaluan

  • Makna: Tidak menggunakan tubuh untuk perzinaan, LGBT, atau tindakan tak senonoh. Menjaga aurat termasuk bentuknya.
  • Dalil:
    "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."
    (QS. Al-Isra’: 32)


🌿 4. Menjaga kebersihan dan kesucian tubuh

  • Makna: Menjaga tubuh dari najis, mandi janabah, berwudhu, memotong kuku, mencukur rambut kemaluan, dan bersiwak.
  • Dalil:
    "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri."
    (QS. Al-Baqarah: 222)


🌿 5. Tidak menyiksa tubuh

  • Makna: Larangan menyakiti diri sendiri, seperti menyilet tubuh, menindik secara berlebihan, membakar tubuh, dan bunuh diri.
  • Dalil:
    "Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu."
    (QS. An-Nisa’: 29)


🌿 6. Menjaga tubuh dari maksiat

  • Makna: Jangan gunakan mata untuk melihat yang haram, telinga untuk mendengar maksiat, tangan dan kaki untuk dosa.
  • Dalil:
    "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban."
    (QS. Al-Isra’: 36)


🌿 7. Memberi hak tubuh untuk istirahat dan makan

  • Makna: Tidak boleh memaksakan diri ibadah terus-menerus sampai mengabaikan kebutuhan jasad seperti tidur dan makan.
  • Dalil:
    Nabi ﷺ bersabda kepada Abdullah bin ‘Amr:
    “Sesungguhnya tubuhmu punya hak atasmu...”
    (HR. Bukhari)


🌿 8. Berpenampilan baik dan sopan

  • Makna: Tidak berdandan berlebihan, tidak berpakaian menyerupai lawan jenis, dan menjaga penampilan sesuai syariat.
  • Dalil:
    "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan."
    (HR. Muslim)


🌿 9. Tidak mengubah ciptaan Allah

  • Makna: Larangan operasi kecantikan tanpa alasan syar’i, tato, mencabut alis, atau memotong anggota tubuh tanpa darurat.
  • Dalil:
    "Dan sungguh akan Aku perintahkan mereka mengubah ciptaan Allah."
    (QS. An-Nisa’: 119)


🌿 10. Menggunakan tubuh untuk membantu orang lain

  • Makna: Anggota tubuh digunakan untuk menolong sesama, seperti tangan untuk membantu, kaki untuk silaturrahmi, dan lisan untuk nasihat.
  • Dalil:
    “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”
    (HR. Thabrani)


KEWAJIBAN TERHADAP ALLAH BERKENAAN DENGAN SIKAP AKHLAQ

Berikut adalah kewajiban kepada Allah berkenaan dengan SIKAP (suluk atau perilaku batiniah dan lahiriah). Sikap merupakan cerminan akhlak dan adab seseorang kepada Allah, sesama, dan diri sendiri. Dalam Islam, memperbaiki sikap adalah bagian dari penyempurnaan iman.



🌟 1. Ikhlas dalam segala perbuatan

  • Makna: Niat semua amal semata-mata untuk Allah, bukan untuk riya’, popularitas, atau dunia.
  • Dalil:
    "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas..."
    (QS. Al-Bayyinah: 5)


🌟 2. Tawakal kepada Allah

  • Makna: Berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah berusaha secara maksimal.
  • Dalil:
    "Dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal."
    (QS. At-Taghabun: 13)


🌟 3. Sabar dalam menghadapi ujian

  • Makna: Bersikap tenang, tidak mengeluh berlebihan saat tertimpa musibah, dan terus taat dalam keadaan sulit.
  • Dalil:
    "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar."
    (QS. Al-Baqarah: 153)


🌟 4. Syukur atas nikmat Allah

  • Makna: Mengakui dan menggunakan nikmat Allah untuk kebaikan, serta menghindari kufur nikmat.
  • Dalil:
    "Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu..."
    (QS. Ibrahim: 7)


🌟 5. Ridha terhadap takdir Allah

  • Makna: Menerima dengan lapang dada segala keputusan Allah tanpa protes atau benci terhadap qadha’-Nya.
  • Dalil:
    “Barang siapa yang ridha terhadap ketentuan Allah, maka Allah akan ridha kepadanya.”
    (HR. Tirmidzi)


🌟 6. Tawadhu’ (rendah hati)

  • Makna: Tidak sombong atas apa pun yang dimiliki (ilmu, harta, jabatan) dan menghargai orang lain.
  • Dalil:
    "Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman."
    (QS. Al-Hijr: 88)


🌟 7. Adil dalam bersikap

  • Makna: Tidak berpihak secara zalim, berlaku adil kepada siapa pun, bahkan kepada musuh.
  • Dalil:
    "Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa."
    (QS. Al-Ma’idah: 8)


🌟 8. Jujur dalam ucapan dan perbuatan

  • Makna: Tidak dusta, tidak pura-pura, dan tidak mengkhianati amanah.
  • Dalil:
    "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar."
    (QS. Al-Ahzab: 70)


🌟 9. Amanah dalam tanggung jawab

  • Makna: Melaksanakan setiap tanggung jawab dengan benar, tidak menyia-nyiakan kepercayaan.
  • Dalil:
    "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..."
    (QS. An-Nisa’: 58)


🌟 10. Pemaaf dan tidak pendendam

  • Makna: Mudah memaafkan kesalahan orang lain, tidak menyimpan dendam dalam hati.
  • Dalil:
    "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?"
    (QS. An-Nur: 22)


🌟 11. Husnuzhan (berprasangka baik)

  • Makna: Tidak mudah menuduh, berprasangka baik kepada Allah dan sesama manusia.
  • Dalil:
    "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa."
    (QS. Al-Hujurat: 12)


🌟 12. Tunduk dan taat kepada Allah

  • Makna: Tidak membantah perintah Allah, patuh dalam syariat-Nya, dan tidak memilih-milih ajaran.
  • Dalil:
    _"Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya... adalah: 'Kami mendengar dan kami taat.'"
    (QS. An-Nur: 51)



KEWAJIBAN TERHADAP ALLAH ATAS MATA

Berikut adalah kewajiban kepada Allah berkenaan dengan mata menurut ajaran Islam. Mata adalah nikmat besar yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Maka, penggunaannya harus sesuai dengan syariat.



🌟 Kewajiban kepada Allah Berkenaan dengan Mata


1. Menundukkan Pandangan

  • Menahan pandangan dari hal yang haram seperti aurat lawan jenis, tontonan maksiat, dan gambar tidak senonoh.

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya... Dan katakanlah kepada wanita yang beriman agar mereka menundukkan pandangannya...”
(QS. An-Nur: 30–31)



2. Menggunakan Mata untuk Hal yang Halal dan Bermanfaat

  • Membaca Al-Qur'an dan ilmu yang bermanfaat.
  • Melihat keindahan alam sebagai bentuk tafakur.
  • Menggunakan mata untuk bekerja, belajar, atau beramal.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.”
(QS. An-Nahl: 78)



3. Tidak Melihat dengan Pandangan Iri dan Hasad

  • Dilarang memandang orang lain dengan penuh dengki.
  • Tidak memandangi nikmat orang lain dengan keluhan dan kemarahan terhadap takdir Allah.


4. Tidak Mengintip atau Mencuri Pandang

  • Dilarang mengintip rumah orang lain, membuka aib melalui celah pintu, jendela, atau kamera.

“Barang siapa yang mengintip ke dalam rumah suatu kaum tanpa izin mereka, maka halal bagi mereka untuk mencungkil matanya.”
(HR. Muslim)



5. Menjaga Mata dari Tangisan yang Dilarang

  • Seperti menangis karena musibah dengan meratapi secara berlebihan (niyahah).
  • Namun diperbolehkan menangis karena takut kepada Allah atau saat tobat.


6. Tidak Memandang Rendah Sesama

  • Tidak memandang orang lain dengan sombong, menghina, atau mencemooh.

“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)...”
(QS. Luqman: 18)



7. Menggunakan Mata untuk Tafakur dan Tadabbur

  • Melihat tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta.
  • Memperhatikan penciptaan langit, bumi, manusia, hewan, dll.

“Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?”
(QS. Al-Ghasyiyah: 17)



8. Bersyukur dengan Nikmat Penglihatan

  • Menjaga mata dari maksiat adalah bentuk syukur kepada Allah atas nikmat mata.


🧾 Kesimpulan

Mata adalah amanah dari Allah.
Menggunakannya untuk melihat yang baik dan menundukkannya dari yang haram merupakan bagian dari ibadah dan syukur. Sebaliknya, menggunakan mata untuk melihat maksiat dapat menjadi penyebab turunnya murka Allah.



DOA DOA UNTUK ALLAH MENJAGA PANDANGAN DAN MATA

Berikut adalah doa-doa untuk menjaga pandangan dan mata agar terhindar dari pandangan haram dan dimudahkan menjaga hati dari godaan syahwat. Doa-doa ini bersumber dari Al-Qur'an, hadis, dan doa para ulama.



🌟 Doa-Doa Menjaga Pandangan dan Mata


1. Doa Memohon Diberi Kemampuan Menundukkan Pandangan

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَاحْفَظْ فَرْجِي وَطَهِّرْ قَلْبِي وَحَصِّنْ بَصَرِي

Allāhumma ighfir lī, waḥfaẓ farjī, wa ṭahhir qalbī, wa ḥaṣṣin baṣarī
"Ya Allah, ampunilah aku, jagalah kemaluanku, sucikan hatiku, dan peliharalah pandanganku."



2. Doa Nabi SAW Ketika Tertarik Melihat Wanita

Jika seseorang melihat wanita dan khawatir syahwatnya tergoda, Rasulullah ﷺ bersabda:

اللَّهُمَّ اصْرِفْ قَلْبِي عَنْ مَعَاصِيكَ، وَوَجِّهْهُ إِلَى طَاعَتِكَ

Allāhumma iṣrif qalbī ‘an ma‘āṣīk, wa wajjih-hu ilā ṭā‘atik
"Ya Allah, palingkanlah hatiku dari maksiat kepada-Mu dan arahkan ia pada ketaatan kepada-Mu."



3. Doa Perlindungan dari Fitnah Mata dan Syahwat

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ نَظَرَاتِ الْفِتْنَةِ، وَمِنْ سُوءِ البَصَرِ، وَمِنْ زَيْغِ القَلْبِ

Allāhumma innī a‘ūdzu bika min naẓarāt al-fitnah, wa min sū’ al-baṣar, wa min zaygh al-qalb
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari pandangan penuh fitnah, dari buruknya penglihatan, dan dari penyimpangan hati."



4. Doa agar Pandangan Dipenuhi Cahaya

اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي بَصَرِي نُورًا

Allāhummaj‘al fī baṣarī nūran
"Ya Allah, jadikanlah cahaya dalam penglihatanku."
(HR. Bukhari dan Muslim – bagian dari doa Nabi ﷺ saat keluar rumah)



5. Doa Menjaga Mata dari Maksiat

اللَّهُمَّ احْفَظْ عَيْنَيَّ عَنْ مَا لَا يَرْضَاكَ، وَاجْعَلْ نَظَرِي فِي مَا يُقَرِّبُنِي إِلَيْكَ

Allāhumma iḥfaẓ ‘aynayya ‘an mā lā yarḍāk, waj‘al naẓarī fī mā yuqarribunī ilayk
"Ya Allah, jagalah mataku dari hal-hal yang tidak Engkau ridai, dan jadikanlah pandanganku tertuju pada apa yang mendekatkanku kepada-Mu."



6. Ayat Al-Qur’an untuk Perlindungan Diri dari Maksiat Mata

وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ، وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ
(QS. Al-Mu’minun: 97-98)

"Dan katakanlah: 'Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan setan. Dan aku berlindung kepada-Mu, wahai Rabbku, agar mereka tidak mendekat kepadaku.'”



7. Doa agar Tak Tertarik Pandangan Syahwat

اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ لِلشَّهْوَةِ سُلْطَانًا عَلَى بَصَرِي، وَقَوِّنِي عَلَى غَضِّهِ فِي سَبِيلِكَ

Allāhumma lā taj‘al lish-shahwah sulṭānan ‘alā baṣarī, wa qawwīnī ‘alā ghaḍḍihi fī sabīlik
"Ya Allah, jangan biarkan syahwat menguasai pandanganku, dan kuatkan aku untuk menundukkannya di jalan-Mu."



🌿 Tips Amalan untuk Menjaga Pandangan:

  • Segera alihkan pandangan jika melihat aurat atau godaan.
  • Sering membaca Al-Qur’an dan dzikir pagi-sore.
  • Menundukkan pandangan adalah perisai hati dari syahwat.
  • Sibukkan mata dengan hal-hal yang mubah dan bermanfaat.


KEWAJIBAN TERHADAP ALLAH ATAS TELINGA

Berikut adalah kewajiban kepada Allah berkenaan dengan telinga, karena telinga adalah salah satu anugerah Allah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat:



🌟 Kewajiban kepada Allah Berkenaan dengan Telinga


1. Mendengarkan yang Halal dan Bermanfaat

  • Seperti:
    • Tilawah Al-Qur’an
    • Dzikir dan nasihat agama
    • Ilmu yang bermanfaat
    • Perkataan yang baik dan sopan

“Dan Allah menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.”
(QS. An-Nahl: 78)



2. Menjauhkan Diri dari Mendengarkan yang Haram

  • Dilarang mendengarkan:
    • Ghibah (menggunjing)
    • Namimah (adu domba)
    • Dusta
    • Musik yang melalaikan dan membawa kepada maksiat
    • Perkataan kufur, syirik, atau penghinaan terhadap Islam

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.”
(QS. Al-Isra: 36)



3. Tidak Mendengarkan Hal yang Mencelakakan Iman

  • Jangan membuka telinga terhadap syubhat (keraguan dalam agama), propaganda sesat, atau ajaran menyimpang.

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olok ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka...”
(QS. Al-An’am: 68)



4. Menjaga dari Suka Menguping atau Mengintai Pembicaraan Orang

  • Dilarang mendengar secara sembunyi-sembunyi tanpa izin (tajassus).

“Barang siapa yang mendengarkan pembicaraan suatu kaum yang tidak suka didengar olehnya, maka pada hari kiamat akan dituangkan timah panas ke telinganya.”
(HR. Bukhari)



5. Menjauhi Lagu atau Perkataan yang Memicu Syahwat atau Kelalaian

  • Mendengarkan yang melalaikan hati dari dzikir dan sholat bisa melemahkan iman.


6. Bersyukur atas Nikmat Pendengaran

  • Menjaga telinga dari maksiat adalah bentuk rasa syukur atas nikmatnya.
  • Mendengar nasihat dan mengamalkannya adalah kebaikan besar.

“Berilah kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti yang terbaik di antaranya.”
(QS. Az-Zumar: 17–18)



7. Menggunakan Telinga untuk Ta’at kepada Allah

  • Seperti mendengarkan khutbah, ceramah, pengajian, atau ayat suci Al-Qur’an.


🧾 Kesimpulan

Telinga adalah amanah besar dari Allah.
Menggunakannya untuk ketaatan dan menjauhkannya dari maksiat merupakan bentuk ibadah dan tanda syukur.



DOA DOA UNTUK MENJAGA PENDENGARAN DAN TELINGA

Berikut adalah doa-doa untuk menjaga pendengaran dan telinga, agar kita terhindar dari mendengarkan hal-hal haram dan tetap menggunakan telinga sebagai sarana taat kepada Allah.



🌟 Doa-Doa Menjaga Pendengaran dan Telinga


1. Doa Memohon Perlindungan atas Pendengaran

اللَّهُمَّ احْفَظْ سَمْعِي مِمَّا لاَ يُرْضِيكَ، وَاجْعَلْهُ سَبَبًا لِقُرْبِي إِلَيْكَ

Allāhumma iḥfaẓ sam‘ī mimmā lā yurḍīk, waj‘alhu sababān li-qurbī ilayk
"Ya Allah, jagalah pendengaranku dari hal-hal yang tidak Engkau ridai, dan jadikan pendengaranku sebab untuk mendekat kepada-Mu."



2. Doa Rasulullah ﷺ Memohon Kesehatan dan Perlindungan Telinga

اللَّهُمَّ مُتِّعْنِي بِسَمْعِي وَبَصَرِي، وَاجْعَلْهُمَا الْوَارِثَ مِنِّي، وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ ظَلَمَنِي

Allāhumma matti‘nī bisam‘ī wa baṣarī, waj‘alhumā al-wāritha minnī, wanṣurnī ‘alā man ẓalamani
"Ya Allah, nikmatkanlah aku dengan pendengaran dan penglihatanku, jadikanlah keduanya sebagai warisan (yang terus berfungsi hingga akhir hayat), dan tolonglah aku atas orang yang menzalimiku."
(HR. Tirmidzi)



3. Doa Perlindungan dari Mendengar Keburukan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْمَعَ بَاطِلًا، أَوْ غِيبَةً، أَوْ كَذِبًا، أَوْ مَعْصِيَةً، وَاجْعَلْ سَمْعِي مُطَمَئِنًّا بِذِكْرِكَ

Allāhumma innī a‘ūdzu bika an asma‘a bāṭilan, aw ghibah, aw kadzibā, aw ma‘ṣiyah, waj‘al sam‘ī muṭma’innan bi-dzikrik
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mendengarkan kebatilan, ghibah, dusta, atau maksiat. Jadikanlah pendengaranku tenang dengan mengingat-Mu."



4. Doa Menjaga Pendengaran dari Syubhat dan Fitnah

اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنْ سَمَاعِ الْفِتْنَةِ، وَقَوِّنِي عَلَى السَّمَاعِ لِكَلَامِ الْحَقِّ

Allāhumma ajirnī min samā‘i al-fitnah, wa qawwīnī ‘alā samā‘i likalāmil-ḥaqq
"Ya Allah, lindungilah aku dari mendengar fitnah, dan kuatkan aku untuk mendengar perkataan yang benar."



5. Doa Agar Telinga Dijaga dari Maksiat

اللَّهُمَّ اجْعَلْ أُذُنَيَّ صَاغِيَتَيْنِ لِمَا يُرْضِيكَ، وَصُمًّا عَمَّا يُغْضِبُكَ

Allāhummaj‘al udhunayya ṣāghiyatayn limā yurḍīk, wa ṣumman ‘ammā yughḍibuk
"Ya Allah, jadikan telingaku mendengar hal-hal yang Engkau ridai, dan tuli terhadap hal-hal yang membuat-Mu murka."



🌿 Tips Amalan untuk Menjaga Pendengaran:

  • Hindari mendengar musik yang melalaikan, gosip, fitnah, dan omongan sia-sia.
  • Biasakan mendengar Al-Qur'an, ceramah agama, dan nasihat ulama.
  • Jika berada di majelis maksiat, segera menjauh atau diam (QS. Al-An'am: 68).


KEWAJIBAN TERHADAP ALLAH ATAS LISAN

Berikut adalah kewajiban kepada Allah berkenaan dengan lisan, yang merupakan bagian penting dari ibadah dan akhlak dalam Islam. Lisan adalah amanah besar, dan setiap ucapan akan dimintai pertanggungjawaban.



🌟 Kewajiban kepada Allah yang Berkaitan dengan Lisan


1. Mengucapkan yang benar dan baik

  • Perintah Allah:

    "Katakanlah perkataan yang baik..."
    (QS. Al-Baqarah: 83, Al-Isra: 53)

  • Hadis:

    “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
    (HR. Bukhari dan Muslim)



2. Berzikir dan membaca Al-Qur'an

  • Lisan wajib digunakan untuk:
    • Berdzikir
    • Membaca Al-Qur'an
    • Shalawat
    • Doa-doa

“Hendaklah lisanmu selalu basah dengan dzikir kepada Allah.”
(HR. Tirmidzi)



3. Menjaga dari dusta

  • Dusta termasuk dosa besar.
  • Allah melaknat pendusta, terutama dalam agama dan hukum.

“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga...”
(HR. Bukhari dan Muslim)



4. Menjauhi ghibah, namimah (adu domba), dan fitnah

  • Ghibah = Menggunjing
  • Namimah = Mengadu domba
  • Fitnah = Menyebarkan berita bohong

“Orang yang menggunjing itu seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati.”
(QS. Al-Hujurat: 12)



5. Tidak berkata kotor atau menyakiti

  • Lisan tidak boleh digunakan untuk:
    • Mencaci maki
    • Menghina
    • Berkata jorok
    • Melaknat

“Seorang mukmin bukan orang yang suka mencela, melaknat, berkata keji atau kotor.”
(HR. Tirmidzi)



6. Menepati janji yang terucap

  • Ucapan janji adalah tanggung jawab.
  • Ingkar janji adalah tanda kemunafikan (HR. Bukhari & Muslim).


7. Bersyahadat dengan benar

  • Ucapan kalimat tauhid (syahadat) adalah kewajiban pertama seorang Muslim.
  • Lisan menjadi saksi keimanan.


8. Memberi nasihat dan menyampaikan kebenaran

  • Lisan digunakan untuk:
    • Amar ma’ruf nahi mungkar
    • Dakwah
    • Menasihati dengan lembut


9. Menghindari banyak bicara yang tidak bermanfaat

“Termasuk baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tidak berguna.”
(HR. Tirmidzi)



10. Bertutur dengan adab dan kelembutan

  • Gunakan lisan dengan:
    • Adab kepada orang tua
    • Lemah lembut kepada sesama
    • Tidak memotong pembicaraan orang


🧾 Kesimpulan

Lisan adalah cermin iman dan akhlak.
Menggunakan lisan dengan benar adalah bagian dari ketaatan kepada Allah dan dapat mengangkat derajat seseorang di dunia dan akhirat, atau sebaliknya menyebabkan kehinaan.




KEWAJIBAN TERHADAP ALLAH ATAS KAKI


👐 Kewajiban kepada Allah Berkenaan dengan Tangan dan Kaki


📌 1. Tangan

✅ Kewajiban:

  • Menggunakan tangan untuk hal yang halal dan bermanfaat.
  • Menahan tangan dari yang haram dan menyakiti.
  • Menolong orang lain, memberi, dan bersedekah.
  • Menulis dan membuat hal yang diridhai Allah.

📖 Dalil:

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ ٱلْبَسْطِ
"Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu di lehermu (bakhil), dan janganlah terlalu mengulurkannya (boros)." (QS Al-Isra’: 29)

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ...
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin..." (QS Al-Ahzab: 58)



👣 2. Kaki

✅ Kewajiban:

  • Menggunakan kaki menuju tempat kebaikan (masjid, majelis ilmu, membantu orang).
  • Menjauhi tempat maksiat.
  • Berjalan dengan adab dan kerendahan hati.

📖 Dalil:

وَعِبَادُ الرَّحْمَـٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا...
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati..." (QS Al-Furqan: 63)

فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
"Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia beruntung." (QS Ali Imran: 185)
(Hal ini mengisyaratkan bahwa perjalanan hidup — termasuk penggunaan kaki — harus menuju keselamatan.)



📿 Doa untuk Tangan dan Kaki

  1. Doa untuk kebaikan amal tangan:

    اللَّهُمَّ اجْعَلْ يَدَيَّ مِفْتَاحًا لِلْخَيْرِ وَمِغْلَاقًا لِلشَّرِّ
    "Ya Allah, jadikanlah tanganku sebagai pembuka kebaikan dan penutup keburukan."

  2. Doa untuk kaki agar tetap di jalan Allah:

    اللَّهُمَّ ثَبِّتْ قَدَمَيَّ عَلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيمِ
    "Ya Allah, teguhkanlah kedua kakiku di atas jalan-Mu yang lurus."



KEWAJIBAN TERHADAP ALLAH BERKENAAN DENGAN JUAL BELI

Berikut adalah kewajiban-kewajiban yang diwajibkan Allah dalam urusan jual beli, agar aktivitas muamalah tersebut halal, berkah, dan tidak menimbulkan dosa. Islam memberi panduan jelas agar jual beli dilakukan dengan jujur, adil, dan saling ridha.



📜 1. Jual beli harus dilakukan atas dasar kerelaan (ridha) kedua belah pihak

  • Makna: Tidak boleh ada paksaan, penipuan, atau manipulasi dalam transaksi.
  • Dalil:
    “Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.”
    (QS. An-Nisa’: 29)


📜 2. Barang dan harga harus jelas

  • Makna: Tidak boleh ada gharar (ketidakjelasan), seperti menjual barang yang belum terlihat atau tidak dijelaskan sifatnya.
  • Dalil:
    Rasulullah ﷺ melarang jual beli gharar (HR. Muslim)


📜 3. Tidak boleh ada riba dalam jual beli

  • Makna: Transaksi tidak boleh mengandung unsur bunga, riba fadhl (pertukaran barang sejenis tapi tidak setara), dan riba nasi’ah (penundaan pembayaran dengan tambahan).
  • Dalil:
    “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
    (QS. Al-Baqarah: 275)


📜 4. Menghindari penipuan dan kecurangan

  • Makna: Tidak boleh menutupi cacat barang, mengurangi takaran atau timbangan, memalsukan merek, atau mengelabui konsumen.
  • Dalil:
    “Barang siapa menipu, maka ia bukan termasuk golongan kami.”
    (HR. Muslim)


📜 5. Menepati janji dan akad

  • Makna: Bila sudah sepakat tentang harga, waktu, atau kualitas, maka semua harus ditepati.
  • Dalil:
    “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji.”
    (QS. Al-Ma’idah: 1)


📜 6. Tidak menjual sesuatu yang haram

  • Makna: Tidak boleh menjual khamr, babi, bangkai, narkoba, alat maksiat, atau jasa yang haram.
  • Dalil:
    Rasulullah ﷺ bersabda:
    “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamr, bangkai, babi, dan berhala.”
    (HR. Bukhari dan Muslim)


📜 7. Tidak menipu harga pasar (najasy)

  • Makna: Dilarang pura-pura menawar barang untuk mengelabui agar harga naik (rekayasa tawaran).
  • Dalil:
    “Nabi melarang najasy.”
    (HR. Bukhari)


📜 8. Tidak memonopoli (ihtikar) dan menimbun untuk mengambil keuntungan berlebihan

  • Makna: Menimbun barang kebutuhan masyarakat agar harga naik adalah perbuatan terlarang.
  • Dalil:
    “Barang siapa menimbun makanan (untuk dijual mahal), maka ia berdosa.”
    (HR. Muslim)


📜 9. Menyegerakan pembayaran utang dan mencatat transaksi jika berutang

  • Makna: Jika jual beli dengan tempo atau kredit, maka harus dicatat dan dibayar sesuai waktu.
  • Dalil:
    “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai... hendaklah kamu menuliskannya.”
    (QS. Al-Baqarah: 282)


📜 10. Memberi kelonggaran kepada yang kesulitan

  • Makna: Pembeli yang berutang dan kesulitan membayar, harus diberi kelonggaran, bukan diancam atau dibebani bunga.
  • Dalil:
    “Jika (orang berutang) dalam kesulitan, maka berilah tangguh sampai dia mampu membayar.”
    (QS. Al-Baqarah: 280)




BAGAIMANA MERAIH KEBERKAHAN DALAM JUAL BELI?


Keberkahan dalam jual beli adalah nilai spiritual dan kebaikan yang melimpah yang diberikan oleh Allah kepada transaksi yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Jual beli yang berkah bukan hanya menguntungkan secara materi, tetapi juga membawa ketenangan jiwa, rezeki yang halal, dan manfaat yang langgeng.



🌟 Makna Keberkahan dalam Jual Beli

Secara bahasa, “barakah” (berkah) artinya adalah kebaikan yang tetap dan bertambah. Maka, jual beli yang berkah adalah:

📌 Transaksi yang halal, jujur, dan mendatangkan kebaikan lahir dan batin bagi semua pihak.



📖 Dalil Keberkahan Jual Beli

1. Hadis Shahih

“Penjual dan pembeli memiliki hak memilih selama belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan (kondisi barang), maka akan diberkahi dalam jual belinya. Jika keduanya menyembunyikan dan berdusta, maka dihapus keberkahan jual belinya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

✅ Inti keberkahan: Kejujuran, keterbukaan, dan saling ridha.



✅ Ciri-ciri Jual Beli yang Berkah

No

Ciri

Penjelasan

1

Barang halal

Tidak menjual barang haram (misal: khamr, babi, narkoba)

2

Jujur & amanah

Tidak menipu, tidak menyembunyikan cacat

3

Tepat timbangan & ukuran

Tidak mengurangi takaran

4

Saling ridha

Kedua pihak rela dan tidak ada paksaan

5

Tidak ada riba dan penipuan

Bebas dari unsur riba, gharar, dan najasy

6

Menjaga adab Islam

Tidak mengumpat, tidak sumpah palsu, tidak zalim

7

Sedekah dari hasil dagang

Menyisihkan sebagian rezeki untuk orang lain



🌿 Amalan Pendukung Keberkahan Jual Beli

  1. Bershalawat atas Nabi ﷺ saat memulai transaksi
  2. Berdoa ketika membuka toko/warung

    “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dari kebaikan usaha ini dan kebaikan apa yang ada di dalamnya...”

  3. Memulai dengan salam dan senyum
  4. Memberi bonus atau potongan harga
  5. Tidak mengejar untung berlebihan
  6. Bersedekah rutin dari hasil usaha
  7. Bersabar saat rugi atau belum laku


💡 Contoh Keberkahan Nyata

  • Dagangan mungkin tidak habis setiap hari, tapi rezeki tetap cukup, keluarga sehat, anak-anak taat.
  • Meskipun tidak viral, tapi pelanggan setia dan terus bertambah.
  • Tidak kaya raya, tapi hati tenang dan hidup tenteram.


HUKUM IJAB QOBUL (AKAD)

Dalam jual beli menurut syariat Islam, ijab qabul (akad) adalah bagian wajib yang menandai sahnya sebuah transaksi. Tanpa ijab qabul, maka jual beli dianggap belum sempurna secara syar’i. Berikut penjelasannya:



🧾 Apa itu Ijab Qabul?

  • Ijab: Pernyataan dari pihak penjual yang menawarkan barang (contoh: “Saya jual mobil ini seharga 50 juta”).
  • Qabul: Pernyataan penerimaan dari pembeli (contoh: “Saya beli”).

Ijab qabul adalah ungkapan saling ridha antara penjual dan pembeli yang menunjukkan kesepakatan secara jelas.



📌 Hukum Ijab Qabul dalam Jual Beli

  • Wajib hukumnya, karena merupakan rukun jual beli dalam fiqih.
  • Tidak harus selalu dengan lafadz "saya jual" dan "saya beli" — bisa diganti sesuai adat dan bahasa lokal asalkan maknanya jelas dan saling memahami.


🗣️ Contoh Lafadz Ijab Qabul Sederhana

✅ Contoh 1 – Tunai Langsung:

  • Penjual: “Saya jual baju ini 100 ribu.”
  • Pembeli: “Saya beli.”

✅ Contoh 2 – Dalam Bentuk Transaksi Non-tunai:

  • Penjual: “Saya jual motor ini dengan pembayaran tempo 3 bulan seharga 15 juta.”
  • Pembeli: “Saya setuju dan beli dengan syarat itu.”


🧠 Catatan Penting

  • Dalam praktik modern, akad bisa dilakukan secara lisan, tulisan, bahkan elektronik, asal mengandung kejelasan ijab dan qabul.
  • Transaksi online juga wajib ada kesepakatan, walaupun bentuknya berupa klik tombol “setuju” atau “beli sekarang” yang dipahami sebagai qabul atas ijab dalam sistem.


🕌 Dalil Tentang Pentingnya Akad (Ijab Qabul)

“Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika atas dasar saling ridha.”
(HR. Ibnu Majah)

Ulama menyebut, salah satu bentuk ridha itu adalah dengan lafadz ijab qabul yang jelas dan tanpa paksaan.



IJAB QOBUL MENDATANGKAN KEBERKAHAN DARI ALLAH 


Ijab qobul (akad) yang sah dan dilakukan dengan cara yang benar dalam jual beli adalah salah satu pintu keberkahan dalam muamalah. Islam sangat menekankan pentingnya akad yang jelas, jujur, dan berdasarkan kerelaan kedua belah pihak, karena di situlah letak datangnya keberkahan dari Allah.


🌟 Kenapa Ijab Qobul Membawa Keberkahan?

Karena ijab qobul:

  1. Merupakan rukun sahnya jual beli menurut syariat.
  2. Menghindarkan dari penipuan dan ketidakjelasan (gharar).
  3. Menunjukkan kejujuran dan kesepakatan hati, dua hal yang secara langsung dijanjikan keberkahannya oleh Nabi ﷺ.


📖 Dalil Keberkahan dalam Ijab Qobul

Hadis Nabi ﷺ:

“Penjual dan pembeli memiliki hak khiyar (memilih) selama belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan (dalam ijab qobul dan transaksi), maka diberkahi jual beli mereka. Jika keduanya berdusta dan menyembunyikan, maka dihapus keberkahannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

👉 Ini menunjukkan bahwa akad (ijab qobul) yang disertai kejujuran dan keterbukaan adalah kunci utama datangnya berkah.



✅ Syarat Ijab Qobul yang Mengundang Keberkahan

Syarat

Penjelasan

1. Jelas dan tegas

Lafadz atau bentuk pernyataan harus menunjukkan maksud jual dan beli secara pasti

2. Saling ridha

Tidak ada unsur paksaan, tekanan, atau tipu daya

3. Tidak mengandung haram

Akad tidak untuk barang haram atau transaksi haram

4. Sesuai dengan nilai kejujuran

Tidak ada dusta, manipulasi, atau menyembunyikan cacat



🌿 Bagaimana Membawa Keberkahan Lewat Ijab Qobul?

  1. Lakukan dengan jujur dan sopan
    • Jangan ada niat menipu, jangan memaksakan harga.
  2. Awali dengan menyebut nama Allah (basmalah)
    • Bismillah membawa keberkahan dan perlindungan dari setan.
  3. Gunakan lafadz yang dipahami dengan jelas
    • “Saya jual baju ini seharga 100 ribu.” – “Saya beli.”
  4. Lengkapi dengan adab Islam
    • Senyum, salam, tidak marah-marah, tidak berbohong.


💬 Contoh Ijab Qobul yang Mengundang Berkah

Penjual“Saya jual beras 5 kg ini seharga Rp70.000.”
Pembeli“Saya beli dengan harga itu, insyaAllah berkah.”

Kalimat tambahan seperti “insyaAllah berkah” bisa menjadi doa yang membuka pintu kebaikan.



LAFAZH IJAB QOBUL (AQAD)

 Berdasarkan tuntunan syar’i. Berikut ini saya susun secara terstruktur dan ringkas, terdiri dari:



🛍️ 1. Lafadz Ijab Qobul dalam Jual Beli Sesuai Sunnah


A. Jual Beli Tunai

Penjual:

بِعْتُكَ هَذَا بِكَذَا
"Aku jual barang ini kepadamu dengan harga sekian."

Pembeli:

قَبِلْتُ الشِّرَاءَ atau اشْتَرَيْتُ
"Saya terima pembeliannya." atau "Saya membelinya."


B. Jual Beli Kredit

Penjual:

بِعْتُكَ هَذَا بِكَذَا إِلَى أَجَلٍ كَذَا
"Aku jual ini kepadamu seharga sekian dengan tempo sampai tanggal sekian."

Pembeli:

قَبِلْتُ atau اشْتَرَيْتُ إِلَى ذَٰلِكَ الْأَجَلِ
"Saya terima" atau "Saya beli sampai jatuh tempo itu."


C. Jual Beli dengan Takar Timbang (seperti beras, minyak, daging)

Penjual:

بِعْتُكَ كِيلَةً (أوْ وَزْنًا) مِنْ كَذَا بِكَذَا
"Aku jual satu takaran (atau berat) dari ini dengan harga sekian."

Pembeli:

اشْتَرَيْتُ atau قَبِلْتُ
"Saya beli" atau "Saya terima."


D. Jual Beli dalam Bentuk Non-verbal (langsung ambil & bayar di pasar/minimarket)

✔ Sah tanpa lafadz, cukup dengan tindakan saling ridha (عقد المعاطاة) menurut mayoritas ulama, jika tidak ada penipuan.



🤲 2. Doa Setelah Ijab Qobul atau Transaksi

اللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَخَذَ
"Ya Allah, berkahilah aku dalam barang ini, dan berkahilah dia dalam apa yang ia ambil."

📌 Sumber: HR. Al-Bukhari

رَحِمَ اللهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ، وَإِذَا اشْتَرَى، وَإِذَا اقْتَضَى
"Semoga Allah merahmati seseorang yang lembut ketika menjual, ketika membeli, dan ketika menagih."

📌 Sumber: HR. Al-Bukhari no. 2076



📈 3. Tips Agar Dagangan Lebih Berkah & Laris


No

Tips

Keterangan

1

Niat karena Allah

Berniaga sebagai ibadah, bukan hanya dunia

2

Jujur dan Amanah

Nabi ﷺ bersabda: "Pedagang yang jujur akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada."

3

Tidak menipu dan tidak sumpah palsu

Menipu menghapus berkah

4

Menunaikan hak timbangan

Allah murka kepada orang yang curang dalam takaran (QS Al-Muthaffifin)

5

Shalat tepat waktu & banyak istighfar

Pembuka rezeki dari langit dan bumi

6

Sedekah rutin dari hasil dagang

"Sedekah tidak akan mengurangi harta" (HR. Muslim)

7

Membaca doa pagi & petang

Untuk ketenangan dan perlindungan usaha

8

Doa khusus ketika membuka dagangan

Lihat di bawah ⇩


✅ Doa Saat Memulai Usaha (buka toko/kios)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dari karunia-Mu yang agung, rezeki yang baik, dan amal yang Engkau terima."



KEWAJIBAN TERHADAP ALLAH TERKAIT PERANAN SOSIAL

Berikut adalah kewajiban kepada Allah ﷻ yang terkait dengan peranan-peranan sosial dalam kehidupan manusia menurut Islam. Setiap peran memiliki amanah tersendiri yang bila ditunaikan dengan ikhlas dan benar, maka akan menjadi bentuk ketaatan kepada Allah.



🌟 1. Sebagai Suami

  • Menafkahi istri dan anak dengan halal (QS. An-Nisa: 34)
  • Memperlakukan istri dengan baik (QS. Ar-Rum: 21)
  • Memberi bimbingan agama
  • Tidak berlaku kasar, mendzalimi, atau menelantarkan

🧭 Hadis:

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.” (HR. Tirmidzi)



🌼 2. Sebagai Istri

  • Taat kepada suami dalam hal yang makruf
  • Menjaga kehormatan dan amanah rumah tangga
  • Membantu suami menjaga agama

🧭 Hadis:

“Jika seorang wanita shalat lima waktu, berpuasa Ramadan, menjaga kehormatannya dan taat kepada suaminya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Ahmad)



👶 3. Sebagai Anak

  • Berbakti kepada kedua orang tua (QS. Al-Isra: 23-24)
  • Menjaga perkataan dan perilaku terhadap mereka
  • Mendoakan mereka setelah wafat


🤝 4. Sebagai Saudara

  • Menjaga hubungan silaturrahim (QS. Muhammad: 22-23)
  • Saling tolong-menolong dalam kebaikan
  • Tidak memutus tali persaudaraan


🧑‍🏫 5. Sebagai Guru

  • Mengajarkan ilmu dengan niat ikhlas
  • Menjadi teladan akhlak
  • Tidak menjual ilmu untuk dunia semata


👨‍🎓 6. Sebagai Murid

  • Menghormati guru
  • Belajar dengan niat menuntut ridha Allah
  • Mengamalkan ilmu yang diperoleh


👷‍♂️ 7. Sebagai Pekerja atau Buruh

  • Amanah dan jujur dalam pekerjaan
  • Menjaga etika kerja
  • Tidak mengkhianati kepercayaan majikan


🧑‍💼 8. Sebagai Majikan / Pemberi Kerja

  • Memberikan upah yang layak dan tepat waktu
  • Tidak menindas buruh
  • Memanusiakan pekerja dengan baik

"Berikan upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering." (HR. Ibnu Majah)



🏡 9. Sebagai Tetangga

  • Menjaga hak dan kenyamanan tetangga
  • Tidak mengganggu atau menyakiti
  • Saling tolong dalam kebutuhan

“Tidak beriman orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari)



🩺 10. Terhadap Orang Sakit

  • Menjenguk sebagai bentuk empati dan sunnah
  • Mendoakan kesembuhan
  • Memberi semangat dan dukungan


🕌 11. Terhadap Ulama'

  • Menghormati sebagai pewaris Nabi
  • Mengambil ilmu mereka
  • Tidak mencela atau meremehkan mereka


👑 12. Sebagai Pemimpin

  • Berlaku adil dan amanah (QS. An-Nisa: 58)
  • Melayani rakyat, bukan menindas
  • Memutuskan perkara dengan syariat

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban...” (HR. Bukhari dan Muslim)



🧑‍🤝‍🧑 13. Sebagai Anggota Masyarakat

  • Menjaga adab sosial
  • Mencegah kemungkaran dan menyebarkan kebaikan
  • Saling menghormati perbedaan

🏛️ 14. Sebagai Warga Negara

  • Taat hukum selama tidak bertentangan dengan syariat
  • Membayar kewajiban sosial (zakat, pajak jika sesuai syariat)
  • Menjaga keamanan, perdamaian, dan ketertiban umum


0 komentar:

Posting Komentar