Dalam Kitab ar-Rūḥ karya Imam Ibnul Qayyim al-Jawziyyah, terdapat satu bab penting yang menjelaskan tentang kekeliruan orang-orang yang menyamakan ruh dengan akal. Berikut ini adalah ringkasan inti dan penjelasan dari bab tersebut:
📌 1. Kekeliruan Orang yang Menyamakan Ruh dengan Akal
🧠 Kesalahan Pokok: Mengira Ruh = Akal
Ibnul Qayyim mengkritik keras pandangan sebagian filsuf dan ahli kalam yang menyatakan bahwa ruh adalah akal, atau bahwa akal adalah ruh itu sendiri.
📖 Penjelasan Ibnul Qayyim: Ruh dan Akal Itu Berbeda
🧾 1. Ruh adalah Zat Halus yang Hidup
- Ruh adalah makhluk yang hidup, berdiri sendiri, dan bersemayam dalam tubuh manusia.
- Ruh memiliki kemampuan sadar, berpindah, mengalami nikmat dan siksa, serta tetap ada setelah kematian.
💡 2. Akal adalah Sifat dari Ruh
- Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa akal bukanlah zat yang berdiri sendiri.
- Akal adalah fungsi atau kemampuan dari ruh, seperti kemampuan untuk memahami, membandingkan, mengambil keputusan, dsb.
- Maka, akal tergantung kepada keberadaan ruh, tetapi ruh tidak tergantung kepada akal.
📚 Analogi Sederhana:
"Sebagaimana penglihatan adalah salah satu kemampuan mata, demikian pula akal adalah salah satu kemampuan ruh."
(Ibnul Qayyim, ar-Rūḥ)
❌ Kritik terhadap Filsuf dan Ahli Kalam:
- Sebagian filsuf (terutama dari tradisi Yunani dan para pengikut mereka dalam Islam seperti al-Farabi, Ibn Sina) menyamakan ruh dengan akal karena memandang manusia hanya dari aspek rasionalitas.
- Ibnul Qayyim menyebut ini sebagai kekeliruan logika dan berbahaya terhadap pemahaman tentang akhirat, sebab mereka kemudian menolak adanya siksa dan nikmat ruh.
📌 Perbedaan Akal dan Ruh Secara Ringkas
Aspek | Ruh | Akal |
---|---|---|
Hakikat | Makhluk, zat halus, hidup | Sifat atau kemampuan ruh |
Keberlangsungan | Tetap hidup setelah kematian | Hilang saat ruh berpisah dari tubuh |
Fungsi | Menghidupkan, merasakan, bergerak | Memahami, menganalisis, menyimpulkan |
Hubungan dengan tubuh | Masuk dan keluar tubuh | Aktif hanya selama ruh masih dalam tubuh |
Disiksa atau nikmat | Bisa merasakan siksa atau nikmat | Tidak, karena ia bukan zat |
✅ Kesimpulan Ibnul Qayyim:
"Ruh adalah zat yang hidup, sedangkan akal adalah sifatnya. Maka, menyamakan ruh dengan akal adalah seperti menyamakan zat dengan sifatnya — sesuatu yang keliru secara nalar dan syar’i."
0 komentar:
Posting Komentar