Rabu, 28 Mei 2025

BAB 26. Tentang "Nafas" dan "Jiwa" (Nafs) dalam Al-Qur’an dan Hadits



Berikut adalah Penjelasan tentang "Nafas" dan "Jiwa" (Nafs) dalam Al-Qur’an dan Hadits menurut pemaparan para ulama, khususnya dalam semangat yang juga sejalan dengan pembahasan dalam Kitab ar-Rūḥ karya Imam Ibnul Qayyim al-Jawziyyah:



🕊️ 1. Definisi “Nafs” dalam Al-Qur’an dan Hadits

Kata nafs (نَفْس) secara bahasa berarti diri, jiwa, atau pribadi. Dalam Al-Qur’an dan Hadits, makna "nafs" bervariasi tergantung konteksnya.

📖 A. Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an menggambarkan "nafs" dalam tiga kondisi utama:

1. An-Nafs al-Ammārah bis-Sū’ (jiwa yang mengajak kepada kejahatan)

"Sesungguhnya nafsu itu benar-benar menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku."
(QS. Yūsuf: 53)

  • Ini adalah jiwa yang masih dikuasai hawa nafsu dan dorongan-dorongan duniawi.
  • Ia menjadi alat setan dalam menyesatkan manusia.

2. An-Nafs al-Lawwāmah (jiwa yang mencela dirinya sendiri)

"Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu mencela (dirinya sendiri)."
(QS. Al-Qiyāmah: 2)

  • Jiwa yang sadar ketika berbuat dosa, lalu mencela dirinya sendiri dan merasa menyesal.
  • Ini adalah jiwa orang mukmin yang sedang berada dalam fase taubat.

3. An-Nafs al-Muṭma’innah (jiwa yang tenang)

"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya."
(QS. Al-Fajr: 27–28)

  • Jiwa yang mantap dalam keimanan, tidak gelisah karena dunia.
  • Ia akan mendapat panggilan dari Allah ketika meninggal dalam keadaan ridha dan diridhai.

📜 B. Dalam Hadits

Hadits-hadits Nabi ﷺ juga menggunakan istilah "nafs" dengan makna-makna berikut:

  • Sebagai makhluk hidup yang ditiupkan ke dalam janin:

    “Sesungguhnya setiap dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama 40 hari... kemudian ditiupkan ruh padanya.”
    (HR. Bukhari dan Muslim)

  • Sebagai objek penyerahan diri kepada Allah:

    “Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan nafsunya dan beramal untuk setelah mati.”
    (HR. Tirmidzi)



🌬️ 2. Nafas: Hubungannya dengan Ruh dan Jiwa

  • Nafas (نَفَس) secara bahasa berarti hembusan udara saat bernafas.
  • Dalam makna spiritual, ia berhubungan erat dengan ruh dan jiwa sebagai manifestasi kehidupan.
  • Tidak banyak disebut secara langsung dalam Al-Qur’an, tetapi nafas adalah bukti bahwa ruh masih di tubuh.

Beberapa ulama tasawuf memaknai nafas sebagai detik-detik waktu yang sangat berharga, karena setiap nafas bisa bernilai pahala atau dosa tergantung isi hati dan amal.



🧠 3. Perbedaan antara Ruh dan Nafs

Aspek

Ruh

Nafs (Jiwa)

Hakikat

Makhluk halus yang menghidupkan jasad

Diri atau kesadaran manusia

Setelah Mati

Tetap hidup dalam barzakh, merasakan

Bisa dimaknai sebagai identitas ruh

Kondisi

Stabil, tidak berubah menjadi baik/buruk

Bisa suci, tercela, atau tenang

Fungsi

Sumber kehidupan

Sumber kehendak, pilihan, dan akhlak

Identitas

Bisa tetap disebut ruh

Bisa disebut ruh atau nafs tergantung konteks



Kesimpulan:

  • Ruh adalah sumber kehidupan, sementara nafs adalah diri manusia dengan kehendak dan pilihan moralnya.
  • Al-Qur’an menggambarkan perjalanan jiwa manusia dari jiwa yang dikuasai hawa nafsu hingga jiwa yang tenang.
  • Dalam hadits, pengendalian jiwa adalah kunci keselamatan.
  • Nafas, meskipun maknanya fisik, menjadi simbol waktu, hidup, dan amal yang harus dimanfaatkan.

Jika Anda ingin melanjutkan ke:

  • Penjelasan dari ulama tasawuf tentang "nafs"
  • Perjalanan pembersihan nafs menurut Imam al-Ghazali atau Ibnul Qayyim
  • Hubungan ruh dan nafs dalam konteks mimpi dan alam barzakh

Silakan baca terbitan sebelumnya.

0 komentar:

Posting Komentar