Rabu, 02 April 2025

PUASA ITU UNTUK ALLAH

Puasa Untuk Allaah GenZArtDoc

Pernyataan bahwa ibadah puasa itu hanya untuk Allah, sedangkan ibadah lain seperti shalat, zikir, dan membaca Al-Qur'an adalah untuk hamba itu sendiri, berasal dari sebuah hadis qudsi yang sangat terkenal:

Hadis Shahih tentang Keistimewaan Puasa

Rasulullah ﷺ bersabda:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

"Setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya."
(HR. Bukhari No. 1904, Muslim No. 1151)

Makna Hadis Ini

  1. Puasa adalah ibadah yang paling ikhlas

    • Dalam ibadah lain, seperti shalat, zakat, atau membaca Al-Qur’an, seseorang bisa saja memperlihatkannya kepada orang lain. Tapi puasa tidak bisa dilihat oleh siapa pun, karena esensinya adalah menahan diri.
    • Tidak ada yang tahu apakah seseorang benar-benar berpuasa atau diam-diam membatalkannya, kecuali Allah.
  2. Puasa memiliki balasan khusus dari Allah

    • Dalam ibadah lain, pahala umumnya sudah dijelaskan (misalnya 10 kali lipat atau lebih).
    • Tetapi puasa tidak disebutkan pahalanya secara spesifik, karena Allah sendiri yang akan memberi ganjaran tanpa batas sesuai dengan keikhlasan seseorang.
  3. Puasa membentuk hubungan langsung antara hamba dan Allah

    • Saat seseorang shalat, zikir, atau membaca Al-Qur’an, ia masih bisa mendapatkan manfaat secara duniawi (ketenangan jiwa, kesehatan, dll.).
    • Tapi dalam puasa, seseorang meninggalkan makanan, minuman, dan hawa nafsu semata-mata karena Allah, bukan karena manfaat duniawi.

Kesimpulan

  • Semua ibadah memiliki manfaat bagi manusia, tetapi puasa adalah ibadah yang paling murni untuk Allah.
  • Karena itu, Allah memberikan balasan yang tidak terbatas bagi orang yang berpuasa dengan ikhlas.


Puasa Syawal

Perhitungan puasa Syawal yang menyempurnakan puasa setahun didasarkan pada hadits Rasulullah ﷺ:

"Barang siapa berpuasa Ramadan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh." (HR. Muslim, no. 1164)

Cara Perhitungannya:

Dalam Islam, setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya 10 kali lipat, sebagaimana firman Allah:

"Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya..." (QS. Al-An’am: 160)

Maka, kita hitung:

  1. Puasa Ramadan (30 hari) → 30 × 10 = 300 hari
  2. Puasa Syawal (6 hari) → 6 × 10 = 60 hari
  3. Total pahala puasa = 300 + 60 = 360 hari

Dalam kalender Hijriyah, satu tahun terdiri dari sekitar 354 atau 355 hari, sehingga puasa Ramadan ditambah enam hari Syawal mencakup pahala setahun penuh.

Kesimpulan:

Menjalankan puasa Syawal selama 6 hari setelah Ramadan setara dengan puasa setahun penuh dalam hitungan pahala, karena setiap hari puasa diberi ganjaran 10 kali lipat.

Dalam perhitungan pahala, puasa Ramadan selama 30 hari dikalikan 10 kali lipat sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an (QS. Al-An’am: 160). Jadi:

30 hari × 10 = 300 hari pahala puasa

Karena satu tahun dalam kalender Hijriyah sekitar 354–355 hari, masih ada sekitar 54–55 hari yang belum terhitung dalam pahala puasa.

Di sinilah puasa 6 hari di bulan Syawal melengkapinya:

6 hari × 10 = 60 hari pahala puasa

Totalnya menjadi:

300 + 60 = 360 hari

Karena pahala dihitung berdasarkan kelipatan 10, maka puasa Ramadan dan 6 hari Syawal mencakup hampir satu tahun penuh dalam hitungan pahala.

Berikut adalah bunyi Surat Al-An’am ayat 160 dalam bahasa Arab, beserta terjemahannya:

اِنَّ مَنْ جَآءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَآءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰۤ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

"Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa membawa perbuatan yang buruk, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)." (QS. Al-An’am: 160)

Ayat ini menjadi dasar bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh kali, sehingga puasa Ramadan (30 hari) mendapatkan pahala 300 hari, dan puasa Syawal (6 hari) menambah 60 hari, sehingga genap seperti puasa setahun penuh.

Hadis yang berkaitan dengan setiap amal kebaikan dilipatgandakan 10 kali lipat terdapat dalam banyak riwayat, salah satunya:

1. Hadis dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً وَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ

"Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, lalu menjelaskannya. Barang siapa berniat melakukan kebaikan tetapi tidak melakukannya, Allah tetap mencatatnya sebagai satu kebaikan penuh. Jika ia berniat dan melakukannya, maka Allah mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih banyak lagi sesuai kehendak-Nya."
(HR. Bukhari No. 6491, Muslim No. 131)

2. Hadis dalam Sunan At-Tirmidzi

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ } الم { حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، وَمِيمٌ حَرْفٌ

"Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan 'Alif Lam Mim' itu satu huruf, tetapi 'Alif' satu huruf, 'Lam' satu huruf, dan 'Mim' satu huruf."
(HR. At-Tirmidzi No. 2910, dinilai hasan shahih)

Hadis-hadis ini menjadi dasar bahwa setiap amal kebaikan minimal dilipatgandakan 10 kali, yang menjadi dasar perhitungan pahala puasa Ramadan dan Syawal seperti puasa satu tahun penuh.


0 komentar:

Posting Komentar