Sabtu, 12 April 2025

RIYA DAN OBATNYA

 


Imam Al-Ghazali membahas riya’ secara sangat mendalam dalam karya utamanya Ihya’ Ulumuddin, khususnya dalam Kitab Riyadhah al-Nafs dan Kitab al-Muhlikat (bagian penyakit hati). Berikut ringkasan pandangan beliau:



Definisi Riya menurut Imam Al-Ghazali

Riya’ adalah memperlihatkan ibadah atau amal kebaikan kepada orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan pujian, kedudukan, atau manfaat duniawi.

Riya adalah syirik kecil, sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ:
"Yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil: yaitu riya."
(HR. Ahmad)



Tingkatan Riya menurut Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali membaginya menjadi beberapa tingkatan:

  1. Riya dalam pokok ibadah
    Contoh: Shalat hanya dilakukan ketika ada orang yang melihat.

  2. Riya dalam sifat ibadah
    Contoh: Memperindah suara saat membaca Al-Qur’an di depan orang lain agar dipuji.

  3. Riya dalam kesempurnaan ibadah
    Contoh: Memperpanjang shalat sunnah agar tampak khusyuk.

  4. Riya campuran
    Ibadah dilakukan karena Allah dan manusia sekaligus. Ini termasuk riya yang samar dan paling bahaya, karena bercampur antara niat tulus dan niat ingin dipuji.



Tanda-tanda Riya menurut Imam Al-Ghazali

  1. Rajin beramal ketika dilihat orang, tapi malas ketika sendiri.
  2. Semangat saat dipuji, namun lesu saat dicela.
  3. Ingin agar orang tahu dan membicarakan amal baiknya.
  4. Merasa puas dan bangga bila amal diketahui orang lain.


Cara Mengobati Riya menurut Al-Ghazali

  1. Mengenali bahaya riya, yaitu rusaknya amal dan murka Allah.
  2. Melatih niat, dengan terus mengoreksi diri dan niat setiap amal.
  3. Menyembunyikan amal, terutama amal sunnah dan sedekah.
  4. Memohon kepada Allah agar diberi keikhlasan dan dijauhkan dari riya.
  5. Menghadirkan kemaha-tahuan Allah, bahwa Allah tahu isi hati walau manusia tidak tahu.


CONTOH-CONTOH RIYA

Contoh-contoh riya' yang dikutip dan dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin, terutama dalam Kitab Riyaa’ dan Kitab Aafaat al-Lisan:



1. Riya dalam Shalat

Contoh:

Seorang lelaki yang biasanya tidak shalat malam, tetapi ketika ada tamu menginap di rumahnya, ia bangun malam dan shalat agar terlihat taat.

Penjelasan Al-Ghazali:

Ini adalah riya karena tujuannya bukan karena Allah, melainkan karena manusia. Bahkan jika shalatnya benar, namun niat ingin dipuji, maka amalnya rusak.



2. Riya dalam Membaca Al-Qur’an

Contoh:

Memperindah suara ketika membaca Al-Qur’an di depan orang lain, padahal jika sendirian, ia membaca secara biasa.

Penjelasan:

Imam Ghazali menyebut bahwa memperindah suara tidak dilarang, bahkan dianjurkan, jika niatnya untuk mengagungkan firman Allah. Namun jika niatnya agar dipuji karena suaranya bagus, maka itu riya.



3. Riya dalam Sedekah

Contoh:

Memberikan sedekah dengan menunjukkan kepada orang lain, atau menyebut-nyebut kebaikan yang telah dilakukan.

Penjelasan:

Imam Ghazali menyebut ini sebagai "sum’ah" (ingin didengar kebaikannya) dan "riya" (ingin dilihat), keduanya merusak keikhlasan dan menjadikan amal sia-sia di sisi Allah.



4. Riya dalam Ilmu dan Ceramah

Contoh:

Seorang ulama atau dai yang menyampaikan ceramah atau menulis buku bukan karena ingin menyebarkan ilmu, tetapi agar disebut alim, cerdas, atau mendapat penghormatan.

Penjelasan:

Al-Ghazali menyatakan bahwa ini adalah penyakit yang paling banyak menimpa ulama. Ia menyebut, “Betapa banyak orang yang celaka karena ilmunya, padahal orang-orang mengira dia termasuk ahli surga.”



5. Riya dalam Pakaian dan Penampilan Zuhud

Contoh:

Seseorang memakai pakaian yang sangat sederhana, atau tampak lusuh, dengan tujuan agar orang lain mengira ia orang saleh dan zuhud.

Penjelasan:

Al-Ghazali menyebut ini sebagai “riya dalam bentuk zuhud.” Orang seperti ini justru berpura-pura tidak mencintai dunia, padahal ia mencintai pujian karena tidak cinta dunia.



CARA MELAWAN TABIAT RIYA'

Al Imam Al-Ghazali memberikan panduan luar biasa dalam Ihya’ Ulumuddin tentang cara melawan tabiat riya’. Riya’ itu berasal dari cinta pada pujian manusia dan takut akan celaan mereka. Maka, cara mengobatinya harus menyentuh akar dari penyakit hati ini.

Berikut cara melawan tabiat riya' menurut Imam Al-Ghazali:



1. Menyadari Bahaya Riya dan Akibatnya

“Ketahuilah, riya’ itu menghancurkan pahala amal seperti api membakar kayu kering.” (Ihya’, Kitab Arba'in)

  • Amal yang tercampur riya akan terhapus pahalanya, bahkan bisa mendatangkan murka Allah.
  • Sadari bahwa pujian manusia tidak bisa menyelamatkan kita di akhirat.


2. Memperkuat Tauhid dan Rasa Kehadiran Allah

  • Biasakan hati untuk mengingat bahwa Allah Maha Melihat setiap amal, bahkan niat tersembunyi.
  • Al-Ghazali menyebut ini sebagai muraqabah (merasa diawasi Allah).

“Jika kamu merasa cukup dengan penglihatan Allah atas amalmu, kamu takkan butuh pujian makhluk.” – Imam Al-Ghazali



3. Latihan Ikhlas Secara Bertahap

Imam Ghazali menyarankan agar:

  • Membiasakan amal tersembunyi, seperti shalat malam, sedekah rahasia, dzikir dalam sepi.
  • Latih diri untuk senang ketika amal tidak diketahui orang.


4. Melawan Nafsu yang Ingin Dipuji

Caranya: sengaja sembunyikan amal, bahkan kadang latih diri agar tidak muncul di forum umum bila itu memunculkan ujub atau riya.

  • Jika hati ingin dipuji karena ibadah, segera tegur diri sendiri:

    "Untuk siapa aku melakukannya? Bukankah Allah cukup sebagai saksi?"



5. Merenungi Kehinaan Diri dan Dunia

  • Imam Ghazali menyuruh kita untuk merenung tentang aib diri: dosa-dosa masa lalu, kelemahan, kelalaian, agar tidak merasa pantas dipuji.
  • Pujian manusia itu fana: hari ini dipuji, besok dicaci.


6. Meminta Perlindungan kepada Allah

Doa Nabi yang diajarkan oleh Imam Ghazali: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu dengan sesuatu yang aku sadari, dan aku mohon ampun atas apa yang tidak aku sadari.”



7. Merenungi Keagungan Ikhlas

  • Imam Ghazali menjelaskan bahwa ikhlas itu membuat amal kecil menjadi besar di sisi Allah.
  • Bahkan amal yang tidak sempurna, jika ikhlas, bisa diterima, sedangkan amal besar yang penuh riya bisa ditolak total.


LATIHAN HARIAN ANTI-RIYA' ALA IMAM AL-GHAZALI

Al Imam Al-Ghazali dan para ulama tasawuf menekankan bahwa mujahadah (melawan nafsu) harus dilakukan dengan latihan ruhani harian, agar hati bersih dari riya dan menjadi ikhlas.

Berikut ini latihan harian anti-riya' ala Imam Al-Ghazali, yang bisa kamu jadikan rutinitas:



LATIHAN HARIAN MENGHILANGKAN RIYA’


1. Pagi Hari – Muraqabah dan Niat

Waktu: Setelah Subuh
Amalan:

  • Duduk tenang 5-10 menit. Pejamkan mata dan renungkan:

    “Allah melihatku… Allah tahu niatku… Untuk siapa amal hari ini?”

  • Bacakan niat:

    “Ya Allah, aku berniat hari ini melakukan semua kebaikan hanya karena-Mu. Lindungi aku dari cinta pujian dan takut celaan manusia.”

  • Baca doa ini:

    اللَّهُمَّ اجْعَلْ أَعْمَالِي كُلَّهَا صَالِحَةً، وَاجْعَلْهَا لِوَجْهِكَ خَالِصَةً، وَلَا تَجْعَلْ فِيهَا لِأَحَدٍ غَيْرِكَ شَيْئًا



2. Siang Hari – Amal Tersembunyi

Waktu: Antara Dzuhur dan Ashar
Amalan:

  • Lakukan satu amal baik secara rahasia, misalnya:
    • Sedekah diam-diam (transfer atau langsung)
    • Dzikir 100x tanpa suara
    • Shalat sunnah tanpa memberi tahu
  • Setelahnya, latih hati berkata:

    “Cukup Allah yang tahu.”



3. Sore Hari – Muhasabah dan Deteksi Riya

Waktu: Menjelang Maghrib
Amalan:

  • Ambil waktu 5 menit untuk muhasabah (evaluasi diri).
  • Tanyakan:
    • Apakah aku sempat beramal karena ingin dipuji?
    • Apakah aku senang saat amalku diketahui orang?
    • Apakah aku kecewa jika tidak dihargai?
  • Jika ya, istighfar:

    اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ لِكُلِّ عَمَلٍ قُمْتُ بِهِ وَلَيْسَ لَكَ فِيهِ نَصِيبٌ



4. Malam Hari – Tafakkur tentang Keagungan Allah

Waktu: Setelah Isya atau sebelum tidur
Amalan:

  • Renungkan:
    • “Jika manusia memujiku, apakah itu berarti Allah ridha padaku?”
    • “Apakah amal yang aku banggakan benar-benar diterima Allah?”
  • Baca atau dengarkan ayat/kalimat tentang ikhlas dan rendah hati.
  • Bacalah surat Al-Ikhlas 3x, sebagai pengingat bahwa:

    Hanya Allah yang layak menjadi tujuan segala amal.


Tambahan Latihan Mingguan (Minimal 1x Seminggu):

  • Berpuasa sunnah tanpa memberi tahu orang lain.
  • Membersihkan tempat umum (masjid, WC umum, dll.) tanpa menyebut-nyebutnya.
  • Menolong orang secara anonim.


Jika kamu mengamalkan ini dengan tekun selama 40 hari berturut-turut (seperti metode arba'iniyyah dalam tasawuf), insyaAllah hatimu akan mulai terbiasa dengan ikhlas, dan penyakit riya’ akan berangsur melemah.

*

Ini kutipan langsung dari Ihya’ ‘Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali tentang riya’ dan cara menghindarinya, dalam bahasa Arab dan terjemahannya:



1. Hakikat Riya’

Arab:

الرِّياءُ هو طَلَبُ الجَاهِ والمنزلةِ في قلوبِ الناسِ بإظهارِ خَصْلَةٍ من خصالِ الخيرِ.

Terjemah:

Riya’ adalah mencari kedudukan dan tempat di hati manusia dengan menampakkan salah satu bentuk kebaikan.

(Ihya’ ‘Ulumuddin, Juz 3, Kitab Riya’)



2. Bahaya Riya’

Arab:

كلُّ عبادةٍ خالطها الرِّياءُ فهي باطلةٌ مردودةٌ على صاحبِها.

Terjemah:

Setiap ibadah yang tercampur dengan riya, maka ia batal dan tertolak bagi pelakunya.


3. Tiga Tingkatan Riya’

Arab:

اعلم أن للرياء ثلاث درجات:
الأولى: أن لا يقصد بعلمه وعمله إلا طلب المنزلة عند الناس،
الثانية: أن يقصد الله تعالى ويشاركه قصد الناس،
الثالثة: أن لا يقصد الرياء أصلاً، ولكن يفرح إذا أثنى الناس عليه.

Terjemah:

Ketahuilah bahwa riya’ itu ada tiga tingkatan:
Pertama, amal dilakukan murni demi dilihat manusia;
Kedua, diniatkan untuk Allah, tapi masih ingin dilihat manusia;
Ketiga, amal dilakukan ikhlas, tapi setelahnya merasa senang saat dipuji.

(Ihya’, Kitab Riya’)



4. Obat Riya’

Arab:

فَالدَّواءُ القَاطِعُ لِداءِ الرِّياءِ هو العِلْمُ، ثم العَمَلُ، ثم الصَّبرُ.

Terjemah:

Obat yang memutus penyakit riya adalah ilmu, lalu amal, lalu sabar.

  • Ilmu, agar tahu bahaya riya.
  • Amal, dengan melatih diri mengikhlaskan niat.
  • Sabar, karena meninggalkan kebiasaan riya butuh waktu.


5. Riya’ adalah Syirik Tersembunyi

Arab:

الرِّياءُ شِرْكٌ خَفِيٌّ، وصاحِبُه في تَعَبٍ دَائِمٍ، لا يَنَالُ ثَوابَ اللهِ، ولا يَسْلَمُ من ذَمِّ الناسِ.

Terjemah:

Riya adalah bentuk syirik tersembunyi. Pelakunya akan selalu gelisah, tidak mendapat pahala dari Allah, dan juga tidak selamat dari celaan manusia.




I. Kutipan Imam Al-Ghazali tentang Riya’ dalam Shalat, Sedekah, dan Ilmu


1. Riya’ dalam Shalat

Arab:

ومِن الرياءِ: أن يُحَسِّنَ صلاتَه إذا نظر إليه إنسان، ويُطوِّلُها، ويُجَوِّدُ قراءته، ويُظْهِرُ الخشوع.

Terjemah:

Termasuk riya’ adalah ketika seseorang memperbagus shalatnya saat ada yang melihat, memperpanjangnya, memperindah bacaannya, dan menampakkan kekhusyuannya.

(Ihya’, Kitab Riya’)



2. Riya’ dalam Sedekah

Arab:

ومِن الرياءِ في الصدقة: أن يُظْهِرَ التصدق أمام الناس، أو أن يُذْكَرَ ذلك في المجالسِ، فيُسَمَّى كريماً.

Terjemah:

Riya’ dalam sedekah adalah ketika seseorang menampakkan sedekahnya di hadapan orang lain, atau menyebut-nyebutnya di majelis, agar disebut dermawan.



3. Riya’ dalam Ilmu

Arab:

إنما يطلب العلم لغير الله من أراد به المباهاة، أو الجاه، أو أن يُشار إليه بالبنان.

Terjemah:

Seseorang menuntut ilmu bukan karena Allah apabila ia menginginkan kemegahan, kehormatan, atau agar ditunjuk orang sebagai orang berilmu.



II. Ikhlas sebagai Lawan dari Riya’

Arab:

الإخلاص: تصفية العمل من كل شائبة لمقصود سوى التقرب إلى الله تعالى.

Terjemah:

Ikhlas adalah memurnikan amal dari segala hal selain untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Arab:

علامة الإخلاص أن يستوي عنده المدح والذم من الناس.

Terjemah:

Tanda keikhlasan adalah ketika baginya pujian dan celaan dari manusia itu sama saja.



III. Latihan Harian Membersihkan Riya’ (Tarbiyah Ruhaniyyah)

Hari 1–10: Pembersihan Niat dan Penyadaran

  • Muraqabah Pagi: Duduk 5 menit setelah Subuh, ucap dalam hati:

    “Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui isi hatiku. Jangan biarkan hatiku condong kepada selain-Mu.”

  • Dzikir: Ya Latif (lembutkan hati), 100x
  • Tafakkur: Renungkan kebesaran Allah dan kecilnya pujian manusia.


Hari 11–20: Amal Tersembunyi dan Mujahadah

  • Sedekah rahasia: Setiap 2 hari, lakukan sedekah tanpa siapa pun tahu.
  • Shalat Sunnah di rumah: Jangan diumumkan. Cukup kamu dan Allah.
  • Dzikir: Ya Khafi (Yang Maha Tersembunyi), 100x – sebagai simbol meniru keheningan Allah dalam memberi.


Hari 21–30: Pemantapan dan Muhasabah

  • Tulis amalmu setiap hari: Tapi sembunyikan, jangan ditunjukkan. Tujuannya bukan untuk riya, tapi evaluasi diri.
  • Sebelum tidur: Muhasabah 5 menit. Tanya:
    • Apa aku tadi ingin dipuji?
    • Bagaimana reaksiku jika orang tak tahu amalku?
  • Dzikir: Astaghfirullah wa atubu ilaih – 100x


Doa Harian (Setelah Setiap Shalat)

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي لَكَ مُخْلِصًا، وَلَا تَجْعَلْنِي لِغَيْرِكَ مُتَزَيِّنًا.

“Ya Allah, jadikan aku orang yang ikhlas kepada-Mu, dan jangan jadikan aku orang yang berhias untuk selain-Mu.”



Tabel Rutinitas 30 Hari 

Model latihan membersihkan riya’ secara bertahap seperti yang saya buatkan tadi, disusun dengan merujuk prinsip-prinsip tazkiyatun nafs (pensucian jiwa) dalam tradisi tasawuf Imam Al-GhazaliIbnu Qudamah, dan ulama-ulama tarbiyah ruhiyah lainnya. Meskipun tidak tertulis sebagai tabel hariankonsep dasarnya diambil dari kitab-kitab berikut:



1. Ihya’ ‘Ulumuddin – Imam Al-Ghazali

  • Bab Riya’Bab Ikhlas, dan Bab Muhasabah berisi prinsip penting:
    • Latihan muraqabah (merasa diawasi Allah)
    • Tafakkur tentang akhirat dan kebesaran Allah
    • Dzikir asma Allah untuk melembutkan hati
    • Amal tersembunyi sebagai latihan anti-riya’


2. Mukhtashar Minhaj al-Qasidin – Ibnu Qudamah al-Maqdisi

  • Kitab ini meringkas Ihya’ dan menekankan pada:
    • Mujahadah melawan nafsu
    • Latihan ikhlas dengan amal yang tidak diketahui manusia
    • Latihan sabar dan ridha pada ketidakpopuleran amal


3. Al-Risalah al-Qusyairiyah – Imam Qusyairi

  • Menjelaskan tahapan suluk para salik (penempuh jalan Allah)
  • Muraqabah, muhasabah, dan ikhlas sebagai fondasi
  • Tugas-tugas ruhani dipraktikkan secara bertahap sesuai kemampuan


4. Panduan Praktik Tarbiyah Ruhaniyah dari Para Guru Thariqah

Banyak thariqah sufi seperti Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah, dan Syadziliyyah, mengatur jadwal dzikir harianmuraja’ah niat, dan amal rahasia sebagai bentuk latihan melawan riya’.


Jadi, tabel 30 hari tadi adalah bentuk modern dari metode klasik ulama dalam tazkiyah, disusun dengan gaya manajemen waktu dan rutinitas harian agar lebih mudah diamalkan.


TAZKIYATUN NAFS

Berikut ini langkah-langkah tazkiyatun nafs (pensucian jiwa) menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin, disusun bertahap seperti jalan seorang salik (penempuh jalan Allah):



Langkah-Langkah Tazkiyah menurut Imam Al-Ghazali


1. At-Taubah (Tobat)

Awal perjalanan ruhani.

“Siapa yang ingin memulai perjalanan kepada Allah, maka langkah pertama adalah tobat dari dosa zahir dan batin.”
(Kitab Tawbah, Ihya’)

Tindakan:

  • Tobat nashuha (benar-benar menyesal)
  • Mengganti amal buruk dengan amal baik
  • Menjauhi sebab-sebab maksiat


2. Al-Muraqabah (Merasa diawasi Allah)

Latihan sadar bahwa Allah selalu melihat.

“Jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka yakinlah Dia melihatmu.”
(Hadis, dirujuk Imam Ghazali dalam Ihya’)

Tindakan:

  • Latihan dzikir pagi dengan nama Allah "Al-Bashir"
  • Mengontrol lintasan hati sebelum amal
  • Bertanya: “Ini untuk Allah atau untuk dilihat manusia?”


3. Al-Muhasabah (Evaluasi Diri)

Menghisab amal sebelum dihisab.

“Hendaknya seorang hamba menghisab dirinya seperti pedagang menghisab untung-rugi dagangannya.”
(Ihya’, Kitab Muhasabah)

Tindakan:

  • Menulis amal harian (amal baik, lintasan buruk, motivasi amal)
  • Merenungi keikhlasan tiap amal


4. Al-Mujahadah (Perjuangan Melawan Nafsu)

Melawan hawa nafsu dan sifat buruk.

“Engkau tidak akan mencapai derajat tinggi kecuali dengan memerangi hawa nafsumu.”

Tindakan:

  • Latihan diam, puasa, amal tersembunyi
  • Memaksa diri shalat malam walau berat


5. At-Takhalli wat-Tahalli

Mengosongkan hati dari penyakit, menghiasinya dengan kebajikan.

  • Takhalli = meninggalkan riya’, ujub, hasad, cinta dunia
  • Tahalli = menghiasi hati dengan ikhlas, sabar, tawakal, ridha

Tindakan:

  • Tafakkur kematian dan fana-nya dunia
  • Mengingat suri teladan Rasul dan para wali


6. Al-Ikhlas (Keikhlasan)

Amal tanpa mengharap selain Allah.

“Tanda keikhlasan adalah bila pujian dan celaan dari manusia sama saja bagimu.”

Tindakan:

  • Dzikir "Ya Khaliq" (Maha Pencipta), 100x setiap pagi
  • Beramal yang tak seorang pun tahu


7. Al-Tafakkur dan Dzikir

Merenung tentang Allah dan mengingat-Nya dengan hati.

“Satu jam tafakkur lebih baik dari 60 tahun ibadah tanpa tafakkur.”

Tindakan:

  • Tafakkur tentang akhirat, kematian, amal
  • Dzikir nama-nama Allah yang sesuai kondisi hati


8. Al-Fanā’ (Hancurnya Ego di Hadapan Allah)

Tingkat tinggi: tiada melihat diri, hanya Allah.

“Tidak ada wujud selain Allah dalam hatinya. Dia merasa tidak punya apa pun dan bukan siapa-siapa.”

Tindakan:

  • Dzikir sirr (dzikir diam dalam hati)
  • Berdoa: “Ya Allah, buanglah aku dari tengah antara aku dan Engkau.”

PETA VISUAL atau RINGKASAN TABEL LANGKAH-LANGKAH TAZKIYAH 

Peta Tazkiyatun Nafs Al Imam Al Ghozali



0 komentar:

Posting Komentar