Kamis, 15 Mei 2025

Kitab Mulḥatul I‘rāb


Kitab Mulḥatul I‘rāb adalah salah satu matn nahwu (gramatika Arab) yang disusun oleh al-‘Allāmah Aḥmad ibn Yaḥyā al-Ḥalabī al-Makkī, dan terkenal digunakan di kalangan pelajar pemula hingga menengah dalam kajian ilmu nahwu. Kitab ini disusun dalam bentuk nazham (syair) agar mudah dihafal.

Daftar Isi (secara umum) dari kitab Mulḥatul I‘rāb:

  1. Muqaddimah

    • Pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi
    • Tujuan penulisan kitab
  2. Al-Kalām dan Al-Kalim

    • Definisi kalām (kalimat sempurna)
    • Definisi kalim (sekumpulan kata)
  3. Jenis-jenis Kalimah

    • Isim
    • Fi‘il
    • Ḥarf
  4. Tanda-tanda Isim

    • Takhfīḍ (jar)
    • Tanwīn
    • Alif-lām
    • Huruf jar masuk ke atasnya
  5. Tanda-tanda Fi‘il

    • Qabul (menerima) ta, ya, nun, dll.
    • Pembagian fi‘il: Māḍī, Muḍāri‘, Amr
  6. Tanda-tanda Huruf

    • Tidak memiliki tanda isim maupun fi‘il
  7. I‘rāb

    • Pengertian i‘rāb
    • Rafa‘, Naṣb, Jar, Jazm
    • Tanda-tanda i‘rāb (mu‘rab dan mabnī)
  8. Isim Mu‘rab dan Mabnī

    • Pembagian isim mu‘rab dan isim mabnī
    • Contoh dan pengecualian
  9. Fi‘il Mu‘rab dan Mabnī

    • Fi‘il Māḍī (mabnī)
    • Fi‘il Amr (mabnī)
    • Fi‘il Muḍāri‘ (mu‘rab dan mabnī)
  10. Fa‘il dan Maf‘ūl

    • Pengertian dan i‘rābnya
  11. Nā’ib al-Fā‘il

    • Definisi dan hukum i‘rābnya
  12. Mubtada’ dan Khabar

    • Syarat dan i‘rāb
  13. Nā‘at (Sifat)

    • Definisi dan kesesuaian
  14. ‘Aṭf

    • Huruf- huruf ‘aṭf dan pengaruhnya
  15. Tawkīd

    • Macam-macam tawkīd: lafdzī dan ma‘nawī
  16. Badal

    • Pembagian badal: kul, ba‘ḍ, isytiqāq
  17. ‘Āmil dan Ma‘mūl

    • Macam-macam ‘āmil
  18. Isim Majrūr

    • Dengan huruf jar dan idāfah
  19. I‘rāb Taqdīrī dan Maḥallī

    • Kapan i‘rāb diperkirakan atau ditempatkan
  20. Penutup

    • Nasihat dan doa dari penyusun

1. Muqaddimah


النَّظْم:

الحمدُ للهِ العليِّ الأَرَبِ
ذِي النّعَمِ الواسعةِ الرّغَبِ

ثمَّ الصلاةُ والسلامُ الأتَمَّا
على النّبيِّ المصطفى خيرِ الأُممَا

وآلِهِ وصحبِهِ الأبرارِ
مِن كلِّ ذي نُطقٍٍ كريمِ الشَّارِ

وبعدُ فالقصدُ بهذا النّظمِ
تسهيلُ علمِ النَّحوِ للمُستَفهمِ


Terjemahan:

Segala puji bagi Allah Yang Maha Tinggi dan Mahaluas ilmunya,
Pemilik anugerah yang luas dan pemberi harapan.

Kemudian salawat dan salam yang sempurna,
Atas Nabi yang terpilih, sebaik-baik umat.

Juga atas keluarganya dan para sahabatnya yang mulia,
Dari setiap orang yang berbudi luhur dan bermartabat.

Amma ba‘du, maka maksud dari nazham ini, Adalah memudahkan ilmu nahwu bagi pencari pemahaman.


النَّظْم:

فالكَلامُ ما أفادَ مُستَقِلّا
لفظاً، وفيهِ نيةٌ تُكَمِّلا

وهو الذي منه الكلامُ مُرَكَّبُ
إن وافقَ الوضعَ لما قد يُذهَبُ

وأقلهُ كلمتانِ رُكِّبا
مِن اسمٍ وفعلٍ قد تَركَّبا

وهو على ثلاثةٍ قد قُسِما
اسمٌ وفعلٌ ثمّ حرفٌ كُلِّما


Terjemahan:

Maka kalām (kalimat sempurna) adalah sesuatu yang memberikan faedah secara utuh,
Berupa lafaz, dan mengandung niat penyempurnaan makna.

Ia adalah sesuatu yang darinya terbentuk kalimat,
Bila sesuai dengan susunan (bahasa) yang dapat dipahami (secara bahasa Arab).

Dan bentuk paling sedikit dari kalimat adalah dua kata yang tersusun,
Dari isim dan fi'il yang saling terangkai.

Dan kalimat itu terbagi menjadi tiga macam, Yaitu: isim, fi‘il, dan huruf kapan saja digunakan.



2. Jenis-jenis Kalimah (أقسام الكَلِم)

Dalam ilmu nahwu, kalimah (kata) dibagi menjadi tiga jenis utama:

A. Isim (الاسم)

Definisi:
Isim adalah kata yang menunjukkan makna benda atau sesuatu, tanpa terikat waktu.

Ciri-ciri (Alamat) Isim:

  1. Bisa dimasuki huruf jar (seperti: مِن، إلى، في، عن، على، بـ، لـ، كـ)
    • Contoh: في المسجدِ (di masjid)
  2. Menerima tanwīn (nun mati)
    • Contoh: رجلٌ (seorang lelaki)
  3. Dapat didahului alif-lām (أل التعريف)
    • Contoh: الكتابُ (buku itu)
  4. Bisa dimudhafkan (menjadi mudhaf)
    • Contoh: بابُ البيتِ (pintu rumah)

Contoh Isim:

  • زيد (Zaid)
  • شجرة (pohon)
  • علم (ilmu)

B. Fi‘il (الفعل)

Definisi:
Fi‘il adalah kata yang menunjukkan makna perbuatan atau kejadian, dan terkait waktu.

Pembagian Fi‘il Berdasarkan Waktu:

  1. Fi‘il Māḍī (الماضي) – Lampau
    • Contoh: ذهبَ (telah pergi)
  2. Fi‘il Muḍāri‘ (المضارع) – Sekarang/akan datang
    • Contoh: يذهبُ (sedang/pergi)
  3. Fi‘il Amr (الأمر) – Perintah
    • Contoh: اذهبْ (pergilah)

Ciri-ciri Fi‘il:

  • Menerima awalan ta (ت), ya (ي), alif (أ), atau nun (ن) untuk fi‘il muḍāri‘.
  • Tidak menerima huruf jar atau tanwīn.

C. Ḥarf (الحرف)

Definisi:
Ḥarf adalah kata yang tidak memiliki arti secara mandiri, tetapi hanya bermakna jika digunakan bersama kata lain.

Ciri-ciri Ḥarf:

  • Tidak menerima tanda isim (tanwīn, alif-lām, huruf jar)
  • Tidak menerima tanda fi‘il
  • Tidak bisa berdiri sendiri sebagai makna utuh

Contoh Huruf:

  • في (di/dalam)
  • هل (apakah)
  • لم (tidak/belum)
  • إن (jika/sesungguhnya, tergantung konteks)

Ringkasan Tabel:

Jenis Kalimah Definisi Ciri-Ciri Utama Contoh
Isim Menunjukkan makna benda/abstrak Bisa dimasuki huruf jar, tanwīn, alif-lām كتابٌ، زيد
Fi‘il Menunjukkan perbuatan + waktu Ada ta/ya/alif/nun, tidak pakai tanwīn ذهب، يذهب
Ḥarf Tidak bermakna kecuali bersama lain Tidak menerima tanda isim/fi‘il في، هل

3. Tanda-Tanda (Alamat) Masing-Masing Kalimah

A. Tanda-Tanda Isim (علامات الاسم)

Isim dapat dikenali dengan adanya tanda-tanda khusus. Di antaranya:

  1. Huruf Jar (حرف الجر)
    Jika sebuah kata bisa dimasuki huruf jar seperti:
    مِن – إلى – عن – على – في – رُبَّ – الباء – الكاف – اللام
    Maka ia adalah isim.

    • Contoh: في المسجدِ
  2. Tanwīn (التنوين)
    Jika sebuah kata bisa diberi tanwīn (nun sakinah tambahan di akhir kata), maka itu isim.

    • Contoh: رجلٌ، كتابٌ
  3. Didahului Alif dan Lām (أل)
    Jika bisa dimasuki أل ta‘rīf, maka itu isim.

    • Contoh: الكتابُ، الولدُ
  4. Iḍāfah (الإضافة)
    Jika dapat berfungsi sebagai mudhāf (kata pertama dalam konstruksi kepemilikan), maka itu isim.

    • Contoh: بابُ البيتِ (pintu rumah)

B. Tanda-Tanda Fi‘il (علامات الفعل)

Fi‘il juga memiliki tanda-tanda khusus, yaitu:

  1. Terkait Waktu (الزمن)
    Kata kerja menunjukkan waktu:

    • Māḍī: Lampau → ذهب
    • Muḍāri‘: Sekarang/akan → يذهب
    • Amr: Perintah → اذهب
  2. Tanda Muḍāri‘ (علامات المضارع)
    Untuk fi‘il muḍāri‘, tanda-tandanya adalah salah satu dari huruf ن – أ – ت – ي di awal kata.

    • Contoh: يكتب، تذهب، أقرأ، نلعب
  3. Tidak Menerima Tanda Isim
    Fi‘il tidak dapat dimasuki tanwīn, alif-lām, atau huruf jar secara langsung.


C. Tanda-Tanda Ḥarf (علامات الحرف)

Ḥarf dikenali justru karena tidak memiliki tanda isim maupun tanda fi‘il.

  1. Tidak Menerima Tanwīn, Alif-Lām, atau Iḍāfah

    • Contoh: "هل" tidak bisa menjadi "هلٌ" atau "الهل"
  2. Tidak Menunjukkan Waktu

    • Contoh: "في" tidak mengandung makna waktu
  3. Maknanya Bergantung pada Kalimat
    Huruf tidak punya makna sendiri, maknanya tergantung kata yang menyertainya.

    • Contoh: "في" → artinya "di/dalam" jika ada tempat setelahnya: "في البيتِ"

Catatan Tambahan:

Imam Ibn Ājurrūm dalam Al-Ājurrūmiyyah dan juga Syaikh al-Imām al-Ḥarīrī dalam Mulḥatul I‘rāb menyebutkan bahwa memahami tanda-tanda ini penting sebagai fondasi utama untuk membedakan jenis-jenis kalimah dalam nahwu.


4. Tanda-tanda Fi‘il (علامات الفعل)


A. Qabūl (Menerima) Huruf-Huruf Tertentu

Fi‘il dapat dikenali dengan menerima awalan tertentu, terutama dalam bentuk fi‘il muḍāri‘, yaitu:

1. Huruf Muḍāri‘ah (أحرف المضارعة)

Yaitu huruf-huruf yang dapat muncul di awal fi‘il muḍāri‘:

أ - ن - ي - ت
(Alif - Nun - Yā - Tā)

Huruf-huruf ini dirangkum dalam kalimat:

"أنيتَ"

Contoh:

  • أكتبُ (aku menulis)
  • نقرأُ (kami membaca)
  • يذهبُ (ia pergi)
  • تجلسُ (kamu duduk)

Kata-kata tersebut semua adalah fi‘il muḍāri‘ yang dikenali dengan adanya huruf-huruf muḍāri‘ di awalnya.


B. Pembagian Fi‘il Berdasarkan Waktu

Fi‘il terbagi menjadi tiga jenis utama berdasarkan waktu dan bentuk penggunaannya:


1. Fi‘il Māḍī (الفعل الماضي)

Definisi: Kata kerja yang menunjukkan kejadian masa lampau.

  • Ciri khas: biasanya berakhiran fathah (َ).
  • Tidak menerima huruf muḍāri‘ah.

Contoh:

  • ذهبَ (telah pergi)
  • أكلَ (telah makan)

2. Fi‘il Muḍāri‘ (الفعل المضارع)

Definisi: Kata kerja yang menunjukkan kejadian sekarang atau akan datang.

  • Ciri khas: diawali huruf muḍāri‘ah (أ، ن، ي، ت)
  • Bisa menerima nūn taukīd atau huruf jazm/naṣb.

Contoh:

  • يكتبُ (sedang/akan menulis)
  • نذهبُ (kami pergi)

3. Fi‘il Amr (فعل الأمر)

Definisi: Kata kerja yang berfungsi untuk memberi perintah atau anjuran.

  • Ciri khas: fi‘il ini menghendaki pelaksanaan di masa depan dan tidak disebutkan fa‘il-nya secara langsung.

Contoh:

  • اِقرأْ (bacalah)
  • اذهبْ (pergilah)
  • اُكتبْ (tulislah)

Catatan Tambahan:

  • Fi‘il tidak menerima tanwīn, alif-lām, atau huruf jar, sehingga ia berbeda dari isim.
  • Dalam i‘rāb, fi‘il akan terhubung dengan fa‘il (pelaku) atau nā’ib fa‘il (objek yang dijadikan subjek dalam fi‘il majhūl).


5. Tanda-Tanda Huruf (علامات الحرف)


Definisi Huruf (الحرف):

Huruf adalah kata yang tidak menunjukkan makna kecuali jika digabungkan dengan kata lain.

Disebut “huruf” karena tidak dapat berdiri sendiri dalam memberi makna, dan hanya berfungsi sebagai penghubung atau pelengkap struktur kalimat.


Tanda-Tanda Huruf:

Huruf dikenali dengan ketiadaan tanda-tanda isim maupun fi‘il, yaitu:

1. Tidak Bisa Dimasuki Tanda Isim:

  • Tidak bisa diberi tanwīn
  • Tidak bisa dimasuki alif-lām
  • Tidak bisa menjadi mudhāf
  • Tidak bisa dimasuki huruf jar lainnya

Contoh:

  • هل → tidak bisa menjadi هلٌ atau الهل
  • في → tidak bisa menjadi فيٌ atau الفي

2. Tidak Bisa Dimasuki Tanda Fi‘il:

  • Tidak menerima awalan أ – ن – ي – ت (huruf muḍāri‘ah)
  • Tidak menunjukkan makna waktu (masa lalu, kini, atau akan datang)

Contoh:

  • من (dari) → bukan fi‘il
  • أن (bahwa) → bukan fi‘il

3. Maknanya Tergantung pada Kalimat:

Huruf tidak memiliki makna independen, tetapi membentuk makna saat berpasangan dengan isim atau fi‘il.

Contoh:

  • في البيت → “di rumah”
    Huruf في menunjukkan tempat karena disambungkan dengan kata البيت

  • لم يذهب → “tidak pergi”
    Huruf لم memberi makna penafian kepada fi‘il يذهب


Jenis-Jenis Huruf (Secara Umum):

a. Huruf Jar (حروف الجر)

Menjadikan isim setelahnya majrūr (berharakat kasrah)
Contoh: في، من، إلى، على، عن، بـ، لـ

b. Huruf Nafi (حروف النفي)

Menunjukkan penafian atau peniadaan
Contoh: لا، لم، لن، ما

c. Huruf ‘Aṭaf (حروف العطف)

Menghubungkan dua kata/kalimat
Contoh: و، ثم، أو، لكن

d. Huruf Taukīd, Istifhām, dll.

Untuk penegasan, pertanyaan, perintah, dll.
Contoh: إن، هل، قد، لعل، يا


Kesimpulan:

Huruf adalah bagian dari kalimah yang tidak memiliki tanda isim maupun fi‘il, dan tidak berdiri sendiri dalam arti. Ia baru memiliki makna bila dirangkai dalam struktur kalimat.

 Huruf Mabnī (الحروف المبنية)

Pengertian Huruf Mabnī

Dalam ilmu nahwu, huruf (ḥarf) adalah kata yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat dan selalu bergantung pada kata lain.
Mabnī (مبنيّ) artinya bentuk akhir katanya tidak berubah (tetap), baik karena posisi kalimat (rafa‘, naṣb, jazm, jar) maupun amil lain.

Maka, huruf-huruf dalam bahasa Arab semuanya termasuk kategori mabnī, karena tidak mengalami perubahan bentuk akhir seperti halnya isim atau fi‘il mu‘rab.


Ciri-ciri Huruf:

  1. Tidak menerima tanda-tanda i‘rāb, baik rafa‘, naṣb, jazm, atau jar.
  2. Bentuk akhirnya tetap, tidak berubah meski posisinya dalam kalimat berubah.
  3. Tidak memiliki makna lengkap kecuali setelah digabungkan dengan kata lain.

Macam-Macam Huruf dan Contohnya

  1. Ḥurūf al-Jarr (huruf yang menyebabkan majrūr):

    • مِنْ، إلى، عَنْ، عَلَى، فِي، رُبَّ، لِـ، كَـ، بَـ، وَاو القسم، تَاء القسم
    • Contoh:
      • ذهبتُ إلى المسجدِ
  2. Ḥurūf Naṣb al-Muḍāri‘ (menasabkan fi‘il muḍāri‘):

    • أَنْ، لَنْ، إِذَنْ، كَيْ، لِكَيْ، لام التعليل، حَتّى
    • Contoh:
      • أريدُ أن أتعلمَ النحوَ
  3. Ḥurūf Jazm (menjazmkan fi‘il muḍāri‘):

    • لَمْ، لَمّا، لا الناهية، إنْ الشرطية، مَنْ، مَا، مهما
    • Contoh:
      • لم أذهبْ
  4. Ḥurūf Inna wa Akhwātuhā (huruf yang menasabkan mubtada’):

    • إِنَّ، أَنَّ، كَأَنَّ، لَكِنَّ، لَيْتَ، لَعَلَّ
    • Contoh:
      • إنَّ اللهَ غفورٌ
  5. Ḥurūf Jawāb Syarṭ (huruf penghubung jawaban syarat):

    • فَاء السَّبَبِيَّة، وَاو المعية، إذاً، إِذَا، ثُمَّ، أَوْ، أَمْ
  6. Ḥurūf Nida’ (huruf panggilan):

    • يَا، أَيَا، هَيَا، أَيْ
    • Contoh:
      • يا زيدُ

Kesimpulan

  • Semua huruf dalam bahasa Arab termasuk mabnī, karena tidak mengalami perubahan bentuk akhir.
  • Pembagian huruf dilakukan berdasarkan fungsi dan pengaruhnya terhadap kata lain, bukan berdasarkan perubahan i‘rāb.




7. Isim Mu‘rab dan Mabnī (الاسم المعرب والمبني)


A. Pengertian Isim Mu‘rab (الاسم المعرب)

Isim mu‘rab adalah isim (kata benda) yang berubah harakat akhirnya tergantung pada posisi dalam kalimat (posisi i‘rāb).

تعريف: الاسم الذي يتغير آخره بسبب تغيّر العوامل الداخلة عليه.

Contoh:

  • جاء زيدٌ (Zaid sebagai mubtada’ – rafa‘)
  • رأيتُ زيدًا (Zaid sebagai maf‘ūl – naṣb)
  • مررتُ بزيدٍ (Zaid setelah huruf jar – jar)

Isim-isim ini berubah-ubah akhirnya, maka ia disebut mu‘rab.


B. Pembagian Isim Mu‘rab

Isim mu‘rab dibagi menjadi dua:

  1. Mu‘rab bi al-ḥarakah (الإعراب بالحركة):

    • Rafa‘: ḍammah
    • Naṣb: fatḥah
    • Jar: kasrah
      Contoh: زيدٌ – زيدًا – زيدٍ
  2. Mu‘rab bi al-ḥurūf (الإعراب بالحروف): Digunakan pada:

    • Mutsannā (kata dua): rafa‘ dengan alif, naṣb dan jar dengan yā’
      Contoh: جاء الطالبانِ – رأيت الطالبَينِ
    • Jamak mudzakkar sālīm: rafa‘ dengan wāw, naṣb dan jar dengan yā’
      Contoh: حضر المعلمونَ – رأيت المعلمينَ
    • Asma’ al-khamsah: (أبو، أخو، حمو، فو، ذو):
      rafa‘ dengan wāw, naṣb dengan alif, jar dengan yā’
      Contoh: جاء أخو زيدٍ – رأيت أخا زيدٍ – مررتُ بـ أخي زيدٍ

C. Pengertian Isim Mabnī (الاسم المبني)

Isim mabnī adalah isim yang tidak berubah akhirannya meskipun posisi dan fungsi kalimat berubah.

تعريف: الاسم الذي يلزم حالةً واحدةً في آخره ولا يتغير مهما تغير موقعه الإعرابي.


Contoh Isim Mabnī:

  1. Isim Isyārah (kata tunjuk):

    • هذا، هذه، ذلك، تلك
      Semua tetap, tidak berubah akhir meski berubah posisi.
  2. Isim Maushūl (kata sambung):

    • الذي، التي، من، ما
      Tetap pada bentuknya.
  3. Isim Ḍamīr (kata ganti):

    • هو، هي، أنتَ، أنا، نحنُ
      Tetap pada bentuknya.
  4. Beberapa Ẓarf dan lainnya:

    • أين، متى، الآن، أمسِ، حيثُ
      Semua ini mabnī

D. Pengecualian dan Catatan:

  • Tidak semua isim bisa dipastikan mu‘rab atau mabnī tanpa memperhatikan konteks.
  • Sebagian isim selalu mabnī, seperti أنتَ، هذا، الذي.
  • Sebagian besar isim mu‘rab, kecuali ada alasan untuk menjadi mabnī.

Kesimpulan:

  • Isim mu‘rab: akhir katanya berubah karena pengaruh i‘rāb.
  • Isim mabnī: akhir katanya tetap meskipun kedudukan dalam kalimat berubah.
  • Membedakan keduanya penting untuk memahami fungsi kata dalam kalimat Arab secara benar.





8. Fi‘il Mu‘rab dan Mabnī (الفعل المعرب والمبني)

A. Pengertian

  • Fi‘il Mabnī (الفعل المبني): Fi‘il yang bentuk akhirnya tidak berubah meskipun berubah posisi dalam kalimat.
  • Fi‘il Mu‘rab (الفعل المعرب): Fi‘il yang bentuk akhirnya bisa berubah tergantung ‘āmil (kata yang mempengaruhi) dan posisi dalam kalimat.

B. Pembagian Fi‘il

  1. Fi‘il Māḍī (فعل ماضٍ)

    • Selalu mabnī, karena tidak pernah mengalami perubahan i‘rāb.
    • Mabnī:
      • Fatḥah: كَتَبَ
      • Sukūn (bila bertemu dhamir mutaḥarrik): كَتَبْتُ
      • Ḍammah (jarang): كَتَبُوا
  2. Fi‘il Amr (فعل أمر)

    • Selalu mabnī, bentuknya tetap.
    • Mabnī:
      • Sukūn: اِكْتُبْ
      • Ḥażf ḥarf (huruf dibuang): قِ (dari يَقِي)
      • Itṣāl dengan dhamir: اُكْتُبُوهُ
  3. Fi‘il Muḍāri‘ (فعل مضارع)

    • Bisa mu‘rab, namun kadang mabnī juga.
    • Mu‘rab:
      • Rafa‘: يَكْتُبُ (biasa)
      • Naṣb: لَنْ يَكْتُبَ
      • Jazm: لَمْ يَكْتُبْ
    • Mabnī:
      • Bila bersambung dengan nūn ats-tsaqīlah (يَكْتُبَنَّ) atau nūn al-niswah (يَكْتُبْنَ), maka menjadi mabnī.

C. Tabel Ringkasan

Jenis Fi‘il Mabnī / Mu‘rab Contoh Keterangan
Māḍī Mabnī كَتَبَ Tidak berubah
Amr Mabnī اُكْتُبْ Bentuk tetap
Muḍāri‘ biasa Mu‘rab يَذْهَبُ Bisa berubah (rafa‘/naṣb/jazm)
Muḍāri‘ + nūn Mabnī يَذْهَبْنَ Karena bersambung dengan nūn

Kesimpulan

  • Fi‘il māḍī dan amr selalu mabnī.
  • Fi‘il muḍāri‘ umumnya mu‘rab, kecuali bila bersambung dengan nūn tertentu (ats-tsaqīlah/niswah), maka ia mabnī.



A. Pengertian Fi‘il Mu‘rab dan Mabnī

  • Fi‘il Mu‘rab (الفعل المعرب):
    Fi‘il yang akhirannya berubah sesuai dengan tanda i‘rāb berdasarkan posisi dan faktor pengaruhnya.

  • Fi‘il Mabnī (الفعل المبني):
    Fi‘il yang akhirannya tetap dan tidak berubah meskipun ada perubahan dalam kalimat.


B. Pembagian Fi‘il Mabnī

  1. Fi‘il Māḍī (الفعل الماضي):

    • Selalu mabnī.
    • Akhirnya tetap berharakat kasrah, sukun, atau dhammah yang khusus, tidak berubah karena i‘rāb.

    Contoh:

    • كَتَبَ (dia menulis)
    • فَعَلَ (dia melakukan)
  2. Fi‘il Amr (الفعل الأمر):

    • Selalu mabnī.
    • Akhirnya tetap berharakat sukun ( ْ ) atau dalam bentuk lainnya, tidak berubah.

    Contoh:

    • اُكْتُبْ (tulislah!)
    • اِذْهَبْ (pergilah!)

C. Fi‘il Muḍāri‘ (الفعل المضارع)

  • Fi‘il Muḍāri‘ bisa bersifat mu‘rab atau mabnī, tergantung keadaan:
  1. Fi‘il Muḍāri‘ Mu‘rab:

    • Jika tidak didahului huruf jazm (penghalang) atau huruf nasb (pengantar) tertentu.
    • Akhirannya berubah mengikuti i‘rāb:
      • Rafa‘: ḍammah ( ُ )
      • Naṣb: fatḥah ( َ )
      • Jazm: sukun ( ْ )

    Contoh:

    • يَكْتُبُ (dia menulis – rafa‘)
    • لَيَكْتُبَ (agar dia menulis – naṣb)
    • لَمْ يَكْتُبْ (dia tidak menulis – jazm)
  2. Fi‘il Muḍāri‘ Mabnī:

    • Jika didahului oleh huruf-huruf tertentu yang menyebabkan akhirannya tetap, seperti:

      • Huruf jazm khusus: لم، لما، لا الناهية
      • Huruf nasb khusus: أن، لن، كي، حتى، لام التعليل
    • Akhirnya tetap berharakat sukun atau fatḥah sesuai huruf pengaruhnya, tidak berubah.

    Contoh:

    • لم يكتبْ (dia tidak menulis – mabnī)
    • لن يكتبَ (dia tidak akan menulis – mabnī)

D. Ringkasan:

Jenis Fi‘ilMu‘rab/MabnīAkhir Kata dan Contoh
Fi‘il MāḍīMabnīAkhir tetap, مثال: كَتَبَ
Fi‘il AmrMabnīAkhir tetap, مثال: اُكْتُبْ
Fi‘il Muḍāri‘Mu‘rab atau MabnīMu‘rab: يكتبُ / يكتبَ / يكتبْ
Mabnī: لم يكتبْ
، لن يكتبَ

Penutup:

Memahami perbedaan fi‘il mu‘rab dan mabnī penting untuk membaca, menulis, dan memahami struktur kalimat Arab dengan benar.


6. I‘rāb (الإِعْرَاب)


A. Pengertian I‘rāb (تعريف الإِعْرَاب)

Secara bahasa, i‘rāb berasal dari kata a‘raba yang berarti menjelaskan atau memperjelas.

Secara istilah nahwu:

الإِعْرَابُ: هو تغيير أواخر الكلم لاختلاف العوامل الداخلة عليها لفظاً أو تقديراً.

“I‘rāb adalah perubahan akhir kata karena perbedaan ‘āmil (faktor yang mempengaruhi) yang masuk ke dalamnya, baik perubahan itu tampak secara lafazh ataupun tak terlihat (taqdīran).”


B. Tujuan I‘rāb:

Agar struktur kalimat menjadi jelas dan makna tidak rancu. Misalnya:

  • ضربَ زيدٌ عمرًا → “Zaid memukul ‘Amr”
  • ضربَ عمرٌو زيدًا → “‘Amr memukul Zaid”

Kalimatnya mirip, tetapi karena i‘rāb (harakat akhirnya) berbeda, maka maknanya juga berbeda.


C. Pembagian I‘rāb: Rafa‘, Naṣb, Jar, dan Jazm

  1. Rafa‘ (الرَّفْعُ):
    Tanda i‘rāb untuk subjek (fā‘il), mubtada’, dan khabar.
    Contoh: جاءَ زيدٌ → “Zaid telah datang.”

  2. Naṣb (النَّصْبُ):
    Untuk objek (maf‘ūl), hal, tamyīz, dan lainnya.
    Contoh: رأيتُ زيدًا → “Aku melihat Zaid.”

  3. Jar (الْجَرُّ):
    Hanya berlaku pada isim, biasanya setelah huruf jar atau sebagai mudhāf ilayh.
    Contoh: مررتُ بزيدٍ → “Aku melewati Zaid.”

  4. Jazm (الْجَزْمُ):
    Khusus fi‘il muḍāri‘ yang dimasuki huruf jazm seperti لم، لما، لا الناهية
    Contoh: لم يذهبْ → “Dia tidak pergi.”


D. Tanda-Tanda I‘rāb (علامات الإعراب)

I‘rāb ditandai dengan harakat (atau huruf tambahan) tertentu di akhir kata:

Tanda Asli:

  • Rafa‘: Ḍammah ( ُ )
  • Naṣb: Fatḥah ( َ )
  • Jar: Kasrah ( ِ )
  • Jazm: Sukun ( ْ )

Tanda Cabang:

Terkadang tanda i‘rāb menggunakan huruf lain, seperti:

  • Alif: tanda rafa‘ untuk isim tatsniyah
  • Yā’: tanda jar dan naṣb untuk jamak mudzakkar sālīm
  • Wāw: tanda rafa‘ untuk jamak mudzakkar sālīm

E. Mu‘rab dan Mabnī (المُعْرَب والمَبْنِيّ)

  1. Mu‘rab (المُعْرَب):
    Kata yang akhirnya bisa berubah karena pengaruh posisi dalam kalimat.

    Contoh:

    • زيدٌ (rafa‘ sebagai mubtada’)
    • زيدًا (naṣb sebagai maf‘ūl)
    • زيدٍ (jar karena huruf jar)
  2. Mabnī (المَبْنِيّ):
    Kata yang akhirnya tetap dalam setiap posisi i‘rāb, tidak berubah.

    Contoh:

    • هذا (tetap berakhir dengan alif)
    • من (tetap dengan sukun di akhir)

Penutup:

I‘rāb adalah kunci memahami struktur dan makna kalimat dalam bahasa Arab. Memahami jenis i‘rāb dan tanda-tandanya adalah dasar utama dalam ilmu nahwu.

Jenis-Jenis I‘rāb (أنواع الإعراب)

I‘rāb adalah perubahan akhir kata dalam kalimat karena pengaruh ‘āmil (faktor yang mempengaruhi seperti fi‘il, huruf, dll.). Perubahan ini bisa terjadi pada isim dan fi‘il muḍāri‘, sedangkan huruf dan fi‘il lain umumnya mabnī (tetap bentuknya).


Macam-Macam I‘rāb

  1. Rafa‘ (الرَّفْعُ)

    • Maknanya: diangkat (tanda akhir kata yang menunjukkan subjek atau pelaku).
    • Digunakan pada:
      • Mubtada’ (subjek dalam jumlah ismiyyah)
      • Khabar
      • Fa‘il
      • Fi‘il muḍāri‘ yang tidak dimasuki huruf naṣb atau jazm
    • Tanda-tandanya:
      • Ḍammah ( ـُ )
      • Alif (isim mutsannā)
      • Wāw (jama‘ mudzakkar sālim)
      • Nūn (pada af‘āl al-khamsah)
  2. Naṣb (النَّصْبُ)

    • Maknanya: diturunkan (digunakan untuk objek atau hal lainnya).
    • Digunakan pada:
      • Maf‘ūl bih
      • Hal
      • Isim inna
      • Fi‘il muḍāri‘ setelah huruf naṣb
    • Tanda-tandanya:
      • Fatḥah ( ـَ )
      • Yā’ (jama‘ mudzakkar sālim dan isim ats-tsaniyyah)
      • Ḥadf nūn (af‘āl al-khamsah)
  3. Jar (الْجَرُّ)

    • Hanya berlaku untuk isim, tidak untuk fi‘il.
    • Digunakan setelah:
      • Ḥarf jar
      • Iḍāfah
    • Tanda-tandanya:
      • Kasrah ( ـِ )
      • Yā’ (jama‘ mudzakkar sālim dan isim musannā)
  4. Jazm (الْجَزْمُ)

    • Hanya berlaku untuk fi‘il muḍāri‘, tidak untuk isim.
    • Digunakan setelah:
      • Huruf jazm, seperti lam, lam lamr, la an-nāhiyah, lam al-juhūd.
    • Tanda-tandanya:
      • Sukūn ( ـْ )
      • Ḥadf ḥarf ‘illah (fi‘il naqis)
      • Ḥadf nūn (af‘āl al-khamsah)

Contoh Praktis:

Bentuk Kalimat Jenis I‘rāb Kata yang Di-i‘rāb Tanda
جاءَ زيدٌ Rafa‘ Zaid Ḍammah (ـٌ)
رأيتُ زيدًا Naṣb Zaid Fatḥah (ـً)
مررتُ بـ زيدٍ Jar Zaid Kasrah (ـٍ)
لم يذهبْ Jazm Fi‘il muḍāri‘ Sukūn (ـْ)



4. Tanda-Tanda I‘rāb (علامات الإعراب)

Tanda i‘rāb terbagi menjadi dua:

A. I‘rāb Ẓāhir (الإعراب الظاهر)

Adalah i‘rāb yang tampak jelas pada akhir kata.

Contoh:

  • جاءَ الولدُ (Rafa‘ dengan ḍammah)
  • رأيتُ الولدَ (Naṣb dengan fatḥah)
  • مررتُ بـ الولدِ (Jar dengan kasrah)

B. I‘rāb Muqaddar (المُقدَّر)

I‘rāb yang tidak tampak karena terhalang alasan tertentu, seperti:

  1. Karena ta‘żur (تعذر) – fi‘il yang berakhir alif (huruf ‘illah).

    • مثال: يسعى – لا يظهر الإعراب لأن الألف لا تقبل الحركة.
  2. Karena istiḥālah (استحالة) – misalnya isim maqṣūr (berakhir alif), atau isim manqūṣ (berakhir yā’ sukun).

    • مثال: فتى – يرفع بضمة مقدرة.
    • مثال: القاضي – يرفع بضمة مقدرة.
  3. Karena munāsabah – huruf terakhir disesuaikan dengan bentuk jamak mu’annats sālim.

    • مثال: المؤمناتُ – di-i‘rāb dengan ḍammah muqaddar karena tidak nampak setelah alif-ta’.

5. I‘rāb Maḥallī (الإعراب المحلّي)

Yaitu i‘rāb yang berlaku karena tempat (posisi), meskipun bentuknya mabnī.

Digunakan pada:

  • Ḍamīr (kata ganti): هو، أنا، أنتَ
    • Contoh: جاءَ هوَ – huwa dalam posisi rafa‘ (fa‘il), tapi bentuknya mabnī.
  • Isim Isyārah & Mawṣūl: هذا، الذي
  • Jumlah yang menjadi badal atau khabar:
    • مثال: أن تقوم خيرٌ لك – jumlah "أن تقوم" berposisi mubtada', maka i‘rābnya rafa‘ maḥallī.

Ringkasan:

Jenis I‘rāb Penjelasan
I‘rāb Ẓāhir Tanda i‘rāb terlihat di akhir kata
I‘rāb Muqaddar Tanda i‘rāb tidak terlihat karena sebab-sebab tertentu
I‘rāb Maḥallī I‘rāb berdasarkan posisi dalam kalimat, meskipun bentuknya tetap



6. Fa‘il (الفاعل) dan Maf‘ūl Bih (المفعول به)

A. Fa‘il (Pelaku)

1. Definisi:

Fa‘il adalah isim (kata benda) yang menunjukkan pelaku dari pekerjaan atau perbuatan dalam fi‘il.

Contoh:
كَتَبَ زَيْدٌ الدَّرْسَ
“Zaid menulis pelajaran.”
– Zaid adalah fa‘il karena dia yang melakukan fi‘il menulis.


2. Hukum I‘rābnya:

Fa‘il selalu dalam keadaan rafa‘, dan tanda-tandanya tergantung bentuk kata:

Bentuk Fa‘il Tanda Rafa‘
Isim mufrad Ḍammah (زَيْدٌ)
Musannā (dua orang) Alif (الولدانِ)
Jamak mudzakkar sālim Wāw (المجتهدونَ)
Jamak taksir / mu’annats Ḍammah (الطالباتُ، الرجالُ)

B. Maf‘ūl Bih (Objek)

1. Definisi:

Maf‘ūl bih adalah isim yang menunjukkan objek dari fi‘il, yakni yang dikenai pekerjaan oleh fa‘il.

Contoh:
كَتَبَ زَيْدٌ الدَّرْسَ
“Zaid menulis pelajaran.”
Pelajaran adalah objek (mafa‘ūl bih) yang ditulis oleh Zaid.


2. Hukum I‘rābnya:

Maf‘ūl bih selalu dalam keadaan naṣb, dan tanda-tandanya juga tergantung bentuk:

Bentuk Maf‘ūl Tanda Naṣb
Isim mufrad Fatḥah (الدَّرْسَ)
Musannā Yā’ (الدرسينِ)
Jamak mudzakkar sālim Yā’ (الناجحينَ)
Jamak mu’annats sālim Kasrah (الطالباتِ)

Catatan Penting:

  • Dalam susunan kalimat fi‘liyyah, urutan normal adalah:

    Fi‘il – Fa‘il – Maf‘ūl
    كَتَبَ (fi‘il) زَيْدٌ (fa‘il) الدَّرْسَ (maf‘ūl)

7. Fa‘il dan Maf‘ūl (الفاعل والمفعول)


A. Pengertian Fa‘il (الفاعل)

Fa‘il adalah pelaku dari suatu perbuatan atau yang melakukan fi‘il.

  • Dalam bahasa Arab, fa‘il biasanya berupa isim (kata benda) yang menjadi subjek dari fi‘il.
  • Fa‘il selalu dalam keadaan rafa‘ (مرفوع) sebagai tanda bahwa ia pelaku tindakan.

B. I‘rāb Fa‘il

  • Fa‘il berposisi mubtada’ (subjek) dalam kalimat fi‘il.
  • Oleh karena itu, ia mendapat tanda rafa‘, yaitu:
    • Ḍammah ( ُ ) pada akhir kata jika mufrad (tunggal)
    • Alif ( ـا ) jika muttatsil (dua orang)
    • Wāw ( ـونَ ) jika jama‘ mudzakkar salim (jamak maskulin)
    • Nūn ( ـنَ ) jika jama‘ muannats salim (jamak feminin)

Contoh:

  • كَتَبَ الولدُ الدرسَ
    (Anak laki-laki menulis pelajaran)
    — "الولدُ" adalah fa‘il, berakhir ḍammah (rafa‘)

  • كَتَبَ الولدانِ الدرسَ
    — Fa‘il dalam bentuk muttatsil (dua orang), berakhir alif (ـانِ)

  • كَتَبَ الطلابُ الدرسَ
    — Fa‘il jamak, berakhir wāw (ـونَ)


C. Pengertian Maf‘ūl (المفعول)

Maf‘ūl adalah yang dikenai atau menjadi objek dari fi‘il, yaitu yang menerima perbuatan.

  • Maf‘ūl juga berupa isim, biasanya sebagai objek langsung fi‘il.
  • Maf‘ūl berposisi naṣb (منصوب) dalam kalimat.

D. I‘rāb Maf‘ūl

  • Maf‘ūl mendapat tanda naṣb, yaitu:
    • Fatḥah ( َ ) pada akhir kata jika mufrad (tunggal)
    • Yā’ ( ـينَ ) jika muttatsil (dua orang)
    • Nūn ( ـاتٍ ) atau fatḥah jika jama‘ muannats salim (jamak feminin)
    • Bisa juga sesuai pola jama‘

Contoh:

  • كَتَبَ الولدُ الدرسَ
    — "الدرسَ" adalah maf‘ūl, berakhir fatḥah (naṣb)

  • كَتَبَ الولدُ الدرسَيْنِ
    — Maf‘ūl muttatsil, berakhir yā’ dan nun (ينِ)

  • كَتَبَ الولدُ الدروسَ
    — Maf‘ūl jama‘, berakhir fatḥah (naṣb)


E. Ringkasan:

IstilahFungsiI‘rāb (Harakat Akhir)Contoh
Fa‘ilPelaku (subjek)Rafa‘ (ḍammah, alif, wāw)الولدُ، الولدانِ، الطلابُ
Maf‘ūlPenerima (objek langsung)Naṣb (fatḥah, yā’, nūn)الدرسَ، الدرسَيْنِ، الدروسَ


8. Nā’ib al-Fā‘il (نائب الفاعل)

A. Definisi:

Nā’ib al-Fā‘il adalah isim yang menggantikan fa‘il dalam fi‘il majhūl (pasif), yaitu saat pelaku tidak disebutkan.

B. Bentuk Umum Fi‘il Majhūl:

  • Fi‘il māḍī: huruf pertama di-ḍammah, huruf sebelum akhir difatḥahkan.
    كَتَبَكُتِبَ
  • Fi‘il muḍāri‘: huruf pertama di-ḍammah, huruf sebelum akhir difatḥahkan.
    يَكْتُبُيُكْتَبُ

C. Contoh dan I‘rābnya:

جُمِلَ الكِتَابُ
“Buku telah ditulis.”

  • Al-kitāb adalah nā’ib al-fā‘il, karena menggantikan pelaku.
  • Hukumnya rafa‘, seperti fa‘il.

D. Perbedaan Fa‘il vs Nā’ib al-Fā‘il:

Aspek Fa‘il Nā’ib al-Fā‘il
Bentuk fi‘il Fi‘il ma‘lum (aktif) Fi‘il majhūl (pasif)
Fungsi Pelaku langsung Pengganti pelaku yang tidak disebut
I‘rāb Rafa‘ Rafa‘

E. Contoh Lain:

  1. نُصِرَ المُسْلِمُونَ
    “Kaum Muslimin telah ditolong.”

  2. ضُرِبَ الوَلَدُ
    “Anak telah dipukul.”


A. Definisi Nā’ib al-Fā‘il

  • Nā’ib al-Fā‘il secara harfiah berarti “pengganti fa‘il” atau wakil pelaku.
  • Dalam bahasa Arab, nā’ib al-fā‘il adalah isim yang menggantikan posisi fa‘il, biasanya muncul ketika fi‘il dibuat menjadi bentuk madhi (lampau) pasif (fi‘il majhūl).
  • Dengan kata lain, dalam kalimat pasif, fi‘il tidak menunjukkan pelaku asli, sehingga peran fa‘il digantikan oleh nā’ib al-fā‘il.

Contoh kalimat:

  • كُتِبَ الدرسُ
    (Pelajaran itu ditulis)
    — "الدرسُ" adalah nā’ib al-fā‘il, karena fi‘il "كُتِبَ" adalah pasif.

B. Hukum I‘rāb Nā’ib al-Fā‘il

  • Nā’ib al-fā‘il berposisi sebagai subjek (fa‘il pengganti), sehingga mendapat i‘rāb rafa‘ (مرفوع).
  • Oleh karena itu, nā’ib al-fā‘il biasanya berupa isim yang berakhir dengan tanda rafa‘ seperti ḍammah ( ُ ), alif ( ـا ) untuk muttatsil, atau wāw ( ـونَ ) untuk jama‘ mudzakkar salim.

C. Contoh-contoh Nā’ib al-Fā‘il dan I‘rābnya

Kalimat PasifNā’ib al-Fā‘ilI‘rāb (Harakat Akhir)
كُتِبَ الدرسُالدرسُRafa‘ (ḍammah)
قُرِئَ الكتابُالكتابُRafa‘ (ḍammah)
دُرِسَ الطلابُالطلابُRafa‘ (ḍammah)

D. Ringkasan

IstilahFungsiI‘rābContoh
Nā’ib al-Fā‘ilPengganti fa‘il (pelaku) pada kalimat pasifRafa‘ (ḍammah, alif, wāw)الدرسُ، الكتابُ، الطلابُ

9. Mubtada’ dan Khabar (المبتدأ والخبر)

A. Definisi:

  • Mubtada’ adalah isim yang terletak di awal kalimat ismiyyah (nominal) dan dibicarakan.
  • Khabar adalah bagian yang memberikan informasi tentang mubtada’.

Contoh:
اللَّهُ رَبُّنَا
(Allah adalah Tuhan kita)
Allah = mubtada’
Rabbunā = khabar


B. Syarat Mubtada’:

  1. Harus isim ma‘rifah (biasanya), kecuali bila khabarnya didahulukan.
  2. Dalam keadaan rafa‘.
  3. Tidak boleh didahului huruf jar kecuali jika khabarnya didahulukan.

C. Syarat Khabar:

  1. Harus mufīd (memberi informasi).
  2. Dalam keadaan rafa‘.
  3. Bisa berupa:
    • Isim mufrad: زَيْدٌ مُجْتَهِدٌ
    • Jumlah ismiyyah atau fi‘liyyah: زَيْدٌ خُلُقُهُ حَسَنٌ / يَقْرَأُ الكِتَابَ
    • Syibh jumlah: زَيْدٌ فِي البَيْتِ

D. Pembagian Khabar:

Jenis Khabar Contoh Penjelasan
Mufrad زَيْدٌ مُجْتَهِدٌ Khabar hanya satu kata
Jumlah ismiyyah زَيْدٌ أَخُوهُ مُجْتَهِدٌ Khabar berupa kalimat isim
Jumlah fi‘liyyah زَيْدٌ يَقْرَأُ الكِتَابَ Khabar berupa kalimat fi‘il
Syibh jumlah زَيْدٌ فِي البَيْتِ Khabar berupa jar-majrūr atau zharf

E. Hukum I‘rāb:

  • Mubtada’: Rafa‘ (tergantung bentuknya: ḍammah, alif, wāw, dsb.)
  • Khabar: Rafa‘ (dengan tanda yang sesuai bentuknya)

A. Definisi dan Fungsi

  • Mubtada’ adalah kata atau kelompok kata yang menjadi subjek atau awal kalimat nominal (jumlah ismiyyah).
  • Khabar adalah predikat atau keterangan yang menjelaskan mubtada’, melengkapi maknanya.

B. Syarat Mubtada’

  • Harus berupa isim mu‘rab (bisa mabnī dalam beberapa kasus).
  • Berposisi rafa‘ (مرفوع).
  • Biasanya berdiri di awal kalimat.
  • Harus lengkap maknanya bila digabung dengan khabar.

C. I‘rāb Mubtada’ dan Khabar

  • Mubtada’ dan khabar keduanya berposisi rafa‘ (mubtada’ مرفوع والخبر مرفوع).
  • Tanda rafa‘ biasanya: ḍammah ( ُ ), alif ( ـا ), atau wāw ( ـونَ ), tergantung jumlah dan jenis isim.

D. Contoh

  • الولدُ مجتهدٌ
    al-waladu mujtahidun
    (Anak laki-laki itu rajin)
    — "الولدُ" adalah mubtada’ (rafa‘)
    — "مجتهدٌ" adalah khabar (rafa‘)

10. Nā‘at (Sifat) (النعت)

(Juga disebut: Ṣifah / Sifat) 

A. Definisi

  • Nā‘at adalah kata sifat yang menjelaskan atau memperjelas kata benda (mudhāf ilayh).
  • Nā‘at harus sesuai dengan yang diterangkan dari segi jumlah, jenis kelamin, dan i‘rāb.

B. Kesesuaian Nā‘at dengan Mudzāf Ilayh

  • Jumlah: Jumlah nā‘at harus sama dengan mudhāf ilayh (tunggal, dual, jamak).
  • Jenis Kelamin: Nā‘at harus sama jenis kelamin (maskulin/feminin).
  • I‘rāb: Nā‘at harus sama i‘rāb dengan mudhāf ilayh.

C. Contoh

  • رأيتُ الولدَ الصغيرَ
    ra’aytu al-walada aṣ-ṣaghīra
    (Saya melihat anak kecil itu)
    — "الصغيرَ" adalah nā‘at, sesuai jumlah, jenis, dan i‘rāb dengan "الولدَ"

A. Definisi:

Nā‘at adalah lafaz yang menjelaskan sifat atau keadaan dari suatu isim sebelumnya (yang disebut man‘ūt).

Contoh:
رَجُلٌ صَالِحٌ – Seorang lelaki yang saleh

  • Rajul: man‘ūt
  • Ṣāliḥ: nā‘at

B. Hukum dan Kesesuaian Nā‘at dengan Man‘ūt:

Nā‘at harus sesuai dengan man‘ūt dalam empat hal:

No Aspek Kesesuaian Contoh
1 I‘rāb (Rafa‘, Naṣb, Jar) جَاءَ رَجُلٌ صَالِحٌ (rafa‘)
2 Jenis (Mudzakkar/Mu’annats) جَاءَ رَجُلٌ صَالِحٌ / جَاءَ امْرَأَةٌ صَالِحَةٌ
3 ‘Adad (Tunggal, Mutsannā, Jamak) رَجُلٌ صَالِحٌ / رَجُلَانِ صَالِحَانِ
4 Ma‘rifah atau Nakirah الرَّجُلُ الصَّالِحُ / رَجُلٌ صَالِحٌ

C. Macam Nā‘at:

Jenis Nā‘at Contoh Keterangan
Nā‘at Ḥaqīqī جَاءَ الرَّجُلُ العَالِمُ Nā‘at menerangkan isim secara langsung
Nā‘at Sababī جَاءَ رَجُلٌ حَسَنٌ صَوْتُهُ Nā‘at menerangkan sesuatu yang terkait dengan man‘ūt

D. Faedah Nā‘at:

  • Menentukan (tamyīz)
  • Menjelaskan sifat
  • Membedakan antara dua atau lebih isim yang sama


11. ‘Aṭf (العطف)

A. Definisi:

‘Aṭf adalah mengikutkan lafaz (yang disebut ma‘ṭūf) kepada lafaz sebelumnya (yang disebut ma‘ṭūf ‘alayh) dengan memakai huruf tertentu yang disebut ḥarf ‘aṭf.

Contoh:
جَاءَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو – Zaid dan ‘Amr telah datang

  • Zaid: ma‘ṭūf ‘alayh
  • Wa: ḥarf ‘aṭf
  • ‘Amr: ma‘ṭūf

B. Huruf-Huruf ‘Aṭf yang Umum:

Huruf ‘Aṭf Makna Fungsi Contoh
وَ Dan (penyertaan tanpa tertib) جَاءَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو
فَ Lalu (penyertaan dengan tartib & ta‘qīb) دَخَلَ زَيْدٌ فَعَمْرٌو
ثُمَّ Kemudian (tartib tapi ada jeda) جَاءَ زَيْدٌ ثُمَّ عَمْرٌو
أَوْ Atau خُذْ قَلَمًا أَوْ دَفْتَرًا
لَكِنْ Tetapi (pengecualian) مَا جَاءَ زَيْدٌ لَكِنْ عَمْرٌو
بَلْ Bahkan مَا جَاءَ زَيْدٌ بَلْ عَمْرٌو
أَمَّا...فَـ Adapun... maka أَمَّا زَيْدٌ فَذَكِيٌّ

C. Hukum I‘rāb:

  • Ma‘ṭūf mengikuti i‘rāb ma‘ṭūf ‘alayh, baik itu rafa‘, naṣb, atau jar.

Contoh:
رَأَيْتُ زَيْدًا وَعَمْرًا – Aku melihat Zaid dan Amr
‘Amr di-naṣb-kan karena mengikuti Zaid.


D. Catatan:

  • Jika ‘aṭf terjadi pada kalimat lengkap, maka seluruh struktur kalimat diikutkan.
  • Beberapa huruf ‘aṭf memiliki makna dan hukum khusus (seperti fā’ dan thumma menunjukkan tartīb).

A. Definisi

  • ‘Aṭf adalah menggabungkan dua kata atau kalimat dengan menggunakan huruf ‘aṭf.

B. Huruf-huruf ‘Aṭf

  • Contoh huruf ‘aṭf:
    • وَ (wa = dan)
    • فَ (fa = maka)
    • ثُمَّ (thumma = kemudian)
    • أَوْ (aw = atau)
    • أَمْ (am = atau)
    • بَلْ (bal = bahkan)
    • لَكِنْ (lakin = tetapi)

C. Pengaruh ‘Aṭf terhadap I‘rāb

  • Biasanya i‘rāb kata setelah huruf ‘aṭf mengikuti kata sebelumnya (berkesinambungan).
  • Dalam beberapa kasus, kata setelah ‘aṭf memiliki i‘rāb sendiri.


12Tawkīd (التوكيد)

(Penegasan) 

A. Definisi

  • Tawkīd adalah penguatan makna suatu kata atau kalimat.

B. Macam-macam Tawkīd

  1. Tawkīd Lafdzī (التوكيد اللفظي)

    • Pengulangan kata secara literal.
    • Contoh:
      • قَدْ قَدْ ذَهَبَ (sungguh-sungguh dia pergi)
  2. Tawkīd Ma‘nawī (التوكيد المعنوي)

    • Penguatan makna dengan kata lain, bukan pengulangan langsung.
    • Contoh:
      • إنَّ، لَـ، حقاً، فعلاً, dll.

A. Definisi:

Tawkīd adalah lafaz yang digunakan untuk menegaskan makna dari lafaz sebelumnya agar tidak ada keraguan.

Contoh:
جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ – Zaid sendiri yang datang.


B. Macam-macam Tawkīd:

No Jenis Tawkīd Penjelasan Contoh
1 Tawkīd Lafdzī Pengulangan lafaz yang sama, baik isim, fi'il, atau huruf جَاءَ جَاءَ زَيْدٌ – Zaid sungguh-sungguh datang.
2 Tawkīd Ma‘nawī Penambahan lafaz penegas khusus setelah lafaz yang ditegaskan جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ – Zaid sendiri yang datang.

C. Lafaz Tawkīd Ma‘nawī:

Beberapa kata khusus yang digunakan sebagai tawkīd ma‘nawī, yaitu:

  • نَفْس – diri sendiri
  • عَيْن – sama persis
  • كُلّ – seluruh
  • جَمِيع – semua
  • عامَّة – keseluruhan
  • إجْمَاعًا – secara kompak/bulat

D. Syarat Tawkīd Ma‘nawī:

  1. Harus mengikuti lafaz sebelumnya dari segi i‘rāb.
  2. Harus bersambung dengan kata ganti (ḍamīr) yang kembali ke lafaz yang ditegaskan.

    Contoh: الرَّجُلُ نَفْسُهُ جَاءَ
    (Nafsuh harus ada dhamir -hu yang kembali ke ar-rajul)


E. Faedah Tawkīd:

  • Menolak keraguan
  • Menegaskan makna
  • Menguatkan pernyataan


13. Badal (البدل)

A. Definisi:

Badal adalah isim atau kalimat yang menggantikan isim sebelumnya (yang disebut badal minhu), dengan maksud menegaskan atau memperjelas.

Contoh:
جَاءَ الرَّجُلُ زَيْدٌ – Datang lelaki, yaitu Zaid.
(Zaid adalah badal dari ar-rajul)


B. Macam-macam Badal:

Jenis Badal Penjelasan Contoh
Badal Kul Menggantikan seluruh makna isim sebelumnya جَاءَ الرَّجُلُ زَيْدٌ (Zaid seluruhnya menggantikan ‘ar-rajul’)
Badal Ba‘ḍ Menggantikan sebagian makna isim sebelumnya جَاءَ طُلَّابٌ خَالِدٌ (Khalid sebagian dari para pelajar)
Badal Isytiqāq Menggantikan dari asal yang sama (nasab) زَيْدٌ بْنُ حَارِثٍ (Zaid bin Harith adalah badal dari Zaid)

C. Hukum I‘rāb Badal:

  • Badal mengikuti i‘rāb badal minhu (yang digantikan)
  • Dalam hal rafa‘, naṣb, jar, badal tetap mengikuti lafaz yang diganti.

D. Faedah Badal:

  • Memperjelas maksud
  • Menegaskan penyebutan
  • Mengganti lafaz agar lebih spesifik

A. Definisi

  • Badal adalah kata yang menggantikan atau memperjelas kata sebelumnya.

B. Pembagian Badal

  1. Badal Kul (بدل الكل)

    • Badal yang menggantikan keseluruhan dari yang didahuluinya.
    • Contoh:
      • جاء زيدٌ أحمدُ
        (Datang Zaid, yaitu Ahmad)
  2. Badal Ba‘ḍ (بدل بعض)

    • Badal yang menggantikan sebagian dari yang didahuluinya.
    • Contoh:
      • أكلت التفاحةَ رأسَها
        (Saya makan apel, sebagian yaitu kepalanya)
  3. Badal Isytiqāq (بدل الاشتقاق)

    • Badal yang merupakan turunan kata dari yang didahuluinya.
    • Contoh:
      • أتى صديقُهُ صاحبهُ
        (Datang temannya, yaitu sahabatnya)

14. ‘Āmil dan Ma‘mūl (العامل والمفعول)

A. Definisi:

  • ‘Āmil (العَامِل):
    Lafaz atau unsur dalam kalimat yang menyebabkan perubahan i‘rāb pada lafaz lain (yang disebut ma‘mūl).

  • Ma‘mūl (المَعْمُول):
    Lafaz yang dipengaruhi i‘rābnya oleh ‘āmil.


B. Macam-macam ‘Āmil:

No Jenis ‘Āmil Contoh Keterangan
1 Huruf Jar (حروف الجر) مِنَ الرَّجُلِ Min adalah ‘āmil yang menjadikan ar-rajuli majrūr
2 Huruf Naṣb أَرَادَ زَيْدًا Arāda ‘āmil yang menjadikan Zaidan naṣb
3 Huruf Jazm لَمْ يَذْهَبْ زَيْدٌ Lam ‘āmil yang menjadikan Zaid majzūm
4 Fa‘il كَتَبَ زَيْدٌ Zaid menjadi rafa‘ karena menjadi fa‘il
5 Nā’ib al-Fā‘il قُتِلَ زَيْدٌ Zaid menjadi rafa‘ karena menjadi nā’ib al-fā‘il
6 Khabar الرَّجُلُ صَالِحٌ Ṣāliḥ menjadi rafa‘ karena menjadi khabar
7 Isim Majrūr بَيْتُ رَجُلٍ Rajul menjadi majrūr karena menjadi mudāf ilayh
8 ‘Amil lainnya أَخَذَ – ‘Āmil naṣb Kata kerja seperti ’akhadha menjadi ‘āmil naṣb

C. Faedah:

  • Memahami hubungan antar unsur kalimat
  • Menentukan posisi i‘rāb yang benar

A. Definisi

  • ‘Āmil adalah kata yang menyebabkan perubahan i‘rāb pada kata lain.
  • Ma‘mūl adalah kata yang dikenai pengaruh ‘āmil, mengalami perubahan i‘rāb.

B. Macam-macam ‘Āmil

  • Huruf jar (حروف الجر): seperti مِنْ، عَلَى، فِي
  • Huruf nasb (حروف النصب): seperti أنْ، لنْ، كيْ
  • Huruf jazm (حروف الجزم): seperti لمْ، لما، لا الناهية
  • Kata kerja (الفعل): yang mengharuskan objek naṣb
  • Kata sifat (الصِّفَة): yang mengharuskan i‘rāb tertentu

15. Isim Majrūr (الاسم المجرور)

A. Definisi:

Isim Majrūr adalah isim yang i‘rābnya dalam keadaan jar (ditandai dengan kasrah atau tanda majrūr lainnya).


B. Penyebab Isim Majrūr:

  1. Huruf Jar (حروف الجر):
    Huruf-huruf yang menyebabkan lafaz setelahnya menjadi majrūr. Contoh:

    • مِنْ (dari)
    • إِلَى (ke)
    • عَلَى (di atas)
    • فِي (di dalam)
    • عَنْ (tentang)
    • بِـ (dengan)
    • كَـ (seperti)
    • لِـ (untuk)
    • رُبَّ (banyak)
  2. Idāfah (الإضافة):
    Hubungan penghubung antara dua isim, di mana isim kedua (mudāf ilayh) menjadi majrūr.

    Contoh:

    • كِتَابُ الطَّالِبِ (buku murid)
    • aṭ-ṭālibi menjadi majrūr karena mudāf ilayh.
  3. Na‘at Majrūr:
    Sifat yang mengikuti keadaan majrūr dari isim yang diterangkannya.

    Contoh:

    • كِتَابُ الطَّالِبِ الْجَدِيدِ (buku murid baru)
    • al-jadīdi juga majrūr mengikuti aṭ-ṭālibi.

C. Tanda-tanda Isim Majrūr:

  • Kasrah (ِ) tunggal untuk bentuk tunggal
  • Kasrah tanwīn (ٍ) untuk mufrad nakirah
  • Kasrah pada huruf terakhir untuk jamak dan lainnya
  • Terkadang menggunakan huruf madhi atau baris harakat khusus pada kasus tertentu.

D. Faedah:

  • Membantu mengenal hubungan kalimat dan susunan gramatikal
  • Menentukan arti yang tepat dan makna hubungannya

A. Dengan Huruf Jar (حروف الجر)

  • Isim yang mengikuti huruf jar selalu majrūr (berharakat kasrah atau tanda lain seperti fathah di keadaan tertentu).

B. Dengan Idāfah (الإضافة)

  • Dalam konstruksi idāfah, isim kedua (mudhāf ilayh) berposisi majrūr.


16. I‘rāb Taqdīrī dan Maḥallī (الإعراب التقديري والمحلي)

A. Definisi:

  • I‘rāb Taqdīrī (الإعراب التقديري):
    I‘rāb yang diperkirakan atau disembunyikan dalam bentuk yang tidak nyata, tetapi dipahami dari konteks kalimat.

  • I‘rāb Maḥallī (الإعراب المحلي):
    I‘rāb yang ditempatkan atau dipengaruhi oleh suatu unsur dalam kalimat tanpa perubahan bentuk asli kata.


B. Penjelasan dan Contoh:

  1. I‘rāb Taqdīrī:
    Terjadi ketika lafaz tertentu dihilangkan secara dhahir (dalam penulisan atau pengucapan), tapi i‘rābnya tetap diperkirakan dari makna.

    Contoh:
    في البيتِ (والكتابُ)
    (Dan buku itu) di dalam rumah. Lafaz al-kitābu dihilangkan tapi i‘rābnya tetap dirasakan sebagai maf‘ūl bih atau subjek.

  2. I‘rāb Maḥallī:
    Sering muncul pada kata-kata mabnī yang secara bentuk tetap, tapi i‘rābnya ditempatkan secara lokal berdasarkan posisinya dalam kalimat.

    Contoh:
    لم يذهبْ زيدٌ
    Zaid dalam posisi rafa‘ meskipun ada kata lam yang membuat fi‘il majzūm.


C. Faedah:

  • Memahami struktur kalimat yang lebih kompleks
  • Membantu membaca dan memahami teks bahasa Arab dengan benar
  • Menjelaskan keadaan kata-kata yang tidak berubah bentuk tetapi memiliki fungsi gramatikal

A. I‘rāb Taqdīrī (Diperkirakan)

  • I‘rāb yang tidak tampak secara lahiriah tapi harus diperkirakan.
  • Biasanya terjadi pada kata-kata mabnī (tetap) seperti fi‘il madhi, fi‘il amr, dan fi‘il muḍāri‘ mabnī.
  • Contoh:
    • لم يذهبْ (fi‘il muḍāri‘ mabnī dengan sukun) i‘rābnya diperkirakan jazm.

B. I‘rāb Maḥallī (Ditempatkan)

  • I‘rāb yang ditempatkan pada kata lain karena kata yang sebenarnya tidak bisa menunjukkan i‘rābnya.
  • Contoh:
    • Dalam kalimat pasif, fa‘il diganti dengan nā’ib al-fā‘il, sehingga i‘rāb fa‘il ditempatkan pada nā’ib al-fā‘il.

Contoh analisis i‘rāb sederhana berdasarkan pembagian yang sudah dibahas:


1. I‘rāb Taqdīrī (Perkiraan)

Kalimat:
دخلَ محمدٌ إلى البيتِ
Dakhala Muhammadun ilā al-bayti
(Muhammad masuk ke rumah)

  • Muhammadun: rafa‘ karena menjadi fa‘il (pelaku), tanda tanwin dhammah (ٌ)
  • ilā al-bayti: majrūr karena ilā adalah huruf jar, tanda kasrah (ِ) pada al-bayti
  • (taqdīr): dalam kalimat ini bisa diasumsikan ada kata tersembunyi seperti دخل dengan i‘rāb yang lengkap walau bentuknya tetap.

2. I‘rāb Maḥallī (Penempatan lokal)

Kalimat:
لم يذهبْ زيدٌ
Lam yadhhab Zaidun
(Lam: tidak; yadhhab: pergi; Zaid: subjek)

  • Lam: huruf jazm yang membuat fi‘il yadhhab menjadi majzūm (berhenti)
  • yadhhabْ: fi‘il majzūm, tanda sukun pada huruf terakhir
  • Zaidun: rafa‘ sebagai subjek (mubtada’ setelah lam dan fi‘il) meskipun posisinya berbeda dari kalimat biasa

3. I‘rāb Mu‘rab dan Mabnī

Kalimat:
الولدُ يلعبُ في الحديقةِ
Al-waladu yal‘abu fī al-ḥadīqati
(Anak laki-laki bermain di taman)

  • Al-waladu: rafa‘, karena mubtada’, tanda dhammah (ُ)
  • yal‘abu: muḍāri‘ mu‘rab, rafa‘ karena subjeknya al-walad
  • fī al-ḥadīqati: majrūr, karena huruf jar

4. I‘rāb Isim Majrūr karena Idāfah

Kalimat:
كتابُ الطالبِ جديدٌ
Kitābu aṭ-ṭālibi jadīdun
(Buku murid itu baru)

  • Kitābu: mubtada’ rafa‘, tanda dhammah (ُ)
  • aṭ-ṭālibi: mudāf ilayh, majrūr karena idāfah, tanda kasrah (ِ)
  • jadīdun: khabar, rafa‘, tanda dhammah (ُ)


17. Tanda-tanda Isim (العلامات الإسمية)

1. Tanda Khusus pada Akhir Kata

  • Dhammah (ضمة)
    Tanda rafa‘ utama pada isim. Contoh:

    • رَجُلٌ (rajulun) – laki-laki (rafa‘ dengan tanwīn dhammah)
    • رَجُلُ (rajulu) – laki-laki (rafa‘ tunggal dengan dhammah)
  • Fathah (فتحة)
    Tanda nasb (naṣb) pada isim. Contoh:

    • رَجُلًا (rajulan) – laki-laki (naṣb dengan tanwīn fathah)
    • رَجُلَ (rajula) – laki-laki (naṣb tunggal dengan fathah)
  • Kasrah (كسرة)
    Tanda jar (jarr) pada isim. Contoh:

    • رَجُلٍ (rajulin) – laki-laki (jar dengan tanwīn kasrah)
    • رَجُلِ (rajuli) – laki-laki (jar tunggal dengan kasrah)

2. Tanda Tanwīn (تنوين)

Isim nakirah biasanya memakai tanwīn, yaitu tanda tambahan di akhir huruf terakhir, yang terdiri dari:

  • Tanwīn Dhammah (ـٌ)
    Menandakan isim rafa‘ (subjek).
    Contoh: كِتَابٌ (kitābun) — sebuah buku (subjek)

  • Tanwīn Fathah (ـً)
    Menandakan isim naṣb (objek langsung atau keterangan).
    Contoh: كِتَابًا (kitāban) — sebuah buku (objek)

  • Tanwīn Kasrah (ـٍ)
    Menandakan isim jar (setelah huruf jar).
    Contoh: كِتَابٍ (kitābin) — sebuah buku (majrūr)


3. Ciri-ciri Morfologis

  • Bisa mendapat alif dan nun (الميم والنون)

    • Contohnya:
      • بِنتٌ (bintun) – anak perempuan (tanwīn dhammah)
      • بِنتًا (bintan) – anak perempuan (tanwīn fathah)
  • Bisa ditambahkan dengan kata sifat (na‘at) yang mengikuti i‘rāb isim tersebut.


4. Makna yang Menandakan Isim

  • Nama orang, tempat, benda, sifat, atau konsep abstrak biasanya merupakan isim.
    Contoh:
    • مَدِينَةٌ (madīnatun) – kota
    • كِتَابٌ (kitābun) – buku
    • جَمِيلٌ (jamīlun) – indah (kata sifat, juga isim)

5. Tidak Bisa Dihubungkan dengan ‘Ain fi‘l (huruf kerja) secara langsung

  • Contoh:
    • كَتَبَ (kataba) – kata kerja
    • الرَّجُلُ (ar-rajulu) – isim

6. Tanda Lain:

  • Bisa berdiri sendiri sebagai kata (mufrad) dan membawa makna penuh.
  • Dapat didahului oleh huruf tertentu (misalnya huruf jar) yang mengubah i‘rābnya.

Tanda-tanda isim beserta contohnya dalam kalimat:


1. Tanda Rafa‘ pada Isim

  • Dhammah (ضمة), biasanya tanda rafa‘.
  • Contoh:
    • الرَّجُلُ ذَهَبَ
      Ar-rajulu dhahaba
      (Laki-laki itu pergi)
    • الرَّجُلُ di sini sebagai mubtada’ (subjek) dengan tanda dhammah.

2. Tanda Naṣb pada Isim

  • Fathah (فتحة) atau tanwīn fathah (ـً), tanda naṣb.
  • Contoh:
    • رَأَيْتُ الرَّجُلَ
      Ra’aytu ar-rajala
      (Aku melihat laki-laki itu)
    • الرَّجُلَ sebagai maf‘ūl bih (objek), tanda naṣb dengan fathah.

3. Tanda Jar pada Isim

  • Kasrah (كسرة) atau tanwīn kasrah (ـٍ), tanda jar.
  • Contoh:
    • ذَهَبْتُ إِلَى الرَّجُلِ
      Dhahabtu ilā ar-rajuli
      (Aku pergi ke laki-laki itu)
    • الرَّجُلِ majrūr karena huruf jar ilā.

4. Tanwīn pada Isim Nakirah

  • Tanda tanwīn membedakan isim nakirah dari ma‘rifah (yang diawali al-).
  • Contoh:
    • كِتَابٌ جَدِيدٌ
      Kitābun jadīdun
      (Sebuah buku baru) — tanwīn dhammah untuk rafa‘
    • كِتَابًا جَدِيدًا
      Kitāban jadīdan
      (Sebuah buku baru) — tanwīn fathah untuk naṣb
    • كِتَابٍ جَدِيدٍ
      Kitābin jadīdin
      (Sebuah buku baru) — tanwīn kasrah untuk jar

5. Ciri Lain Isim

  • Bisa menjadi mudhaf atau mudhaf ilayh (dalam idāfah) dengan tanda i‘rāb yang sesuai.
  • Contoh:
    • كِتَابُ الْمُعَلِّمِ
      Kitābu al-mu‘allimi
      (Buku guru) — al-mu‘allimi majrūr dengan kasrah karena mudhaf ilayh.

Contoh-contoh i‘rāb isim dalam berbagai posisi dan konteks yang lebih kompleks, lengkap dengan penjelasan tanda i‘rābnya:


1. Mubtada’ dan Khabar (Rafa‘ - Dhammah)

  • الرَّجُلُ طَوِيلٌ
    Ar-rajulu ṭawīlun
    (Laki-laki itu tinggi)
    • الرَّجُلُ = mubtada’, tanda rafa‘ dhammah
    • طَوِيلٌ = khabar, tanda rafa‘ dhammah

2. Maf‘ūl Bih (Naṣb - Fathah)

  • قَرَأْتُ الكِتَابَ
    Qara’tu al-kitāba
    (Aku membaca buku itu)
    • الكِتَابَ = maf‘ūl bih, tanda naṣb fathah

3. Majrūr karena Huruf Jar

  • ذَهَبْتُ إِلَى المَدِينَةِ
    Dhahabtu ilā al-madīnati
    (Aku pergi ke kota itu)
    • المَدِينَةِ = majrūr karena huruf jar ilā, tanda kasrah

4. Isim dalam Idāfah (Majrūr)

  • كِتَابُ الطَّالِبِ جَدِيدٌ
    Kitābu ṭ-ṭālibi jadīdun
    (Buku siswa itu baru)
    • كِتَابُ = mubtada’, rafa‘ dhammah
    • الطَّالِبِ = mudhāf ilayh, majrūr kasrah
    • جَدِيدٌ = khabar, rafa‘ dhammah

5. Isim yang Jadi Nā‘at (Sifat) - I‘rāb Menyesuaikan dengan Isim

  • رَجُلٌ كَبِيرٌ
    Rajulun kabīrun
    (Seorang laki-laki besar)

    • رَجُلٌ = mufrad, rafa‘ dhammah
    • كَبِيرٌ = nā‘at, mengikuti rafa‘ dhammah
  • رَأَيْتُ رَجُلاً كَبِيرًا
    Ra’aytu rajulan kabīran
    (Aku melihat seorang laki-laki besar)

    • رَجُلاً = maf‘ūl bih, naṣb fathah
    • كَبِيرًا = nā‘at, mengikuti naṣb fathah

6. Isim dalam Jumlah Ismiyyah (Kalimat Nominal)

  • القَمَرُ مُنِيرٌ وَجَمِيلٌ
    Al-qamaru munīrun wa jamīlun
    (Bulan itu bersinar dan indah)
    • القَمَرُ = mubtada’, rafa‘ dhammah
    • مُنِيرٌ وَجَمِيلٌ = khabar jamak, rafa‘ dhammah

Struktur kalimat Arab dua jenis utama: Jumlah Ismiyyah (kalimat nominal) dan Jumlah Fi‘liyyah (kalimat verbal), lengkap dengan contoh dan ciri khasnya.


A. Jumlah Ismiyyah (الجملة الإسمية)

Kalimat yang diawali dengan isim (kata benda atau kata ganti).

Struktur Utama:

  • Mubtada’ (المبتدأ) = subjek, biasanya berupa isim atau kata ganti, rafa‘ (berdhammah).
  • Khabar (الخبر) = predikat, bisa berupa isim, fi‘il, atau jumlah fi‘liyyah, juga ber-raf‘.

Contoh:

  • الرَّجُلُ طَيِّبٌ
    Ar-rajulu ṭayyibun
    (Laki-laki itu baik)
    • الرَّجُلُ = mubtada’ (subjek)
    • طَيِّبٌ = khabar (predikat)
  • الطَّالِبُ يَدْرُسُ
    Aṭ-ṭālibu yadrusu
    (Siswa itu belajar)
    • الطَّالِبُ = mubtada’
    • يَدْرُسُ = khabar berupa jumlah fi‘liyyah (kalimat verbal)

B. Jumlah Fi‘liyyah (الجملة الفعلية)

Kalimat yang diawali dengan fi‘il (kata kerja).

Struktur Utama:

  • Fi‘il (الفعل) = kata kerja (māḍī, muḍāri‘, amr)
  • Fa‘il (الفاعل) = pelaku/subjek yang melakukan tindakan, biasanya isim atau dhamir, rafa‘ (berdhammah)
  • Maf‘ūl bih (المفعول به) = objek, jika ada, naṣb (berfatḥah)

Contoh:

  • كَتَبَ الرَّجُلُ الرِّسَالَةَ
    Kataba ar-rajulu ar-risālata
    (Laki-laki itu menulis surat)

    • كَتَبَ = fi‘il māḍī (kata kerja lampau)
    • الرَّجُلُ = fa‘il, rafa‘ (subjek)
    • الرِّسَالَةَ = maf‘ūl bih, naṣb (objek)
  • يَكْتُبُ الطَّالِبُ الدَّرْسَ
    Yaktubu aṭ-ṭālibu ad-darsa
    (Siswa itu menulis pelajaran)

    • يَكْتُبُ = fi‘il muḍāri‘ (kata kerja sekarang)
    • الطَّالِبُ = fa‘il
    • الدَّرْسَ = maf‘ūl bih

Catatan:

  • Jumlah ismiyyah biasanya untuk menyatakan fakta, keadaan, atau definisi.
  • Jumlah fi‘liyyah untuk menyatakan tindakan atau kejadian.
  • Keduanya bisa saling bergantian untuk membentuk kalimat yang lengkap dan bermakna.


Penutup Kitab Mulḥatul I‘rāb

(نهاية الكتاب - نصيحة ودعاء من الناظم)


نص النظم:

الحمدُ للهِ الّذي هدانا * إلى طريقِ الفهمِ ونجّانا
ثمّ صلّ اللهمّ على النبيّ * خيرِ البريّةِ وسيدِ العربيّ

وبعدُ فاقبلْ نصيحتي يا طالبا * للعلمِ وازهدْ في الحياةِ العابثةِ
واجعلْ كتابَ اللهِ خيرَ مُرشدٍ * وسنةَ الهادي طريقَك الأمثلِ

وكنْ على دربِ السلفِ الصالحينْ * تمشي بثوبِ التواضعِ المكينْ
لا تغتررْ بكثرةِ الأصحابِ * إنّ الصديقَ الصدقَ في المصابِ

واحرصْ على تقوى الإلهِ دائمًا * فبها تحلو الحياةُ والختامُ
هذا ختامُ النظمِ يا إخواننا * نرجو بهِ رضوانَ ربِّنا معنا


Terjemahan:

Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada kita menuju jalan pemahaman dan menyelamatkan kita.
Kemudian, limpahkanlah shalawat, ya Allah, kepada Nabi—sebaik-baik makhluk dan pemimpin orang Arab.

Adapun setelah itu, terimalah nasihatku wahai pencari ilmu,
tinggalkanlah kehidupan yang sia-sia,
jadikanlah kitab Allah sebagai pembimbing terbaikmu,
dan Sunnah sang penunjuk jalan sebagai jalan paling utama.

Berjalanlah di atas jalan para salafusshalih,
dengan pakaian ketawadhuan yang kokoh.
Janganlah engkau tertipu oleh banyaknya teman,
karena sahabat sejati adalah yang setia dalam kesulitan.

Jagalah selalu ketakwaan kepada Allah,
dengan itu kehidupan menjadi indah, begitu pula akhir hayat.
Inilah penutup nazhamku, wahai saudara-saudaraku,
dengan harapan mendapat ridha Tuhan kita bersama.



KETERANGAN:

SUSUNAN PENJELASAN DALAM BLOG INI TAK PERSIS DENGAN SUSUNAN KITAB ASLINYA ATAU BUKAN TERJAMAHANNYA.

0 komentar:

Posting Komentar