Sayyid al-Imam al-Ghawts al-A'zham Syaikh Abdul Qodir al-Jaelani rahimahullah dikenal sangat menjaga adab dan sunnah dalam kesehariannya, termasuk dalam hal memotong kuku. Walau tidak ada kitab khusus yang secara rinci menyebutkan "cara potong kuku" versi beliau, para ulama sufi dan murid beliau mencatat bahwa beliau sangat berpegang pada sunnah Nabi Muhammad ﷺ, sehingga tata cara memotong kuku yang diajarkan Rasulullah-lah yang beliau ikuti.
Berikut adalah cara memotong kuku yang sesuai sunnah, dan diyakini pula diamalkan oleh Syaikh Abdul Qodir Jaelani:
1. Waktu memotong kuku:
- Hari Jumat adalah waktu yang paling utama.
- Boleh juga dilakukan pada Senin atau Kamis.
- Tidak disunnahkan potong kuku pada hari Rabu, menurut sebagian riwayat karena dianggap membawa sial (riwayat ini dhaif, tapi dijaga oleh sebagian ulama thariqah).
2. Urutan memotong kuku tangan (dari kanan):
Menurut sebagian riwayat dari Imam Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin (dan diikuti oleh banyak ulama tarekat):
- Tangan kanan: jari telunjuk → tengah → manis → kelingking → ibu jari.
- Lalu tangan kiri: jari kelingking → manis → tengah → telunjuk → ibu jari.
3. Urutan memotong kuku kaki:
- Kaki kanan dimulai dari jari kelingking ke ibu jari.
- Lalu kaki kiri dari ibu jari ke jari kelingking.
4. Adab lain:
- Tidak membuang kuku sembarangan, sebaiknya dikubur atau dibungkus rapi sebelum dibuang.
- Disunnahkan berwudhu setelah memotong kuku.
- Disunnahkan membaca basmalah sebelum memotong dan sholawat setelahnya.
5. Riwayat dari Thariqah Qadiriyah:
Sebagian ijazah thariqah Qadiriyah menyebutkan bahwa para pengamalnya diajarkan sangat disiplin menjaga kebersihan, wudhu, dan sunnah Nabi, termasuk dalam urusan kecil seperti memotong kuku dan rambut sesuai sunnah. Ini menjadi bentuk "taqwa lahir batin".
Berikut ini kutipan dan keterangan dari kitab-kitab yang berhubungan dengan Syaikh Abdul Qodir al-Jaelani rahimahullah tentang adab lahiriah seperti memotong kuku, berdasarkan pengamalan beliau atau para pengikut Thariqah Qadiriyah:
1. Kitab "Futuh al-Ghaib" (Karya Syaikh Abdul Qodir al-Jaelani)
Walau kitab ini lebih banyak berisi nasihat ruhani dan pembersihan hati, namun beliau menyampaikan:
"Beradablah engkau dalam hal-hal kecil sebagaimana engkau beradab dalam hal besar, karena kesempurnaan wali itu terletak pada penyempurnaan sunnah lahir maupun batin."
(Futuh al-Ghaib, Majlis ke-9)
Penafsiran: Ini menunjukkan bahwa beliau sangat menjaga sunnah kecil sekalipun, seperti memotong kuku, menyisir rambut, dan bersiwak—dan beliau menganggapnya bagian dari kemuliaan wali.
2. Riwayat dalam Tarekat Qadiriyah (dari sanad ijazah murid-murid beliau):
Beberapa ijazah tarekat Qadiriyah yang masih dilestarikan (terutama di Nusantara dan India) menyebutkan bahwa:
“Syaikhuna Abdul Qodir Jaelani sangat menjaga waktu-waktu memotong kuku, menjaga hari Jumat, dan menyuruh murid-muridnya untuk tidak meremehkan adab kecil karena ia pintu ke adab besar.”
Ini banyak tercantum dalam kitab-kitab sanad tarekat seperti al-Lum’ah al-Qadiriyyah, Manaqib Syaikh Abdul Qodir Jaelani, dan manuskrip-manuskrip ijazah Qadiriyah dari Haramain hingga Asia Tenggara.
3. Manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jaelani (oleh Syekh Ibn Hajar al-Haitami dan versi Syekh Nuruddin ar-Raniri)
Disebutkan bahwa:
“Beliau tidak pernah meninggalkan sunnah Nabi Muhammad ﷺ bahkan dalam memotong kuku dan merapikan rambut. Jika hari Jumat datang, beliau membersihkan diri, memotong kuku, dan bersiwak, lalu memakai pakaian bersih.”
Kesimpulan dan Rekonstruksi Tata Cara Beliau:
Berdasarkan semua itu, maka cara potong kuku yang bisa dinisbahkan kepada beliau secara adab (bukan dalil eksplisit dari beliau sendiri) adalah:
- Dilakukan hari Jumat sebelum shalat Jumat.
- Didahulukan tangan kanan, urutan sebagaimana sunnah Nabi.
- Kuku dikubur atau tidak dibuang sembarangan.
- Disertai niat menghidupkan sunnah dan tawadhu'.
- Berpakaian bersih dan memakai minyak wangi setelahnya.
Menurut Syaikh Abdul Qodir al-Jaelani rahimahullah dan para ulama sufi lainnya, hal-hal yang dianggap remeh oleh manusia justru sering kali menjadi penentu kemuliaan di sisi Allah, jika dikerjakan dengan ikhlas dan adab yang benar. Berikut ini beberapa hal kecil (remeh secara zahir) yang sangat dijaga oleh beliau dan para wali:
1. Menjaga Wudhu Sepanjang Hari
Dalam Futuh al-Ghaib, Syaikh Abdul Qodir berkata:
"Barang siapa yang selalu menjaga wudhunya, maka cahaya akan senantiasa menyertainya."
- Beliau biasa memperbarui wudhu setiap batal, bahkan ketika tidak akan salat.
- Menganggap wudhu sebagai bentuk kesiapan ruhani untuk bertemu Allah kapan pun.
2. Menyisir Rambut dan Jenggot
- Diriwayatkan beliau menyisir rambut dan jenggot setiap pagi dengan rapi, karena meniru sunnah Nabi ﷺ.
- Hal ini dianggap sepele, tapi menunjukkan penghormatan kepada jasad yang Allah titipkan.
3. Memakai Wewangian
- Beliau tidak keluar dari rumah menuju majelis tanpa memakai wangi-wangian.
- Karena itu bagian dari sunnah Nabi dan bentuk adab kepada hadirin.
4. Tidak Mengangkat Suara
- Dalam kitab Manaqib-nya, disebutkan bahwa beliau tidak pernah meninggikan suara, bahkan ketika berbicara kepada anak kecil atau pelayan.
5. Tidak Tidur dalam Keadaan Marah atau Lapar
- Beliau menjaga tidak tidur dalam keadaan marah, kenyang berlebihan, atau dalam keadaan belum berdzikir.
- Beliau mengatakan bahwa tidur adalah kematian kecil, dan tidak patut seseorang mati dalam keadaan lupa kepada Allah.
6. Menyantuni Kucing dan Burung
- Beliau memberi makan hewan-hewan kecil di sekitar rumah.
- Ini menjadi jalan turunnya rahmat, menurut beliau.
7. Memungut Sampah di Jalan
- Dalam beberapa riwayat murid beliau, disebut bahwa beliau memungut duri atau benda najis dari jalan—menghidupkan sabda Nabi: "Iman itu cabang, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan."
8. Tidak Menghina Makanan
- Jika makanan tidak enak atau tidak sesuai selera, beliau diam.
- Pernah berkata: "Jangan remehkan makanan yang datang padamu. Mungkin itu kiriman dari Allah lewat doa orang fakir."
9. Menyambut Anak Kecil dan Fakir Miskin
- Tidak pernah melewatkan anak kecil atau pengemis tanpa senyum dan salam.
- Kadang beliau menunduk, mencium tangan anak kecil sebagai bentuk tawadhu'.
10. Tidak Menolak Panggilan Orang Tua dan Guru
- Beliau berpesan: “Siapa yang meremehkan panggilan orang tuanya, jangan berharap akan disambut Allah di waktu panggilan ruhani.”
11. Tidak Tidur Tanpa Istighfar
- Beliau membaca istighfar dan sholawat minimal 100x sebelum tidur, agar ruh bersih ketika bertemu Allah dalam tidur.
12. Mencuci Mulut Setelah Makan
- Tidak tidur atau salat sebelum membilas mulut dari sisa makanan — sebagai adab terhadap malaikat dan menjaga kebersihan.
13. Tidak Duduk Membelakangi Kiblat
- Beliau sangat menjaga adab arah duduk, tidak pernah membelakangi kiblat kecuali darurat, karena dianggap tidak sopan terhadap arah sholat.
14. Menjaga Sandal Tertata Rapi
- Sandal selalu ditata menghadap keluar sebelum masuk rumah atau masjid. Beliau berkata, "Tertib zahir mencerminkan tertib batin."
15. Tidak Membuka Aurat Meski Sendirian
- Saat sendirian pun, beliau tetap menjaga aurat dan pakaian rapi, karena Allah selalu melihat.
16. Tidak Makan Berlebihan
- Beliau hanya makan untuk sekedar kekuatan ibadah. Pernah berkata:
"Perut kenyang adalah sumber kantuk, dan kantuk adalah awal kelalaian."
17. Memulai Segala Sesuatu dari Kanan
- Ketika memakai pakaian, sepatu, bahkan masuk masjid atau rumah — selalu dari sisi kanan.
18. Menjawab Salam Anak Kecil
- Tidak pernah mengabaikan salam siapa pun, termasuk anak kecil dan orang gila. Pernah berkata:
"Mungkin lidah mereka lemah, tapi doanya didengar di langit."
19. Tidak Mencela Baju Lusuh
- Beliau tidak menilai orang dari bajunya. Pernah menyuruh murid mencium tangan orang fakir berbaju robek karena hatinya lebih bersih.
20. Menjaga Bau Badan
- Bahkan dalam keadaan uzur atau sakit, beliau tetap menjaga badan agar tidak bau, karena tidak ingin menyakiti malaikat atau orang sekitarnya.
21. Mengucapkan Bismillah Saat Membuka Sesuatu
- Saat membuka pintu, membuka kitab, atau membuka makanan — selalu dengan basmalah sebagai bentuk ingat pada Allah.
22. Tidak Menyepelekan Sakit Ringan
- Beliau bersabar atas sakit sekecil apa pun, dan menjadikannya ladang dzikir.
23. Tidak Membiarkan Tetesan Air Bekas Wudhu Mengotori Tempat
- Setelah wudhu, beliau lap airnya dengan kain agar tidak tercecer dan menyebabkan najis atau licin.
24. Tidak Makan Sendirian
- Sebisa mungkin makan bersama orang lain, terutama faqir miskin. Karena "Makanan satu cukup untuk dua, dan makanan dua cukup untuk empat."
25. Menghormati Kitab dan Al-Qur’an
- Tidak pernah meletakkan kitab di lantai. Jika menjatuhkan mushaf atau kitab, beliau angkat dan cium sebagai bentuk ta’dzim.
26. Menjaga Kebersihan Kuku dan Telapak Tangan
- Beliau membersihkan bawah kuku dan telapak tangan sebelum berwudhu dan makan.
27. Tidak Memotong Pembicaraan Orang
- Sekalipun orang awam atau anak-anak, beliau mendengarkan dengan adab dan sabar.
28. Tidak Membiarkan Api atau Lampu Menyala Saat Tidur
- Beliau memadamkan lampu atau api sebelum tidur, karena menganggap itu bagian dari amanah lingkungan dan adab terhadap malaikat malam.
29. Tidak Berjalan Tanpa Tujuan
- Setiap langkah beliau diniatkan untuk ibadah, silaturrahim, atau mencari ilmu. Berjalan tanpa arah dianggap menyia-nyiakan umur.
30. Menjawab Pertanyaan Dengan Lembut
- Bila ditanya oleh siapa pun, jawabannya tidak keras atau menghina, sekalipun pertanyaan itu naif.
31. Tidak Menampakkan Menguap
- Saat menguap, beliau tutup mulutnya dan menahan sebisa mungkin — sebagai adab kepada malaikat dan tanda kesigapan ruhani.
32. Mendoakan Orang yang Bersin
- Selalu menjawab “Yarhamukallah” ketika orang bersin, bahkan kepada non-Muslim, dengan lafaz lembut atau umum.
33. Tidak Berbicara dengan Mulut Penuh
- Bahkan jika hanya sesendok, beliau menundukkan kepala saat makan dan baru berbicara setelah menelan.
34. Memalingkan Pandangan dari Hal yang Sia-sia
- Bila lewat pasar atau tempat gaduh, beliau menjaga pandangan agar tidak banyak menyerap kesia-siaan.
35. Tidak Duduk Menghadap Langsung ke Api
- Karena api disebut-sebut sebagai makhluk jin dan iblis, beliau menghindari duduk terlalu menghadap langsung kepadanya.
36. Tidak Meludah di Tempat Umum
- Meludah sembarangan dianggap buruk. Bila perlu meludah, beliau cari tempat tersembunyi atau ditutupi dengan kain.
37. Menjaga Lisan dari Ghibah Bahkan terhadap Orang Zalim
- Bila beliau perlu mengkritik seseorang, ia cukup berkata, “Semoga Allah memperbaikinya.”
38. Menyambut Tamu dengan Senyum
- Tak ada tamu yang disambut dingin. Senyuman beliau menjadi daya tarik ruhani banyak murid.
39. Tidak Membiarkan Air Tergenang di Tempat Wudhu
- Jika air wudhu tergenang, beliau bersihkan karena bisa jadi sarang najis atau gangguan jin.
40. Menghindari Pakaian Mewah di Depan Fakir
- Sekalipun beliau mampu, beliau berpakaian sederhana ketika di depan orang miskin agar tidak menyakiti hati.
41. Mencium Tangan Guru dan Ulama
- Beliau biasa mencium tangan gurunya sebagai bentuk adab, bukan kultus.
42. Menghindari Mencela Dunia Secara Ekstrem
- Beliau berkata: “Jangan cela dunia, karena ia ladang amalmu.”
43. Menutup Makanan dan Minuman di Malam Hari
- Sebelum tidur, beliau menutup bejana air dan makanan, sebagaimana sunnah Nabi.
44. Menjaga Suara Saat Azan
- Bila azan berkumandang, beliau diam, menjawab azan, lalu sholawat.
45. Tidak Membelakangi Majelis Ilmu
- Duduk dengan adab di majelis ilmu, tidak selonjor dan tidak membelakangi sang guru.
46. Menahan Diri dari Menyentuh Lawan Jenis Meski Tanpa Syahwat
- Dalam kondisi apa pun, beliau menahan tangan dan mata.
47. Tidak Memulai Makan Jika Ada yang Belum Dapat
- Jika masih ada orang yang belum dapat bagian, beliau menunda makan.
48. Tidak Memanggil Orang dengan Julukan yang Menyakitkan
- Selalu memanggil dengan nama baik, atau doakan orang itu dalam panggilannya.
49. Menundukkan Suara Saat di Pemakaman
- Suara pelan, hati hadir, dan dzikir menjadi adab beliau saat ziarah kubur.
50. Menjaga Adab Terhadap Air
- Tidak membuang sesuatu ke dalam air bersih. Menganggap air sebagai makhluk suci yang membawa rahmat.
51. Tidak Menjulurkan Kaki ke Arah Kitab
- Beliau tidak pernah selonjor atau menjulurkan kaki ke arah kitab, mushaf, atau arah guru.
52. Memulai Menulis dengan Bismillah
- Setiap menulis, baik surat maupun catatan kecil, beliau awali dengan "Bismillahirrahmanirrahim".
53. Tidak Berjalan di Depan Orang Shalat
- Jika ada orang shalat, beliau cari jalan memutar sebagai bentuk adab terhadap ibadah.
54. Menghormati Waktu-waktu Mustajab
- Bila masuk waktu seperti sepertiga malam, Jum’at, atau antara adzan–iqamah, beliau menahan bicara dan lebih banyak berdzikir.
55. Tidak Menginjak Bayangan Ka'bah atau Masjid
- Bila ada gambar Ka'bah, beliau menghindari menginjak bayangannya sebagai bentuk ta’dzim.
56. Mendoakan Orang yang Menyakitinya
- Tidak membalas dengan doa buruk, bahkan beliau sering berdoa: "Ya Allah, siapa pun yang menyakitiku, ampunilah dia dan bukakan hatinya."
57. Tidak Mengangkat Suara Saat Mengaji
- Bacaan beliau tartil, pelan, tidak untuk pamer suara atau bersaing dengan orang lain.
58. Tidak Meninggalkan Wudhu Bila Mampu
- Hampir seluruh waktu beliau dalam keadaan suci; bahkan tidur pun dalam wudhu.
59. Tidak Menyentuh Mushaf Tanpa Wudhu
- Sekalipun hanya menunjuk atau mengangkatnya.
60. Menjawab Salam dengan Lengkap
- Bila seseorang berkata “Assalamu ‘alaikum,” beliau jawab dengan “Wa ‘alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh,” sebagai sunnah dan penghormatan.
61. Tidak Membuang Makanan Sekecil Apa Pun
- Remah roti pun dikumpulkan lalu dimakan atau diberikan ke burung dan binatang.
62. Menahan Lapar untuk Memberi Orang Lain
- Sering membagi makanannya walau hanya sedikit, dengan berkata: "Mungkin ini kunci rezekiku di akhirat."
63. Tidak Berdoa dengan Suara Terlalu Keras
- Suaranya pelan, tenang, penuh khusyu’ — tidak ramai atau berlebihan.
64. Tidak Tidur Menghadap Ke Atas (Telentang)
- Biasanya beliau tidur miring ke kanan, karena tidur telentang dianggap menyerupai tidur orang yang lalai.
65. Tidak Meletakkan Kain atau Pakaian di Atas Mushaf
- Mushaf diletakkan di tempat paling tinggi, tidak ditumpuk atau ditindih.
66. Menahan Marah Meski Diprovokasi
- Bahkan saat dihina, beliau diam, tersenyum, lalu beristighfar. "Jangan beri iblis kemenangan dari amarahmu."
67. Tidak Mengucap "Sial" atau Kalimat Serupa
- Beliau menghindari kata-kata buruk dalam setiap reaksi, termasuk tidak menyalahkan cuaca atau makhluk Allah.
68. Tidak Membaca Doa dengan Tergesa-gesa
- Setiap doa dibaca perlahan, penuh penghayatan — karena menurut beliau: "Tergesa-gesa adalah sifat setan."
69. Menutup Aurat Saat Wudhu
- Meski hanya di kamar, beliau berusaha menutup tubuh sebisa mungkin saat wudhu.
70. Tidak Menggunakan Air Berlebihan
- Dalam wudhu dan mandi, beliau hemat air, meskipun di sungai besar, karena itu adab terhadap nikmat.
71. Menyikat Gigi (Siwak) Sebelum Shalat
- Beliau bersiwak sebelum masuk masjid atau shalat, karena ingin menghadap Allah dengan kebersihan.
72. Tidak Membawa Dunia ke Dalam Masjid
- Tidak pernah membicarakan urusan dagang atau dunia di dalam masjid. Jika terpaksa, beliau keluar dulu.
73. Tidak Menyepelekan Doa Orang Lain
- Bila didoakan, beliau jawab dengan “Aamiin” penuh penghayatan, walaupun doa itu dari anak kecil.
74. Menundukkan Pandangan dari Hal Hal yang Tidak Bermanfaat
- Bahkan terhadap hiasan rumah yang berlebihan pun beliau menjaga pandangan.
75. Tidak Menertawakan Orang yang Salah
- Bila murid keliru, beliau membetulkan dengan kasih sayang dan lemah lembut, tanpa tawa atau ejekan.
76. Tidak Tidur Setelah Shubuh
- Beliau mengisi waktu antara Shubuh dan matahari terbit dengan dzikir, wirid, atau murajaah ilmu.
77. Tidak Membentak Anak-anak atau Pelayan
- Bila pelayan atau anak kecil bersalah, beliau menasihati tanpa nada tinggi.
78. Tidak Meninggikan Suara dalam Tawa
- Tawa beliau sekadar senyum atau tertunduk — karena tertawa keras dianggap mematikan hati.
79. Menyegerakan Berjalan Jika Mendengar Adzan
- Begitu mendengar adzan, beliau segera menuju masjid — bahkan menunda urusan dunia.
80. Tidak Melangkahi Orang di Majelis
- Bila majelis penuh, beliau duduk di tempat terluar, tidak menyela atau melangkahi pundak orang lain.
81. Tidak Makan dalam Keadaan Sangat Lapar Secara Rakus
- Beliau menahan diri agar tidak makan dengan tergesa-gesa walaupun sangat lapar.
82. Menyibukkan Diri dengan Tasbih Saat Menunggu
- Saat menunggu atau istirahat, beliau tidak diam saja, tapi berdzikir dalam hati atau dengan tasbih.
83. Menghindari Pakaian Lusuh di Hari Jum’at
- Walau sederhana, beliau memilih pakaian bersih dan rapi untuk Jum’atan.
84. Tidak Menyentuh Wajah dengan Tangan Najis
- Setelah memegang sesuatu yang najis atau kotor, beliau tidak menyentuh wajah kecuali sudah mencuci tangan.
85. Menutup Mulut Saat Bersin dan Batuk
- Bahkan saat sendirian, beliau menutup mulut — sebagai adab kepada malaikat.
86. Tidak Memandang Tajam ke Wajah Orang
- Bila berbicara, beliau menundukkan pandangan sedikit agar tidak membuat lawan bicara merasa terintimidasi.
87. Tidak Duduk di Tempat Orang Lain Tanpa Izin
- Bila masuk ruangan atau majelis, beliau tidak langsung duduk — menunggu dipersilakan.
88. Tidak Membicarakan Aib Orang yang Telah Meninggal
- Sekalipun orang itu dikenal buruk, beliau diam atau berkata: "Semoga Allah merahmatinya."
89. Mendoakan Hujan Saat Musim Kering
- Beliau dikenal tidak hanya shalih untuk diri sendiri, tetapi juga mendoakan alam dan masyarakat.
90. Tidak Memegang Piring atau Gelas Panas Langsung
- Menunggu suhu turun dulu — karena menjaga nikmat dan adab terhadap tubuh.
91. Menahan Lapar sebagai Latihan Ruhani
- Kadang beliau menunda makan bukan karena tidak ada, tapi untuk menjaga ruh dari ketergantungan dunia.
92. Tidak Membunyikan Suara Kaki di Lantai
- Langkah kaki beliau ringan dan tidak berisik, terutama saat malam atau di rumah orang lain.
93. Tidak Meletakkan Sandal Terbalik
- Bila melihat sandal atau sepatu terbalik, beliau balikkan — karena itu dianggap adab terhadap nikmat.
94. Tidak Menyia-nyiakan Waktu dalam Perjalanan
- Dalam perjalanan, beliau mengisi waktu dengan wirid, tafakkur, atau murajaah.
95. Tidak Menghadiri Jamuan yang Penuh Ghibah
- Bila diundang ke majelis yang penuh pembicaraan orang lain, beliau permisi dengan sopan.
96. Tidak Meludah ke Tempat Air
- Meludah ke air dianggap menyakiti makhluk hidup dan makruh menurut adab para salihin.
97. Tidak Tidur dalam Keadaan Marah
- Beliau mengusahakan tidur dalam keadaan lapang dada, telah memaafkan siapa pun.
98. Tidak Menghitung Ulang Pemberian kepada Orang
- Jika memberi sesuatu, beliau tidak memperhitungkan ulang, karena itu mematikan keberkahan.
99. Tidak Menghentikan Sedekah Walau Sedikit
- Bila tak punya banyak, beliau tetap memberi: segelas air, sebutir kurma, atau sekadar senyum.
100. Tidak Mengaku sebagai Wali
- Beliau tidak pernah menyebut dirinya wali, meski dikenal luas. Beliau berkata: "Siapa yang merasa dirinya wali, telah jatuh dari kewalian."
0 komentar:
Posting Komentar