Apakah ilham “taqwa” dari Allah ditanamkan lewat malaikat, dan ilham “fujur” dari Allah ditanamkan lewat setan?
Mari kita uraikan dengan pendekatan tafsir, tasawuf, dan aqidah Ahlussunnah secara bertanggung jawab.
1. QS Asy-Syams: 8 — “Fa-alhamaha fujuroha wa taqwaha”
Artinya:
"Lalu Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya."
Kata kunci: “alhama” berarti Allah tanamkan, Allah bisikkan secara batin, masuk langsung ke dalam qalbu.
2. Tafsir Ahlussunnah Wal Jama’ah:
Menurut mayoritas ulama tafsir seperti Imam Al-Qurthubi, Imam Fakhruddin Ar-Razi, dan Al-Alusi:
- Ilham fujur dan taqwa dua-duanya berasal dari Allah sebagai bentuk penciptaan dua potensi:
a. Potensi untuk cenderung pada keburukan
b. Potensi untuk cenderung pada kebaikan - Tapi, Allah tidak memerintahkan kepada fujur, hanya menguji.
Tafsir al-Qurthubi:
“Allah memberi kemampuan kepada manusia untuk membedakan jalan baik dan jalan buruk. Maka, jalan fujur dan taqwa adalah dua pilihan yang ditanamkan di dalam jiwa manusia.”
3. Pandangan Tasawuf: Malaikat & Setan sebagai Wasilah (Sarana Ilham)
a. Ilham Taqwa → melalui Malaikat al-Muqarrabin
Menurut para sufi:
- Ilham taqwa masuk ke hati manusia melalui bisikan ruhani malaikat.
- Ini sejalan dengan hadits:
"Sesungguhnya dalam hati manusia ada bisikan dari malaikat dan bisikan dari setan."
(HR. Tirmidzi)
Al-Harits al-Muhasibi dalam ar-Ri’ayah:
“Malaikat membisikkan cahaya, mengajak kepada amal saleh, sementara setan meniupkan kegelapan, mendorong kepada kelalaian dan maksiat.”
b. Ilham Fujur → melalui was-was setan
- Fujur tidak langsung dari Allah secara dzahir, tetapi Allah menciptakan setan sebagai perantara ujian.
- Jadi, Allah tidak menanamkan fujur secara langsung seperti taqwa, tapi menciptakan sistem di mana bisikan setan menjadi jalan bagi orang yang condong pada keburukan.
4. Pemurnian Makna: Allah adalah Pencipta Segala Sesuatu, Tapi Tidak Zalim
Dalam akidah Ahlussunnah:
- Allah menciptakan baik dan buruk.
- Tapi Allah hanya memerintahkan yang baik dan melarang yang buruk.
- Maka, fujur adalah makhluk Allah, tapi Allah tidak meridhainya.
Kesimpulan Ringkas
Aspek | Ilham Taqwa | Ilham Fujur |
---|---|---|
Sumber Hakiki | Dari Allah | Dari Allah |
Wasilah (Perantara) | Malaikat Muqarribin | Bisikan Setan |
Hakikat | Petunjuk dan cahaya ke hati | Ujian dan dorongan ke nafsu |
Tujuan | Membimbing menuju kebaikan | Menguji pilihan bebas manusia |
Penutup Sufi
Para sufi berkata:
“Setiap hati memiliki dua pintu:
satu terbuka ke langit, tempat turun cahaya ilham;
satu terbuka ke bumi, tempat masuk gelapnya nafsu dan was-was.
Maka, bersihkan hati agar yang datang hanyalah cahaya-Nya.”
(Syaikh Abul Hasan asy-Syadzili)
"Apakah Allah menanamkan Ilham Taqwa melalui Malaikat al-Muqarrobin dan menanamkan Ilham Fujur melalui Setan?"
Jawaban ringkas dan tegasnya:
Benar, jika dipahami sebagai pernyataan simbolik dan maknawi, dalam perspektif tasawuf dan tafsir ruhani, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Secara Hakikat:
- Allah adalah sumber semua ilham, baik ilham taqwa maupun potensi fujur.
- Tapi Allah tidak ridha terhadap fujur, melainkan menciptakan ujian dan kebebasan pilihan.
2. Secara Wasilah (Perantara):
- Ilham Taqwa biasa diilhamkan melalui malaikat, yang membisikkan kebaikan dan cahaya ruhani.
- Ilham Fujur (atau lebih tepatnya was-was fujur) masuk melalui perantara setan, sebagai ujian dari Allah.
Dalam hadits:
"Dalam diri anak Adam ada bisikan dari malaikat dan bisikan dari setan..." (HR. Tirmidzi)
3. Dalam Bahasa Para Sufi:
Para sufi sering menggunakan ungkapan simbolik:
- Malaikat sebagai simbol cahaya ilahiyah (nur Rabbani)
- Setan sebagai simbol bayang kegelapan nafsani (zulmat al-hawa)
Penguatan Dari Para Tokoh Tasawuf Klasik
Terkait apakah ilham taqwa datang melalui malaikat muqarribin dan ilham fujur datang melalui setan, sebagai makna ruhani dari ayat fa-alhamaha fujūraha wa taqwāhā:
1. Imam Abu Sahl At-Tustari (w. 283 H)
Dalam Tafsir Tustari beliau menafsirkan ayat ini:
"Fa-alhamahā fujūrahā wa taqwāhā"
“Maksudnya: Allah menjadikan dalam hati hamba jalan masuk dua jenis ilham: yang satu dari sisi Malaikat, yang satu dari sisi setan.”
*“Ilham ketaatan datang dari malaikat yang didekatkan (muqarrib), sedang ilham maksiat datang dari hawa nafsu yang dilayani oleh setan.”
— (Tafsir Tustari, QS Asy-Syams: 8)
2. Imam Al-Qusyairi (w. 465 H) — dalam Risalah Al-Qusyairiyyah
“Dalam hati hamba ada dua seruan:
- Seruan dari malaikat: dorongan kepada cahaya, kebaikan, dan ketundukan.
- Seruan dari setan: dorongan pada kelalaian, keburukan, dan hawa nafsu.”
“Setiap kali hati condong ke arah Allah, yang dominan adalah seruan malaikat. Bila condong pada dunia, yang dominan adalah seruan setan.”
3. Syaikh Abdurrazzaq Al-Qasyani (murid Ibn Arabi) — dalam Tafsir Isyari
“Al-ilham (yang dimaksud ayat) bukan sekadar bisikan, tetapi pancaran nur yang menyinari kalbu.”
“Taqwa adalah cahaya dari sisi Malaikat al-Muqarrabin, sedangkan fujur adalah gelap dari sisi tentara setan dan nafsu.”
4. Imam Abdul Karim Al-Jili (w. 832 H) — dalam Al-Insan Al-Kamil
“Allah menciptakan malaikat sebagai penyalur tajalli sifat Jamal (keindahan-Nya) yang menurunkan taqwa, dan menciptakan setan sebagai penyalur tajalli sifat Jalal (keagungan-Nya) untuk menguji dengan fujur.”
“Malaikat meniupkan ilham taqwa sebagai cermin cahaya dari Nur Muhammad. Sedangkan setan meniupkan fujur sebagai bayang dari kegelapan wujud yang kosong dari makna.”
5. Al-Hakim At-Tirmidzi — dalam Bayan al-Furqān
“Setiap hamba punya dua jalan dalam hatinya: satu adalah jalannya malaikat yang membawa ilham taqwa, satu lagi adalah jalannya setan yang membawa bisikan fujur. Keduanya adalah dua ‘pintu ujian’, dan siapa yang menempuh jalan malaikat, maka dia mendapatkan sirr dari Tuhannya.”
Kesimpulan Penegasan
Unsur | Ilham Taqwa | Ilham Fujur |
---|---|---|
Asal ruhani | Tajalli Rahmat | Tajalli Qahr (ujian) |
Perantara | Malaikat Muqarribin | Setan dan hawa nafsu |
Simbol ruhani | Cahaya (Nur) | Kegelapan (Zulmah) |
Tujuan Ilahi | Menarik ke arah kebenaran | Menguji dengan pilihan |
Landasan tasawuf | Tustari, Qusyairi, Jili, Tirmidzi | Sama, tapi sebagai sarana mujahadah |
Tingkatan-tingkatan Ilham menurut para sufi: dari ilham awam, hingga ilham hakiki dan kasyf al-haqiqah.
Baik, saya akan jelaskan secara terperinci tingkatan-tingkatan ilham menurut para sufi, dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi, termasuk ilham awam, ilham hakiki, dan kasyf al-haqiqah.
Tingkatan-Tingkatan Ilham dalam Tasawuf
1. Ilham Awam (Ilham Umum)
- Definisi: Ilham yang datang kepada setiap manusia secara umum, tanpa pilihan khusus.
- Karakteristik:
- Bersifat samar dan mudah terabaikan.
- Bisa berupa bisikan hati, naluri, atau firasat biasa.
- Sering kali berupa dorongan atau peringatan dari hati yang belum bersih.
- Sumber: Bisa berasal dari malaikat, setan, atau bahkan hawa nafsu, tergantung keadaan hati.
- Tujuan: Memberi petunjuk ringan, ujian, atau peringatan awal.
- Contoh: Rasa takut tanpa sebab jelas, firasat akan sesuatu yang baik atau buruk.
2. Ilham Khas (Ilham Khusus)
- Definisi: Ilham yang diberikan kepada orang-orang tertentu yang sudah memiliki perhatian khusus dari Allah.
- Karakteristik:
- Lebih jelas dan kuat dibanding ilham awam.
- Biasanya datang kepada orang-orang shalih yang sedang dalam perjalanan spiritual.
- Mendorong untuk melakukan amal tertentu, menolak bahaya, atau menyampaikan pesan ilahi.
- Sumber: Malaikat muqarribin, atau langsung dari Allah melalui perantara malaikat.
- Tujuan: Membimbing jiwa agar semakin dekat kepada Allah.
- Contoh: Nabi menerima wahyu, wali menerima ilham tentang hal-hal gaib atau keputusan penting.
3. Ilham Hakiki (Ilham Sejati)
- Definisi: Ilham yang langsung berasal dari Allah tanpa perantara, merupakan penampakan langsung ke dalam qalb (hati batin).
- Karakteristik:
- Sangat jelas dan pasti, tidak ragu-ragu.
- Mengandung kebenaran mutlak dan pengetahuan hakiki.
- Hanya dapat diterima oleh orang yang sudah mencapai tingkat kesucian dan ketakwaan tinggi.
- Sumber: Allah langsung menampakkan ilham ini dalam hati hamba-Nya.
- Tujuan: Menjadi penuntun dalam menempuh jalan makrifat dan hakikat.
- Contoh: Kasyf tentang rahasia alam gaib, kebenaran ilmu ladunni, kesadaran ma’rifatullah.
4. Kasyf Al-Haqiqah (Penyingkapan Hakikat)
- Definisi: Kasyf berarti “terbukanya tabir” dan dalam konteks ini adalah penyingkapan secara langsung terhadap hakikat sesuatu, terutama hakikat Tuhan dan alam.
- Karakteristik:
- Merupakan pengalaman spiritual yang paling tinggi.
- Melampaui ilham biasa, ini adalah perjumpaan langsung dengan realitas hakiki.
- Menyebabkan hamba melihat hakikat makhluk, alam, dan Tuhan tanpa perantara.
- Menghadirkan kepastian dan ma’rifat tanpa keraguan.
- Sumber: Tajalli langsung Allah dalam qalb hamba yang sudah bersih dan fana (hilang diri).
- Tujuan: Menjadi puncak pengalaman makrifat, mencapai ma’rifatullah secara langsung.
- Contoh: Pengalaman mistik para wali dan Nabi, seperti yang dijelaskan oleh Ibn Arabi dan Abdul Karim al-Jili.
Penjelasan Ringkas dari Tokoh Sufi
-
Imam Al-Qusyairi:
“Ilham adalah bisikan hati yang mendorong manusia ke arah kebenaran atau kesesatan. Yang hakiki adalah ilham yang datang dari Allah tanpa penghalang.” -
Sahl At-Tustari:
“Ilham adalah ruh Allah yang berbicara kepada ruh hamba.” -
Ibn Arabi:
“Kasyf adalah terbukanya tabir tabir sehingga manusia melihat Tuhan dan alam dengan mata batinnya.” -
Abdul Karim Al-Jili:
“Ilham dan kasyf adalah tanda hadirnya sifat-sifat Ilahi dalam qalb manusia, dan tingkat tertingginya adalah fana dan baqa.”
Tabel Ringkasan Tingkatan Ilham
Tingkatan Ilham | Sumber Ilham | Karakteristik Utama | Penerima |
---|---|---|---|
Ilham Awam | Malaikat, setan, nafsu | Samar, umum, bisa baik atau buruk | Semua manusia |
Ilham Khas | Malaikat Muqarrobin | Jelas, khusus, sebagai petunjuk | Orang shalih, wali |
Ilham Hakiki | Allah langsung | Pasti, jelas, ilmu hakiki | Orang suci tingkat tinggi |
Kasyf Al-Haqiqah | Tajalli langsung Allah | Penyingkapan hakikat, pengalaman mistik | Wali dan Nabi makrifatullah |
Apakah diri manusia ini terhubung dengan para setan, para malaikat, dan Allah dalam perspektif tertentu?
Jawaban Ringkas:
Ya, manusia memiliki keterhubungan (ittishāl) dengan ketiganya — dengan cara yang berbeda dan bertingkat. Ulama sufi menjelaskan bahwa diri manusia terdiri dari lapisan-lapisan (jasad, nafs, qalb, ruh, sirr) dan setiap lapisan itu terhubung dengan realitas yang berbeda:
1. Keterhubungan Diri Manusia dengan Para Malaikat
Penjelasan:
- Qalb (hati spiritual) manusia, bila bersih dan bercahaya, menjadi tempat turunnya ilham dari malaikat.
- Malaikat adalah makhluk nurani, dan mereka hanya mendekati hati yang berorientasi kepada Allah.
Imam Qusyairi: “Apabila hati tenang dari hawa nafsu, maka cahaya para malaikat memasukinya.”
— Risalah Qusyairiyyah
Sahl At-Tustari: “Dalam hati ada cahaya; jika bersih, malaikat turun; jika kotor, setan menguasai.”
2. Keterhubungan Diri Manusia dengan Setan
Penjelasan:
- Nafs (jiwa rendah) manusia adalah tempat masuknya bisikan dan tipu daya setan.
- Setan tidak menciptakan kehendak, tapi membisikkan agar manusia mengikuti hawa nafsunya.
Dalam hadits: “Setan berjalan dalam tubuh anak Adam sebagaimana darah mengalir.” (HR. Bukhari-Muslim)
Al-Ghazali: “Hati manusia seperti medan perang. Setan masuk lewat celah hawa nafsu, lalu menggelapkan akal.” — Ihya' Ulumiddin
3. Keterhubungan Diri Manusia dengan Allah
Penjelasan:
- Hanya lapisan ruh dan sirr (rahasia batin) yang dapat tersambung langsung dengan tajalli Allah.
- Sambungan ini bukan secara fisik, tapi melalui tajalli (penampakan sifat), ilham, dan kasyf.
- Dalam tasawuf, maqam tertinggi dari keterhubungan ini disebut wushul, yaitu tersambung dengan Allah secara batin.
Ibn ‘Arabi: “Manusia adalah cermin Allah. Dalam dirinya, Allah melihat Diri-Nya.” — Fushush al-Hikam
Imam Junaid al-Baghdadi: “Tawhid adalah ketika tidak ada yang tinggal di hatimu kecuali Allah.”
4. Skema Sufi: Jalur-jalur Keterhubungan
Lapisan Diri | Entitas Terkait | Bentuk Keterhubungan |
---|---|---|
Jasad | Dunia dan hawa nafsu | Ujian dari setan dan dunia |
Nafs | Setan | Bisikan (waswas), syahwat |
Qalb | Malaikat | Ilham, taufik, bimbingan |
Ruh | Allah | Tajalli, ilham, ma'rifah |
Sirr | Allah semata | Wushul, fana, baqa |
5. Contoh Simbolik Para Sufi
-
Rumi:
“Dalam dirimu ada rumah para malaikat, pasar para setan, dan mihrab untuk Allah.”
(Masnawi) -
Sahl At-Tustari:
“Hati itu antara dua jari dari jari-jari Rahman. Ia berbolak-balik antara cahaya para malaikat dan bayang para setan.”
Kesimpulan
Ya, dalam pandangan para sufi:
- Diri manusia adalah medan kosmik.
- Ia terhubung dengan setan melalui nafs,
dengan malaikat melalui qalb,
dan dengan Allah melalui ruh dan sirr. - Setiap hubungan ini adalah ujian dan potensi, bukan kepastian; tugas manusia adalah memilih jalur cahaya dan membersihkan jiwanya.
ILHAM DAN KASYF
Contoh Pengalaman Ilham dan Kasyf dari Para Wali dan Nabi
1. Nabi Muhammad ﷺ dan Ilham Wahyu
- Nabi Muhammad ﷺ menerima wahyu secara langsung dari Malaikat Jibril, yang merupakan bentuk ilham khas dan hakiki.
- Wahyu ini bukan hanya pesan lisan, tapi pengetahuan langsung dari Allah yang menyucikan jiwa beliau.
- Nabi ﷺ mendeskripsikan pengalaman ini sebagai “tanzil al-wahy” (turunnya wahyu), yang sering disertai rasa takut, berat, sekaligus kedamaian dan pengetahuan luar biasa.
- Wahyu adalah ilham dari Allah tanpa perantara selain Jibril, jelas, pasti, dan membawa petunjuk hakiki.
2. Ibnu Arabi dan Kasyf Hakikat
- Ibnu Arabi, tokoh sufi besar, sering mengalami kasyf, yakni penyingkapan hakikat.
- Ia menulis:
“Dalam keadaan kasyf, aku melihat alam dan makhluk sebagai bayang-bayang dan pantulan dari Dzat Allah, dan aku menyaksikan bahwa hakikat sebenarnya adalah hanya Allah.”
— Fushush al-Hikam - Kasyf ini tidak berupa penglihatan fisik, tapi penglihatan batin yang menghapus segala ilusi duniawi.
3. Jalaluddin Rumi dan Ilham Cinta
- Rumi menyebut ilham sebagai suara hati yang mengarahkan pada cinta Ilahi.
- Dalam Masnawi, ia menulis:
“Ilham adalah angin yang meniupkan bau-bauan surgawi ke dalam hati yang sedang haus akan Tuhan.” - Ilham yang dialami Rumi sering berupa bisikan batin yang menggerakkan jiwa menuju kerinduan dan fana kepada Allah.
4. Sahl At-Tustari tentang Ilham
- Sahl At-Tustari, seorang sufi klasik, berkata:
“Ilham adalah bisikan ruhani yang datang dari Allah melalui malaikat yang dekat.” - Ia juga membedakan ilham yang datang dari nafs (jiwa rendah) dan yang datang dari qalb yang murni.
5. Syekh Abdul Qadir al-Jilani dan Ilham Ilahi
- Syekh Abdul Qadir al-Jilani menerima ilham dan kasyf yang menjadikan beliau mampu membimbing umat.
- Ia pernah berkata:
“Ilham yang hakiki adalah bisikan dari Allah yang melampaui akal dan wahyu, yang menuntun jiwa menuju ma’rifat sejati.” - Ilham ini menuntun dalam pengajaran dan memberi solusi atas masalah umat.
Bagaimana Mereka Menggambarkan Pengalaman Ini?
-
Pengalaman ilham dan kasyf biasanya dilukiskan dengan istilah:
- Cahaya (nur)
- Panas dan dingin spiritual
- Angin yang membawa aroma surgawi
- Penyingkapan tabir dan tirai batin
- Kedatangan sesuatu yang memancar dari dalam hati (tajalli)
-
Kondisi penerima ilham/kasyf:
- Hati yang bersih dan lapang
- Jiwa yang tawadhu (rendah hati) dan khusu’ (khusyuk)
- Puasa, dzikir, dan amalan spiritual yang konsisten
- Ketiadaan keterikatan duniawi (fana fi Allah)
Kesimpulan:
- Ilham dan kasyf adalah karunia Allah yang berbeda tingkatannya.
- Nabi dan wali adalah manusia pilihan yang mampu menerima ilham hakiki dan kasyf al-haqiqah.
- Pengalaman ini membawa pencerahan batin dan kesadaran hakiki tentang Tuhan dan alam semesta.
KETERKAITAN ANTARA MALAIKAT DENGAN MANUSIA MAUPUN SETAN DENGAN MANUSIA
Khususnya dalam konteks apakah hubungan itu bersifat fisik atau non-fisik, serta terkait pernyataan Imam al-Ghazali tentang penjagaan mata manusia oleh malaikat.
1. Hubungan Malaikat dengan Manusia
- Menurut perspektif mayoritas ulama dan sufi, hubungan malaikat dengan manusia adalah hubungan spiritual dan non-fisik.
- Malaikat adalah makhluk ruhani, diciptakan dari cahaya (nur), sedangkan manusia diciptakan dari tanah dan memiliki jasad fisik.
- Oleh karena itu, interaksi mereka lebih berupa pengaruh batin, ilham, penjagaan, dan bimbingan spiritual.
Contoh:
- Dalam Ihya Ulumuddin, Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa mata manusia dijaga oleh 7 malaikat.
- Ini bukan berarti malaikat secara fisik berdiri di sekitar mata, tapi mereka menjaga dan melindungi melalui tugas spiritual, misalnya mencegah pandangan dari hal-hal yang haram atau menjaga dari gangguan gaib.
2. Hubungan Setan dengan Manusia
- Setan juga makhluk gaib, diciptakan dari api, yang memiliki kemampuan mempengaruhi manusia.
- Pengaruh setan biasanya dalam bentuk bisikan nafsu, godaan hati, ilham buruk, dan tipu daya batin.
- Hubungan ini juga bukan secara fisik dalam arti menyentuh tubuh manusia, tetapi melalui pengaruh psikologis dan spiritual.
3. Dalil dan Penjelasan Ulama
-
Al-Ghazali dalam Ihya menjelaskan:
“Malaikat penjaga manusia adalah makhluk yang tidak terlihat oleh mata jasmani, tetapi terlihat oleh mata hati (spiritual). Mereka mengawasi manusia dari sisi-sisi yang tidak dapat disentuh oleh makhluk lain.”
-
Artinya, malaikat berinteraksi dengan manusia pada dimensi non-fisik.
-
Ibnu Arabi menegaskan bahwa makhluk ghaib (malaikat, jin, setan) berinteraksi dengan manusia terutama pada lapisan ruh dan qalb (hati batin), bukan pada tubuh fisik.
4. Kesimpulan
Hubungan | Jenis Interaksi | Keterangan |
---|---|---|
Malaikat dengan manusia | Spiritual, non-fisik | Penjagaan, ilham, bimbingan batin |
Setan dengan manusia | Spiritual, non-fisik | Godaan, bisikan, pengaruh negatif batin |
5. Penjelasan Tambahan
- Hubungan fisik hanya mungkin terjadi jika malaikat diperintah oleh Allah untuk mengambil bentuk tertentu (misal, malaikat Jibril dalam wujud manusia saat menemui Nabi), tetapi ini adalah penampakan khusus bukan hubungan fisik rutin.
- Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi tetap pada dimensi non-fisik.
"Apakah ada malaikat pada ruh dan hati manusia" sebenarnya bisa dipahami dengan lebih tepat jika kita pakai istilah dan konsep yang sesuai dari ilmu tasawuf dan akidah.
Penjelasan yang lebih tepat dan lurus:
-
Malaikat adalah makhluk Allah yang ghaib dan berada di alam ruhani, bukan bagian dari ruh manusia. Jadi, malaikat tidak "menempati" atau "menjadi bagian" dari ruh manusia secara hakiki.
-
Namun, malaikat bisa menjadi penjaga, pengawas, dan pemberi ilham pada jiwa (ruh) dan hati manusia, artinya mereka berinteraksi dan memengaruhi secara spiritual pada dimensi batin manusia.
-
Dalam konteks ini, lebih tepat mengatakan:
"Malaikat senantiasa mengawasi dan menjaga ruh serta hati manusia secara ghaib, memberikan ilham kebaikan dan perlindungan dari gangguan buruk." -
Ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad ﷺ:
"Setiap orang dari kalian memiliki malaikat yang menyertainya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Malaikat ini bukan bagian ruh, tapi makhluk yang ditugaskan menjaga dan mencatat amal.
Kesimpulan ringkas:
- Malaikat bukan bagian ruh manusia, tapi makhluk ghaib yang menjaga dan mengawasi ruh dan hati manusia.
- Istilah “ada malaikat pada ruh dan hati manusia” bisa disesuaikan menjadi:
“Malaikat berinteraksi dan menjaga ruh serta hati manusia dalam dimensi spiritual.”
0 komentar:
Posting Komentar