Rabu, 28 Mei 2025

BAB 29. Kekeliruan Orang yang Menyamakan Ruh dengan Akal



Dalam Kitab ar-Rūḥ karya Imam Ibnul Qayyim al-Jawziyyah, terdapat satu bab penting yang menjelaskan tentang kekeliruan orang-orang yang menyamakan ruh dengan akal. Berikut ini adalah ringkasan inti dan penjelasan dari bab tersebut:



📌 1. Kekeliruan Orang yang Menyamakan Ruh dengan Akal

🧠 Kesalahan Pokok: Mengira Ruh = Akal

Ibnul Qayyim mengkritik keras pandangan sebagian filsuf dan ahli kalam yang menyatakan bahwa ruh adalah akal, atau bahwa akal adalah ruh itu sendiri.


📖 Penjelasan Ibnul Qayyim: Ruh dan Akal Itu Berbeda

🧾 1. Ruh adalah Zat Halus yang Hidup

  • Ruh adalah makhluk yang hidup, berdiri sendiri, dan bersemayam dalam tubuh manusia.
  • Ruh memiliki kemampuan sadar, berpindah, mengalami nikmat dan siksa, serta tetap ada setelah kematian.

💡 2. Akal adalah Sifat dari Ruh

  • Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa akal bukanlah zat yang berdiri sendiri.
  • Akal adalah fungsi atau kemampuan dari ruh, seperti kemampuan untuk memahami, membandingkan, mengambil keputusan, dsb.
  • Maka, akal tergantung kepada keberadaan ruh, tetapi ruh tidak tergantung kepada akal.

📚 Analogi Sederhana:

"Sebagaimana penglihatan adalah salah satu kemampuan mata, demikian pula akal adalah salah satu kemampuan ruh."
(Ibnul Qayyim, ar-Rūḥ)


Kritik terhadap Filsuf dan Ahli Kalam:

  • Sebagian filsuf (terutama dari tradisi Yunani dan para pengikut mereka dalam Islam seperti al-Farabi, Ibn Sina) menyamakan ruh dengan akal karena memandang manusia hanya dari aspek rasionalitas.
  • Ibnul Qayyim menyebut ini sebagai kekeliruan logika dan berbahaya terhadap pemahaman tentang akhirat, sebab mereka kemudian menolak adanya siksa dan nikmat ruh.

📌 Perbedaan Akal dan Ruh Secara Ringkas

Aspek Ruh Akal
Hakikat Makhluk, zat halus, hidup Sifat atau kemampuan ruh
Keberlangsungan Tetap hidup setelah kematian Hilang saat ruh berpisah dari tubuh
Fungsi Menghidupkan, merasakan, bergerak Memahami, menganalisis, menyimpulkan
Hubungan dengan tubuh Masuk dan keluar tubuh Aktif hanya selama ruh masih dalam tubuh
Disiksa atau nikmat Bisa merasakan siksa atau nikmat Tidak, karena ia bukan zat

Kesimpulan Ibnul Qayyim:

"Ruh adalah zat yang hidup, sedangkan akal adalah sifatnya. Maka, menyamakan ruh dengan akal adalah seperti menyamakan zat dengan sifatnya — sesuatu yang keliru secara nalar dan syar’i."



0 komentar:

Posting Komentar