*MEMIKIRKAN* Jika yang difikirkan itu pada perkara yang Allaah saja yang mengetahui, maka itu tak mungkin dan boleh, sebab sudah memasuki *Ranah Ketuhanan.* Jika yang difikirkan itu berkaitan dengan area kemanusiaan, maka itu tergantung *usaha manusia* untuk memenuhi Perintah Allaah dan Mengikuti Sunnah Rasulullaah Muhammad ﷺ. Jika itu tubuh sampai alam semesta, maka berfikir seperti itu diperintahkan Allaah agar manusia menyadari keagungan Allah‼️ *Bukan manusia yang menyusun* giginya, menyusun helai-helai rambutnya, jari jemarinya, tulang tulangnya, dan anggota tubuhnya .. bukan kita yang menyusunnya tapi Allaah. *Bukan manusia yang mengatur* fungsi kulitnya, otaknya, jantungnya, Livernya, Ginjalnya, Kandung empedu, Kandung kemihnya. Mata yang melihat, Telinga yang mendengar, Tangan yang beraktivitas, Kaki yang menghantarkan. *Bukan manusia yang menentukan RITME:* Kenyang & laparnya, Kantuk & bangunnya, Sehat & sakitnya, Lemah dan kuatnya, Muda dan menuanya, Mati & hidupnya, Berhasil & gagalnya .... Semuanya itu *Hanya Allaah yang Menyengajainya - Menghendakinya - Mengaturnya - Menetapkan keadaanya ‼️* BUKAN MANUSIA ‼️ Sekalipun manusia itu Nabi, Rosul, Wali, Mukmin, Islam, atau Kristen, Agama lainya ... Tiada yang mampu berbuat semua itu selain Allaah. DIA-LAH yang Menghendaki - Menetapkan - Menentukan segala kenyataan yang terjadi pada diri manusia.
Apapun keadaan manusia... Itu adalah *HAK WENANG ALLAAH.* Itu semuanya adalah *Hikmah Mendalam* bagi kelanjutan kehidupan manusia. *KENYATAAN HIDUP* hanyalah sebagai _Ujian Bagi Manusia_ dalam kehidupan di dunia ini. Tiada yang bisa sempurna memahami itu semua selain Allaah sendiri ‼️ Sebab itulah manusia _Dilarang Menyombongkan Diri, Menghina bentuk, wajah kulit manusia lainnya, Mencela keadaan-keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri maupun orang lain,_ sebab semua itu adalah *MAHA KARYA ALLAAH TA'ALA ‼️* Tugas kita sebagai manusia hanya *MENGHAMBA DIRI* di hadapan Allaah ‼️ *Jangan Menjadi Fir'aun-Fir'aun Baru, 'Azazil-'Azazil Baru, Qorun-Qorun Baru, dan Abu Lahab-Abu Lahab Baru ‼️*
Berikut adalah uraian dari kalimat yang Anda minta beserta ayat Al-Qur’an dan hadits yang relevan:
1. Berpikir tentang perkara yang hanya Allah yang mengetahui adalah sesuatu yang mustahil dan tidak boleh, karena itu sudah memasuki ranah Ketuhanan.
→ Dalil Al-Qur’an:
"Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, tetapi merekalah yang akan ditanya."
( QS. Al-Anbiya: 23 )
"Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: 'Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.'"
( QS. Al-Isra: 85 )
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
( QS. Asy-Syura: 11 )
→ Dalil Hadits:
"Pikiran manusia tidak akan bisa membayangkan hakikat Allah, maka berpikirlah tentang ciptaan-Nya, jangan tentang Dzat-Nya."
( HR. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah, Al-Baihaqi dalam Al-Asma’ wa Ash-Shifat )
2. Berpikir tentang area kemanusiaan tergantung usaha manusia dalam memenuhi perintah Allah dan mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ.
→ Dalil Al-Qur’an:
"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin'."
( QS. At-Taubah: 105 )
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."
( QS. Ar-Ra’d: 11 )
"Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan amal mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia tidak akan dirugikan."
( QS. Hud: 15 )
3. Berpikir tentang tubuh dan alam semesta diperintahkan Allah agar manusia menyadari keagungan-Nya.
→ Dalil Al-Qur’an:
"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"
( QS. Adz-Dzariyat: 20-21 )
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal."
( QS. Ali Imran: 190 )
→ Dalil Hadits:
"Berpikirlah tentang ciptaan Allah, dan janganlah berpikir tentang Dzat Allah, karena kalian tidak akan mampu."
( HR. Abu Syaikh dalam Al-Adhamah )
4. Bukan manusia yang menyusun tubuhnya dan mengatur fungsi anggota badannya, melainkan Allah.
→ Dalil Al-Qur’an:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
( QS. At-Tin: 4 )
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, serta perbedaan bahasa dan warna kulit kalian. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui."
( QS. Ar-Rum: 22 )
"Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu. Dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), agar dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa."
( QS. An-Nahl: 70 )
5. Bukan manusia yang menentukan ritme hidupnya (kenyang-lapar, sehat-sakit, muda-tua, mati-hidup, berhasil-gagal), semuanya hanya Allah yang menghendaki dan menetapkan.
→ Dalil Al-Qur’an:
"Katakanlah: 'Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.'"
( QS. Al-An’am: 162 )
"Allah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji siapa di antara kalian yang terbaik amalnya."
( QS. Al-Mulk: 2 )
"Dan tidak ada suatu pun yang terjadi di bumi dan pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah."
( QS. Al-Hadid: 22 )
6. Semua yang terjadi pada manusia adalah hak wewenang Allah, sebagai hikmah mendalam bagi kelangsungan kehidupan.
→ Dalil Al-Qur’an:
"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan."
( QS. Az-Zumar: 67 )
"Dan Dia (Allah) yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi, dan Dia mengangkat derajat sebagian kamu atas sebagian yang lain untuk mengujimu atas apa yang diberikan kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Cepat dalam hukuman, dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang."
( QS. Al-An’am: 165 )
7. Kenyataan hidup adalah ujian bagi manusia, dan hanya Allah yang memahami semuanya. Oleh karena itu, manusia dilarang menyombongkan diri, menghina ciptaan Allah, atau mencela keadaan.
→ Dalil Al-Qur’an:
"Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."
( QS. Al-Baqarah: 155 )
"Janganlah kalian mencela waktu, karena Allah-lah yang mengatur waktu."
( HR. Muslim No. 2246 )
"Sungguh, Allah tidak melihat bentuk tubuh dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian."
( HR. Muslim No. 2564 )
8. Tugas manusia hanyalah menghamba kepada Allah, bukan menjadi Fir’aun-Fir’aun baru, Azazil-Azazil baru, Qarun-Qarun baru, dan Abu Lahab-Abu Lahab baru.
→ Dalil Al-Qur’an:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
( QS. Adz-Dzariyat: 56 )
"Maka janganlah kalian menyerupai orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik."
( QS. Al-Hasyr: 19 )
"Sesungguhnya Fir’aun telah berlaku sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka, membunuh anak-anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sungguh, dia termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan."
( QS. Al-Qashash: 4 )
"Dan Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka. Dan Kami telah memberinya perbendaharaan yang kuncinya saja sangat berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, 'Janganlah engkau terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang terlalu membanggakan diri.'"
( QS. Al-Qashash: 76 )
Berikut adalah tambahan keterangan dari para ulama yang berkaitan dengan uraian sebelumnya:
1. Berpikir tentang perkara yang hanya Allah yang mengetahui adalah mustahil dan tidak boleh, karena itu ranah Ketuhanan
Keterangan Ulama:
Imam Al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin berkata:
"Janganlah engkau berpikir tentang Dzat Allah, karena pikiranmu tidak akan mampu menjangkaunya. Sebaliknya, berpikirlah tentang makhluk-makhluk-Nya, sebab itulah yang diperintahkan dalam syariat."
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengenai QS. Al-Isra: 85 menjelaskan bahwa manusia tidak akan mampu mengetahui hakikat ruh secara mendalam karena itu adalah perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allah.
Imam Asy-Syafi’i berkata:
"Aku beriman kepada Allah dan segala yang datang dari Allah sesuai dengan maksud Allah. Aku beriman kepada Rasulullah ﷺ dan segala yang datang darinya sesuai dengan maksud Rasulullah ﷺ."
(Ucapan ini menunjukkan bahwa kita harus menerima perkara ghaib sebagaimana adanya tanpa mencari tahu hakikat yang tidak mungkin dicapai akal.)
2. Berpikir tentang area kemanusiaan tergantung usaha manusia dalam memenuhi perintah Allah dan mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ
Keterangan Ulama:
Imam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa (8/528) berkata:
"Takdir Allah tidak meniadakan usaha manusia. Sebagaimana rezeki telah ditetapkan, namun manusia tetap harus bekerja. Begitu pula amal saleh harus dilakukan meskipun Allah telah mengetahui siapa yang akan masuk surga dan neraka."
Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya mengenai QS. At-Taubah: 105 menjelaskan bahwa perintah untuk bekerja dalam ayat ini menunjukkan bahwa Islam bukan agama yang hanya mengandalkan doa tanpa usaha, melainkan agama yang mendorong ikhtiar yang sejalan dengan ketentuan syariat.
3. Berpikir tentang tubuh dan alam semesta diperintahkan Allah agar manusia menyadari keagungan-Nya
Keterangan Ulama:
Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam berkata:
"Merenungi ciptaan Allah adalah kunci pembuka hati agar semakin mengenal-Nya. Orang yang banyak berpikir tentang keajaiban langit dan bumi akan semakin tunduk kepada Allah."
Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabir berkata:
"Semakin seseorang memperhatikan makhluk-makhluk Allah, semakin ia memahami bahwa segala sesuatu telah diciptakan dengan ilmu dan hikmah yang sempurna."
4. Bukan manusia yang menyusun tubuhnya dan mengatur fungsi anggota badannya, melainkan Allah
Keterangan Ulama:
Imam Asy-Syaukani dalam Fathul Qadir menafsirkan QS. At-Tin: 4 bahwa manusia diciptakan dalam bentuk terbaik, baik secara fisik maupun akal, dan ini adalah tanda kebesaran Allah.
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di dalam Taisir Al-Karim Ar-Rahman menjelaskan bahwa tubuh manusia memiliki kesempurnaan penciptaan yang menunjukkan bahwa ada Dzat Maha Kuasa yang mengatur semuanya.
5. Bukan manusia yang menentukan ritme hidupnya, semuanya hanya Allah yang menghendaki dan menetapkan
Keterangan Ulama:
Imam Al-Juwaini dalam Al-Irsyad berkata:
"Keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi telah ditentukan oleh Allah, tetapi manusia tetap memiliki usaha dalam melakukan amal baik maupun buruk."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al-Furqan berkata:
"Kehendak manusia itu ada, tetapi berada dalam lingkup kehendak Allah. Tidak ada satu pun yang terjadi di alam ini kecuali dengan izin dan kehendak-Nya."
6. Semua yang terjadi pada manusia adalah hak wewenang Allah, sebagai hikmah mendalam bagi kelangsungan kehidupan
Keterangan Ulama:
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarij As-Salikin berkata:
"Setiap takdir Allah pasti memiliki hikmah, meskipun tidak semua manusia bisa memahaminya. Barang siapa yang ridha dengan ketetapan Allah, maka dia akan mendapatkan ketenangan hati."
Imam Al-Ghazali dalam Al-Munqidz min Adh-Dhalal berkata:
"Orang yang memahami bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah akan lebih tenang dan tidak berburuk sangka kepada-Nya."
7. Kenyataan hidup adalah ujian bagi manusia, dan hanya Allah yang memahami semuanya. Oleh karena itu, manusia dilarang menyombongkan diri, menghina ciptaan Allah, atau mencela keadaan.
Keterangan Ulama:
Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menjelaskan bahwa larangan mencela waktu dalam HR. Muslim menunjukkan bahwa mencela takdir Allah adalah perbuatan tercela karena waktu hanyalah ciptaan Allah.
Imam Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad berkata:
"Setiap bentuk kesombongan adalah penyakit hati yang berbahaya. Bahkan setitik kesombongan bisa menghalangi seseorang dari surga."
8. Tugas manusia hanyalah menghamba kepada Allah, bukan menjadi Fir’aun-Fir’aun baru, Azazil-Azazil baru, Qarun-Qarun baru, dan Abu Lahab-Abu Lahab baru.
Keterangan Ulama:
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Kitab At-Tauhid menjelaskan bahwa sifat Fir’aun adalah sombong dan menganggap dirinya sebagai tuhan, sedangkan sifat Qarun adalah rakus terhadap dunia. Kedua sifat ini harus dihindari oleh setiap Muslim.
Imam Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis berkata:
"Iblis menipu manusia dengan kesombongan, baik itu dalam bentuk keilmuan, ibadah, maupun harta. Karena itu, kesombongan adalah jalan menuju kebinasaan."
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengenai QS. Al-Qashash: 76 menjelaskan bahwa Qarun adalah simbol manusia yang angkuh karena hartanya, dan kisahnya menjadi pelajaran agar kita tidak terpedaya dengan dunia.
Kesimpulan
- Islam mengajarkan manusia untuk berpikir dalam batas yang diperbolehkan. Berpikir tentang hakikat Allah dan perkara ghaib yang tidak bisa dijangkau akal adalah sesuatu yang dilarang.
- Segala yang terjadi adalah takdir Allah, tetapi manusia tetap memiliki usaha yang harus dilakukan sesuai dengan syariat.
- Kesombongan adalah penyakit yang membinasakan, sebagaimana yang terjadi pada Fir’aun, Qarun, dan Abu Lahab.
- Hamba yang benar adalah yang tunduk sepenuhnya kepada Allah, tidak sombong terhadap ilmu, harta, atau status sosialnya.
Kesimpulan
Manusia tidak memiliki kendali atas kehidupannya sendiri, semuanya berada dalam kehendak Allah. Tugas manusia adalah berpikir dalam batas yang diperbolehkan, menyadari kebesaran Allah, dan tidak menyombongkan diri. Kenyataan hidup adalah ujian, dan manusia harus tetap dalam ketundukan kepada Allah, bukan menjadi seperti Fir’aun, Qarun, atau Abu Lahab yang sombong dan menolak kebenaran.
Semoga Allah membimbing kita semua untuk selalu berserah diri kepada-Nya. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar