Dalam ajaran Islam, ada perbedaan antara melihat Allah secara dhahir (fisik) dan melihat-Nya secara batin (makna dan cahaya-Nya). Berikut penjelasan utama dari para ulama dan sumber hadis:
1. Hadis yang Menjelaskan Tentang Melihat Allah
- Dalam hadis shahih disebutkan:
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Aku melihat Rabbku sebagaimana aku melihat bulan purnama."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ benar-benar melihat Allah dalam Isra’ Mi’raj, tetapi bukan dalam bentuk materi atau fisik, melainkan dalam bentuk yang bisa diterima panca indera beliau tanpa menyerupai makhluk ciptaan.
2. Posisi Sidratul Muntaha
- Sidratul Muntaha adalah batas tertinggi yang bisa dicapai makhluk.
- Di sini Nabi ﷺ hampir sampai pada hadirat Allah, dan menerima perintah shalat lima waktu.
- Ulama tasawuf seperti Sahl al-Tustari dan al-Qushayri menjelaskan bahwa Sidratul Muntaha adalah “garis batas” antara makhluk dan zat Allah yang maha mutlak.
3. Makna Tasawuf dan Teologi
- Dalam pandangan Ahlussunnah wal Jama’ah, melihat Allah adalah sesuatu yang mungkin bagi Nabi Muhammad ﷺ di alam Mi’raj, bukan sebagai makhluk, tapi dalam bentuk cahaya atau manifestasi Nurullah (Cahaya Allah).
- Allah tidak mungkin dilihat dengan mata biasa karena Dia Maha Gaib dan Maha Suci.
- Melihat Allah di Mi’raj bukan berarti melihat zat-Nya secara langsung, tapi melihat tanda-tanda dan manifestasi kekuasaan-Nya yang dapat dipahami oleh Nabi ﷺ.
4. Pendapat Ulama
- Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa pengalaman melihat Allah ini adalah pengalaman spiritual tertinggi, bukan penglihatan fisik biasa.
- Ibnu Arabi menyebutkan bahwa melihat Allah dalam Mi’raj adalah pertemuan dengan hakikat dan cahaya ilahi, bukan bentuk jasmani.
- Para ulama Salaf dan Khalaf sepakat bahwa Nabi ﷺ diberi kemuliaan untuk “melihat” Allah dalam keadaan yang khusus dan tidak mungkin disamai oleh manusia biasa.
Kesimpulan Singkat
- Nabi Muhammad ﷺ melihat Allah secara hakiki dalam Mi’raj, tapi bukan dalam bentuk fisik yang biasa manusia lihat.
- Sidratul Muntaha adalah titik paling dekat di mana beliau bisa melihat manifestasi kekuasaan dan cahaya Allah.
- Ini adalah pengalaman spiritual dan wahyu khusus yang hanya dialami Nabi Muhammad ﷺ.
Penjelasan hadits serta referensi ulama terkait tentang Nabi Muhammad ﷺ melihat Allah saat Mi’raj:
1. Teks Hadits dari Sayyidah A’isyah radhiyallahu ‘anha
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
"Aku melihat Rabbku sebagaimana kalian melihat bulan purnama."
(HR. Bukhari no. 7438, Muslim no. 162)
Penjelasan:
- Hadits ini menyatakan bahwa Nabi ﷺ melihat Allah dalam Isra’ Mi’raj dengan cara yang bisa dipahami manusia, yaitu sejelas melihat bulan purnama.
- Namun penglihatan ini bukan penglihatan fisik biasa, karena Allah Maha Gaib.
- Para ulama menjelaskan bahwa ini adalah penglihatan dalam bentuk cahaya atau manifestasi yang sesuai dengan kemampuan Nabi ﷺ.
2. Riwayat dari Ibnu Abbas RA
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dalam tafsir dan syarah hadits mengatakan bahwa Nabi ﷺ melihat Allah di Mi’raj, bukan dalam bentuk jasmani, tapi dalam bentuk yang Allah perkenankan untuk dilihat Nabi.
Referensi utama terkait riwayat ini adalah:
- Tafsir Ibnu Abbas (Tafsir al-Qur’an al-Azim)
- Kitab Sirah Nabi seperti Sirah Ibnu Hisyam dan Al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir
Penjelasan Ulama:
- Ibnu Abbas menegaskan bahwa penglihatan itu adalah real, tapi bukan penglihatan dengan mata jasmani melainkan dengan mata hati yang diberi izin khusus.
- Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya menegaskan bahwa penglihatan ini bukan penglihatan sebagaimana manusia melihat benda duniawi.
3. Penjelasan Para Ulama Besar
- Imam Al-Ghazali (Ihya’ Ulumuddin): Menjelaskan bahwa penglihatan Allah oleh Nabi ﷺ adalah pengalaman ruhani yang tinggi, bukan inderawi.
- Ibnu Katsir (Tafsir al-Qur’an al-Azim): Menyatakan bahwa Nabi melihat “manifestasi” Allah tanpa menyerupai makhluk, sebagai bentuk kemuliaan tertinggi.
- Ibnu Arabi (Futuhat al-Makkiyyah): Melihat Allah adalah bertemu dengan hakikat cahaya Ilahi dalam tingkat tertinggi.
Kesimpulan
- Nabi Muhammad ﷺ melihat Allah di Mi’raj dalam bentuk yang hanya bisa dipahami dan dialami oleh beliau, bukan seperti penglihatan manusia biasa.
- Hadits Sayyidah Aisyah dan riwayat Ibnu Abbas merupakan sumber shahih yang menunjukkan fakta ini.
- Para ulama sepakat bahwa ini adalah mukjizat khusus dan puncak pengalaman spiritual Nabi Muhammad ﷺ.
Rujukan kitab mengenai perbedaan pendapat antara Sayyidah ‘Aisyah dan Ibnu ‘Abbas tentang apakah Nabi Muhammad ﷺ melihat Allah saat Mi’raj:
1. Pendapat Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
Teks Arab:
عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: قُلْتُ لِعَائِشَةَ: يَا أُمَّتَاهْ، هَلْ رَأَى مُحَمَّدٌ رَبَّهُ؟ فَقَالَتْ:
"لَقَدْ قَفَّ شَعَرِي مِمَّا قُلْتَ، أَيْنَ أَنْتَ مِنْ ثَلَاثَةٍ: مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ كَذَبَ."
(HR. Muslim no. 177)
Terjemahan:
Dari Masruq, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah, "Wahai Ummul Mukminin, apakah Muhammad ﷺ melihat Rabb-nya?" Maka beliau menjawab: "Rambutku berdiri karena apa yang engkau katakan. Di mana akalmu? Barang siapa yang mengatakan bahwa Muhammad ﷺ melihat Rabb-nya, sungguh ia telah berdusta."
Penjelasan:
- Menurut Sayyidah Aisyah, Rasulullah ﷺ tidak melihat Allah dengan mata kepala secara langsung.
- Ia mendasarkan pendapatnya pada firman Allah dalam QS. Al-An'am: 103: "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan."
2. Pendapat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu
Teks Arab:
عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
"رَآهُ فِي رَبِيعَتَيْنِ، قَالَ: قَرَأْتُ: {لَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى} [النجم: 13]"
(Riwayat Ahmad dan Thabarani. Lihat Tafsir al-Tabari dan Tafsir al-Qurthubi)
Terjemahan:
Dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Rasulullah ﷺ melihat Tuhannya dua kali."
Ibnu Abbas membaca ayat: "Sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihatnya (Jibril) untuk kedua kalinya." (QS. An-Najm: 13)
Namun dalam riwayat lain Ibnu Abbas juga mengatakan:
"رَآهُ بِفُؤَادِهِ"
"Beliau melihat-Nya dengan hatinya."
(HR. Muslim no. 176)
Penjelasan:
- Ibnu Abbas menyatakan bahwa Nabi ﷺ melihat Allah, tapi tidak dengan mata kepala, melainkan dengan mata hati (
bi fu’adihi
). - Dalam tafsir al-Qurtubi dan al-Tabari dijelaskan bahwa pandangan Ibnu Abbas menunjukkan kemungkinan penglihatan spiritual.
3. Kesimpulan Pendapat Ulama
Ulama | Pendapat |
---|---|
Sayyidah Aisyah | Nabi tidak melihat Allah (secara langsung) |
Ibnu Abbas | Nabi melihat Allah, tapi dengan hati |
Imam Nawawi | Mengompromikan: Nabi melihat Allah dengan hati, bukan mata kepala |
Imam Al-Qurtubi | Nabi melihat manifestasi cahaya Ilahi |
Imam Ahmad | Mendukung riwayat Ibnu Abbas bahwa Nabi melihat Allah |
0 komentar:
Posting Komentar