MEMBAHAS SOAL DZAT TUHAN DAN KEGHAIBANNYA
Membahas Dzat Allaah, Membahas Taqdir, Membahas Ketentuan Allaah atas manusia, Membahas yang tak disanggupi manusia adalah perbuatan yang tak diperintahkan, berbahaya dan diharamkan ‼️ Cukup memikirkan ciptaan Allaah saja, agar ia menyadari akan adanya Allaah. Adapun manusia, mereka diperintahkan Allaah menjadi hamba Allaah dan mengikuti petunjuk Penghambaan yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ kepada ummatnya. Bagaimana menjadi hamba Allaah harus memperangkati dirinya dengan ilmu agama, mentha'ati perintah Allaah sebagaimana ilmunya, memperbaiki akhlaq seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad ﷺ dan Bershabar atas ketentuan Allaah atas dirinya & Bertawakkal atas segala urusan yang tak diketahuinya kepada Allaah. Itulah hamba yang BERSYUKUR ‼️
Berikut uraian yang lebih rinci dengan mengikutsertakan dalil dari Al-Qur’an dan Hadits:
1. Larangan Membahas Dzat Allah dan Hal-Hal Ghaib yang Tidak Disanggupi Akal Manusia
Allah tidak membebani manusia untuk memahami hakikat Dzat-Nya, tetapi justru melarang mereka untuk mendalami hal-hal yang tidak bisa dicapai oleh akal.
Dalil dari Al-Qur’an:
-
Allah tidak bisa diserupakan dengan makhluk-Nya:
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."
(QS. Asy-Syura: 11)
Penjelasan: Hakikat Allah tidak bisa dibandingkan dengan makhluk. Oleh karena itu, manusia tidak diperintahkan untuk menyelidiki Dzat-Nya. -
Larangan mendalami sesuatu yang tidak memiliki ilmu:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban."
(QS. Al-Isra: 36)
Penjelasan: Berbicara tanpa ilmu, termasuk membahas Dzat Allah yang di luar kemampuan akal, dilarang dalam Islam.
Dalil dari Hadits:
- Larangan memikirkan Dzat Allah tetapi diperintahkan untuk memikirkan ciptaan-Nya:
Rasulullah ﷺ bersabda:"Pikirkanlah tentang ciptaan Allah, tetapi janganlah kamu memikirkan (hakikat) Dzat Allah, karena kalian tidak akan mampu (memahaminya)."
(HR. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah, Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman)
Penjelasan: Rasulullah ﷺ memerintahkan kita untuk merenungkan ciptaan Allah, bukan hakikat Dzat-Nya, karena hal itu bisa menyesatkan.
2. Manusia Diperintahkan Menjadi Hamba Allah yang Mengikuti Petunjuk Nabi Muhammad ﷺ
Daripada membahas hal yang di luar kapasitas manusia, Islam memerintahkan kita untuk menjadi hamba yang taat dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad ﷺ.
Dalil dari Al-Qur’an:
-
Tujuan penciptaan manusia adalah beribadah:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Penjelasan: Allah tidak meminta manusia untuk memahami Dzat-Nya, tetapi memerintahkan mereka untuk beribadah kepada-Nya. -
Kewajiban mengikuti Rasulullah ﷺ:
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah."
(QS. Al-Hasyr: 7)
Penjelasan: Ajaran Rasulullah ﷺ adalah pedoman hidup, bukan pemikiran spekulatif tentang Dzat Allah.
Dalil dari Hadits:
- Islam adalah agama yang mudah dan manusia harus fokus pada ibadah:
Rasulullah ﷺ bersabda:"Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidaklah seseorang memberat-beratkan dirinya dalam agama ini melainkan ia akan dikalahkan olehnya."
(HR. Bukhari no. 39 dan Muslim no. 2816)
Penjelasan: Islam tidak membebankan manusia dengan pembahasan rumit tentang Dzat Allah, tetapi mengarahkan mereka pada ibadah yang jelas tuntunannya.
3. Cara Menjadi Hamba yang Taat
Seorang hamba yang baik harus:
A. Menuntut Ilmu Agama
"Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Penjelasan: Menuntut ilmu adalah kewajiban agar seseorang bisa beribadah dengan benar dan tidak terjerumus dalam pemikiran yang menyesatkan.
B. Mentaati Perintah Allah
"Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu akan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah..."
(QS. An-Nisa: 69)
Penjelasan: Keberhasilan di dunia dan akhirat tergantung pada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
C. Memperbaiki Akhlak
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
(HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Al-Hakim)
Penjelasan: Menjadi hamba Allah bukan hanya dengan ibadah, tetapi juga dengan akhlak yang baik.
D. Bersabar atas Ketentuan Allah
"Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Anfal: 46)
Penjelasan: Ketentuan Allah harus diterima dengan lapang dada.
E. Bertawakkal kepada Allah
"Barang siapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia akan mencukupinya."
(QS. At-Talaq: 3)
Penjelasan: Bertawakkal berarti menyerahkan urusan yang tidak diketahui kepada Allah.
4. Hamba yang Bersyukur
Hamba yang bersyukur adalah mereka yang menggabungkan ilmu, ketaatan, akhlak, kesabaran, dan tawakkal.
Dalil dari Al-Qur’an:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
(QS. Ibrahim: 7)
Penjelasan: Bersyukur bukan hanya dengan lisan, tetapi juga dengan amal perbuatan.
Dalil dari Hadits:
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Ajaib sekali perkara orang mukmin! Semua urusannya baik, dan itu tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ditimpa kesulitan, ia bersabar, maka itu pun baik baginya."
(HR. Muslim no. 2999)
Penjelasan: Hamba yang bersyukur adalah mereka yang menerima takdir Allah dengan sabar dan tetap menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan.
Kesimpulan
- Dilarang membahas Dzat Allah dan hal-hal ghaib yang tidak bisa dijangkau akal.
- Cukup merenungi ciptaan Allah untuk menyadari kebesaran-Nya.
- Islam memerintahkan manusia untuk menjadi hamba yang taat, bukan sibuk dalam perdebatan yang tidak diperintahkan.
- Cara menjadi hamba yang baik adalah dengan menuntut ilmu, menaati Allah, berakhlak baik, bersabar, dan bertawakkal.
- Hamba yang bersyukur adalah mereka yang menerima takdir Allah dengan ketaatan dan keikhlasan.
Semoga penjelasan ini memperjelas makna dari pesan tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar